Deforestasi lahan yang semakin meluas mendorong Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) untuk melakukan upaya mitigasi melalui penelitian sebagai bentuk kepedulian terhadap ekologi yang sangat penting bagi kebutuhan manusia. Dengan diketuai oleh Ika Fitri Handayani, beranggotakan Afina Taraika Fadlin, Mohammad Arief Rahmatullah, Najmah Nafisah, Yusuf Yudha Satria, tim didampingi oleh Fahmi Medias, MSI, dosen Fakultas Agama Islam (FAI).
Penelitian dilakukan di lereng Gunung Prau yaitu di Desa Genting Gunung, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Ika mengatakan, alih fungsi lahan yang terus dibiarkan dapat menyebabkan bencana yang mengancam keselamatan masyarakat. “Untuk itu, dipilihlah model skema Green Waqf sebagai langkah mitigasi bencana dan upaya menjaga ekosistem darat di lereng Gunung Prau. Program yang diusung untuk mitigasi bencana ini adalah Wakaf Tanam Sejuta Pohon,” ujarnya.
Lebih lanjut, dijelaskan green waqf adalah sebuah konsep wakaf yang difokuskan pada pelestarian dan perbaikan lingkungan. “Aset yang diwakafkan digunakan untuk proyek-proyek yang berhubungan dengan lingkungan hidup, seperti penanaman pohon, konservasi hutan, dan kegiatan lainnya yang bertujuan demi menjaga keseimbangan ekosistem dan memitigasi bencana alam,” tuturnya.
Adapun pada 17-19 Mei 2024, tim telah melaksanakan penelitian yang melibatkan berbagai pihak, termasuk LazisMu Kabupaten Kendal, Kelompok Tani Gunung Rejeki, Kementerian Pertanian Provinsi Jawa Tengah, serta masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi terbaik dalam upaya mitigasi bencana di kawasan tersebut.
Sutiyono, Ketua Lazismu Kabupaten Kendal menyampaikan, telah menanam sebanyak 2.100 pohon alpukat di lahan milik petani. “Kami menggunakan lahan milik petani agar nantinya ada yang merawat pohon-pohon alpukat ini, Tentunya dengan beberapa perjanjian dengan petani di sini, dengan pola kerjasama dan pola pembagian hasil,” ungkapnya.
Disebutkan pula bahwa kegiatan ini berawal dari keprihatinan terhadap bencana yang datang silih berganti, mulai dari banjir hingga tanah longsor. “Jadi ini yang membedakan penghijauan di tempat lain, penghijauan di sini dilaksanakan bersama petani. Jadi petani menanam di tempat sendiri dan petani akan merawatnya, nantinya petani akan mendapatkan keuntungan 50 persen selama 12 tahun. Tahun ke-13 sudah menjadi milik petani. dan di tahun ini masih menjadi puncak panennya,” tambahnya.
Melalui upaya Wakaf Tanam Sejuta Pohon tersebut, diharapkan mitigasi bencana di lereng Gunung Prau dapat terwujud dengan baik, serta keseimbangan ekosistem di daerah tersebut dapat terjaga. Tim PKM-RSH Unimma berharap, program ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga membawa dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat dan lingkungan sekitar.