Jul 6, 2018 | Berita
Upaya tiga mahasiswa D3 Farmasi Fikes UMMagelang melakukan penelitian terhadap daun ketepeng yang digunakan sebagai handwash untuk membasmi bakteri membuahkan hasil. Proposal penelitian yang dilakukan oleh Puji Umi Chabibah, Agus Saputro, dan Rachel Pasa Vicha Abdilla berhasil lolos dalam pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Dikti Tahun 2018. Heni Lutfiyati M.Sc menjadi desen pembimbing proposal terbut.
Dalam proposal PKM Bidang Penelitian berjudul Silat (Cassia alata) Handwash sebagai Pembasmi Bakteri Staphyllococcus aureus, Puji dan teman-teman mengungkapkan, sabun cair merupakan salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk membersihkan kotoran dan bakteri yang menjadi sebab terjadinya infeksi pada penyakit diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, hepatitis, dan bahklan flu burung.
Penyakit tersebut, ujar Puji yang merupakan ketua kelompok, terjadi salah satunya karena tidak mencuci tangan menggunakan air dan sabun dengan baik dan benar. “Sabun cuci tangan biasanya mengandung antiseptik yang merupakan zat untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh petumbuhan mikroorganisme yang hidup di permukaan tubuh,” ungkap Puji.
Daun ketepeng (cassia alata) dilaporkan mempunyai kandungan aktivitas antibakteri yang dapat digunakan sebagai senyawa aktif alami untuk membuat formula sediaan antiseptik. Namun demikian, menurut Umi, ekstrak daun ketepeng cina belum maksimal digunakan sebagai antiseptik karena kurang praktis dalam penggunaannya, sehingga perlu dikembangkan dengan membuat sediaan yang mudah digunakan seperti sabun cuci tangan (handwash).
”Sejauh ini belum ada penelitian yang membuat sabun cuci tangan dari daun ketepeng cina sebagai formula utamanya. Hal itulah yang menarik minat kami melakukan penelitian ini yakni untuk membuat formulasi handwash dari ekstrak daun ketepeng dengan cara menguji efektifitas antibakteri serta menentukan konsentrasi ekstrak yang efektif, ” ujar Puji. Melalui penelitian ini, lanjut Umi, diharapkan dapat berkontribusi untuk mengembangkan bahan-bahan alami sebagai alternatif pemgobatan serta dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
Kegiatan penelitian dengan menggunakan sarana Laboratorium Farmasi Fikes UMMagelang telah dilakukan sehingga dapat memudahkan ketiga mahasiswa tersebut untuk melakukan observasi hasil dengan maksimal.
HUMAS
Nov 29, 2017 | Berita
Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UM Magelang mengadakan seminar nasional di Aula Fikes UM Magelang, Selasa (28/11). Acara dengan tema “Implementation of Pharmacogenetics in Pharmacotherapy” itu dihadiri 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa D3 dan S1 Farmasi UM Magelang, beberapa dosen, perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi di wilayah Magelang, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten dan Kota Magelang, Akademisi UAD Yogyakarta, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kabupaten dan Kota Magelang, dan Praktisi Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas di wilayah Magelang, Temanggung, serta Semarang.
Menurut ketua panitia seminar Imron Wahyu Hidayat, M.Sc, Apt, seminar nasional ini adalah acara tahunan yang mendatangkan narasumber yang berkompeten dan berkualitas, kali ini menghadirkan Prof. Dr. Bob Wilffret dari Univesity of Groningen, Belanda yang fokus pada Farmakogenomik.
Dalam pemaparan yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Prof. Dr. Bob Wilffret menjelaskan, Farmakogenomik (pharmacogenetics) adalah bidang penelitian yang difokuskan pada pemahaman bagaimana gen mempengaruhi respon individu terhadap obat. Tujuan jangka panjang pada farmakogenomik adalah untuk membantu dokter memilih obat dan dosis yang paling cocok untuk setiap individu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekreatifitasan obat.
“Kondisi real saat ini, praktek klinik yang menggunakan informasi farmakogenetik masih jauh dari pelaksanaan, bahkan di negara maju sekalipun. Namun demikian, terkadang kemajuan teknologi kesehatan dapat terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, maka bukan tidak mungkin aplikasi serupa sudah ada di depan mata. Kalaupun belum dapat diaplikasikan, pengetahuan ini sangat penting untuk dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam masalah pengobatan,” tandasnya.
Lebih lanjut Bob menyarankan agar farmasis sebaiknya memiliki akses untuk mendapatkan informasi genetik pasien untuk bisa memberikan pelayanan kefarmasian secara individual sebelum mereka menyiapkan resep.
Selain Prof. Bob Wilffret, narasumber lainnya adalah dua dosen Farmasi UM Magelang, yaitu Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt dan Setiyo Budi Santoso, M. Farm., Apt. Tiara menjelaskan tentang obat herbal. “Di dunia pengobatan yang paling banyak digunakan adalah pijit, alkupuntur, meditasi dan herbal,” kata Tiara. Ia mengajak peserta khususnya mahasiswa farmasi untuk lebih melestarikan kembali obat-obat dari alam.
Sedangkan Setyo menekankan pada aplikasi herbal. Menurutnya dalam pendayagunaan obat alam ada beberapa faktor yang mendukung kecenderungan global untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami sebagai terapi, seperti harga obat sintetis mahal, efek samping obat sintetis, teknologi sediaan obat alam, dan faktor promosi.
HUMAS