Cengkih kering adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia, baik sebagai bahan rokok maupun obat herbal.  Cengkih kering mengandung energi, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor dan zat besi.  Selain itu di dalam cengkih kering juga terkandung vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.

Di Desa Kali Kendo, Salaman, Magelang banyak dihasilkan cengkih sehinggadi sana banyak didirikan pabrik minyak cengkeh. Namun dalam proses produksinya masih mengalami hambatan karena harga cengkih mentah yang sangat mahal sehingga kegiatan pengolahan cengkih mentah menjadi minyak cengkih didesa tersebut belum dapat berkembang. Cengkih umumnya dijual dalam bentuk basah maupun kering, dan harganya berkisar Rp. 35.000 hingga Rp. 150.000.

1

Guna mengatasi hal tersebut, maka petani memanfaatkan daun dan batang cengkih sebagai bahan baku pembuatan minyak yang sering digunakan untuk minyak oles. Ternyata, minyak cengkih juga dapat digunakan sebagai pelembab yang dapat mencerahkan kulit. Namun karena produk ini berbentuk cair, maka setelah dipakai tangan terasa licin. Agar tangan tidak terasa licin, maka minyak cengkih dibuat dalam bentuk padat melalui proses hidrogenisasi. Produk akan menjadi krim yang memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi pemakai.

Terpacu dari hal itulah Amin Ningsih, Dewi Risti, Wahyu Prihastuti, dan Widiyanti, empat mahasiswa semester II Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik UM Magelang mengajukan proposal untuk Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang diadakan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah tahun 2015.

Proposal berjudul “Clovia, Krim Cengkih untuk Kecantikan” berhasil lolos seleksi dan mendapatkan pendanaan senilai 7,2 juta. Mengenai hal tersebut, Amin Ningsih, ketua kelompok mengatakan, proposalnya telah dipresentasikan di hadapan tim penilai yang dilakukan di Kopertis tanggal 5 Juni lalu.

Lebih lanjut Amin mengatakan, merk Clovia diambil dari kata clove yang berarti cengkih. Adapun Clovia merupakan produk olahan cengkih berupa krim yang digunakan sebagai pelembab wajah.Proses produksi krim tersebut melalui beberapa tahapan. Tahap pertama airsebanyak 5-10 liter dimasukkan ke dalam ketel uap atau alat destilasi.Selanjutnyacengkih kering dimasukkan kedalam ketel uap yang ditutup dan ditaruh di atas kompor yang telah dipasang pendingin melalui air yang dialirkan. “Pada saat itulah proses destilasi berlangsung hingga terbentuk cairan minyak dan air. Berikutnya yang diambil hanya minyaknya saja dan diukur, kemudian dimasukkan ke dalam wadah besar. Tahap akhir, pada wadah besar itu dimasukkan hidrogen hingga terbentuk krim,” jelas Amin.

Pada proses produksi, krim dikemas dalam wadah khusus berukuran 30 ml, lalu diberi labelClovia, dan diuji di laboratorium Farmasi milik Fikes UM Magelang sebelum dipasarkan. Tahap awal Clovia dipasarkan di lingkungan terdekat termasuk lingkungan kampus dimana mahasiswi dan pegawai UM Magelang berada dengan harga 30 ribu per wadah.

Amin dan teman-temannya berharap, Cloviadapat terus diproduksi dan digunakan untuk pelembab dan pencerah wajah. Selain itu mereka juga berharap agar proposal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional ber-ISSN.

Bagi mereka berempat, kegiatan tersebut juga dapat menjadi ajang untuk berlatih melakukan kegiatan usaha produktif yang kemungkinan dapat dikembangkan setelah menyelesaikan studi sehingga dapat menciptakan pekerjaan sendiri tanpa tergantung dengan pihak lain.“Selain itu konsumen dapat mengkonsumsi olahan yang aman karena terbuat dari bahan herbal alami dengan harga terjangkau. Hal tersebut sesuai dengan selera masyarakat saat ini,” imbuh Amin. Masyarakat juga diharapkan dapat termotivasi untuk melakukan peluang usaha yang sama karena daun dan ranting cengkih mudah diperoleh sehingga krim cengkih mempunyai peluang yang besar untuk dijadikan sebagai usaha bisnis.(YUDIA-HUMAS)