Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang memiliki penduduk sejumlah 2.750 jiwa yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani salak. Dari total tersebut, terdapat 40 jiwa adalah difabel dengan beragam jenis hambatan. Desa yang berada di lereng Gunung Merapi tersebut telah memiliki komunitas disabilitas, namun belum ada unit usaha disabilitas yang berfokus pada kemandirian ekonomi.

Hal tersebut ditangkap oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Ramah Difabel (FORDA) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) yang menjadi wadah akademisi dengan fokus pada isu-isu strategis disabilitas dan dituangkan dalam program pemberdayaan masyarakat. Dengan mengangkat judul “Memandirikan Kaum Difabel di Era Pandemi Covid-19 Melalui Circular Economy dan Business Model Generation (BMG) Berbasis Kearifan Lokal di Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang”, UKM FORDA lolos pendanaan hibah Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) dari Kementerian Pendidikan dan Budaya RI dan berhasil melakukan kegiatan terhitung mulai bulan Agustus 2021. Saat ini, tim sudah bisa mendorong terbentuknya unit usaha disabilitas desa yang telah menghasilkan beberapa produk dan diberi nama Murakabi yang artinya mencukupi dalam bahasa Jawa. Produk tersebut berbahan dasar salak dan diolah menjadi makanan berupa jenang, minuman serbuk, brownies dan manisan.

Peluncuran produk tersebut dilaksanakan pada Kamis (4/11) di Balai Desa Ngablak dan dihadiri oleh Rektor UNIMMA beserta jajarannya, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Magelang, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Magelang, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang, dan Kepala Desa Ngablak beserta jajarannya.

Dr. Lilik Andriyani, SE., M.Si, Rektor UNIMMA dalam sambutannya menyampaikan bahwa UKM FORDA yang baru berdiri selama satu tahun telah banyak menorehkan prestasi. “Banyak kegiatan yang telah dilakukan teman-teman di FORDA, keterbatasan bukanlah hambatan untuk mereka berprestasi dan apa yang dilakukan FORDA saat ini merupakan jalan untuk membina difabel menuju kemandirian,” ujar Dr. Lilik.

Sementara itu, Amri Subkhantoro, Kepala Desa Ngablak mengaku sangat terbantu dengan adanya FORDA. “Rekan-rekan dari FORDA UNIMMA sangat luar biasa karena selama 4 bulan telah mendukung  dengan sabar, membimbing teman difabel dengan program-program menarik dan direspon dengan baik,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Christanti Handayani Zaenal Arifin, Ketua Dekranasda Kabupaten Magelang yang menyampaikan rasa terima kasihnya kepada UNIMMA yang selalu bersedia membantu program-program pemerintah. “UNIMMA sudah cukup lama berkolaborasi dengan kami, harapannya jejaring, kolaborasi, sinergi antara stakeholder dan pemerintah dapat mewujudkan Kabupaten Magelang menjadi semakin semangat, sejahtera, berdaya saing,” jelasnya. Beliau juga mengajak semua warga bersama-sama memberi ruang bagi teman-teman disabilitas untuk bisa berdaya dan sejahtera dari segi pendidikan, ekonomi, sosial dan lainnya.

Dalam acara peluncuran produk tersebut, ditandatangani pula Memorandum of Understanding (MoU) antara UNIMMA dengan Dekranasda Kabupaten Magelang yang bertujuan untuk memberikan pendampingan dalam upaya pemberdayaan hasil produk teman disabilitas. Diharapkan dengan adanya MoU tersebut, Murakabi dapat mengembangkan produknya.