Untuk menmghidupkan budaya literasi di lingkunga kampus, UM Magelang melalui Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Studi Islam (LP2SI) mengadakan  bedah buku berjudul “Etika Muhammadiyah dan Spirit Peradaban” Sabtu, 11/11 di Aula Rektorat Kampus 2 UM Magelang.

Wakil Rektor 1 Bidang Akademik  Dr. Purwati, M.Kons yang membuka acara tersebut dalam sambutannya mengatakan, buku merupakan jendela dunia. “Arrtinya bahwa mencintai dan membaca buku dapat memahamkan wawasan yang seluas-luasnya. Dengan ketahanan ilmu yang luas otomatis dapat mengubah dan mempengaruhi perilaku seseorang,“ jelasnya.

Tohirin, M.Ag, ketua LP2SI UM Magelang mengatakan, bedah buku dilakukan untuk untuk menghidupkan budaya literasi baik dari aspek membaca buku, menuliskan, mendiskusikan dari karya-karya baru khususnya tokoh Muhammadiyah. “Selain itu kegiatan bedah buku akan dilaksanakan dalam skala kecil yaitu dua minggu sekali.

Lebih lanjut Tohirin mengungkapkan, bedah buku ini merupakan bagian dari pelaksanaan program kerja  LP2SI  serta pengembangan sistem kadaresasi. Dalam acara yang diikuti 150 peserta itu, dua nara sumber dihadirkan. Salah satunya adalah M. Tohirin serta Prof. Dr. Zakkiyuddin Baidhawy (Direktur Pasca Sarjana IAIN Salatiga dan penulis buku).

Prof. Dr. Zakkiyuddin dalam presentasinya  mengungkapkan, etika spirit peradaban sangat penting dalam peran di bidang ekonomi untuk membangun kesewadayaan. “Muhammadiyah membangun cita-cita Lembaga Amal Zakat Infaq dan Sodaqoh (LazizMu) menjadi baitul mal . “Muhammadiyah menciptakan tujuan yang abstrak maka dibutuhkan transformasi kepada suatu yang konkret. Maka dibutuhkan konsep yang lebih terstruktur yang bisa memainkan peran actor republic yang berbasis pada moralitas,” tambahnya.

Adapun  Tohirin dalam pemaparannya menuturkan, dalam buku Etika Muhammadiyah dan Spirit Peradaban ini ada beberapa tingkat pemahaman di dalam Muhammadiyah, yaitu ada nilai-nilai atau etos-etos yang perlu dikembangkan. Menurut Tohirin yang telah menulis beberapa buku tentang  Kemuhammadiyahan,  dalam Muhammadiyah ada etos Al-Ashri yaitu ketika beragama tidak untuk memuaskan diri sendiri tapi juga kehidupan masyarakat. Dipahami juga Islam berkemajuan dan progresif, ciri-cirinya adalah Muhammadiyah yang  memiliki tradisi ijtihad. “Artinya Muhammadiyah  tidak berpangku tangan pada hasil-hasil pemikiran yang sudah melembaga, tapi bagaimana ijtihad ini dikembangkan,” papar Tohirin.

HUMAS