Pemilu merupakan salah satu indikator penting dari stabilitas dan dinamisnya demokratisasi suatu bangsa. Penyelenggaraan pemilu secara periodik sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan bangsa, akan tetapi proses demokratisasi yang terjadi dalam pemilu-pemilu terdahulu oleh sebagian besar masyarakat dianggap masih belum mampu menghasilkan nilai-nilai demokrasi yang matang akibat sistem politik yang ada.

Di Kota Magelang pada pemilu tahun lalu memiliki tingkat partisipasi masyarakat sebesar 78% dari target yang diharapkan sebesar 80%. Target ini memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 75%. Partisipasi masyarakat dalam pemilu menjadi indikator menarik dalam pelaksanaan sistem negara demokrasi. Kadarnya akan terus bergerak dan sangat tergantung dengan bagaimana kencenderungan perilaku pemilih (voting behaviour).

Untuk mengetahui existing masyarakat Kota Magelang termasuk orientasi politik dalam pemilihan umum serta popularitas calon yang dipilih dalam pemilihan umum, Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP3M) UM Magelang mengadakan penelitian tentang Perilaku Pemilih Masyarakat Kota Magelang dalam Pemilihan Umum. Hasil penelitian tersebut dipaparkan di Aula Kantor Bapeda Kota Magelang hari Jumat 21 /8.

Tim peneliti terdiri dari Dra. Kanthi Pamungkas sari M.Pd dan Dr. Suliswiyadi. Selain itu mereka juga meneliti tentang perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum serta sejauh mana pengaruh existing masyarakat, orientasi politik dan popularitas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih dalam pemilihan umum.

Dalam paparannya, Kanthi menjelaskan bahwa penelitian dibatasi pada perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang pada pemilihan umum yang telah lalu yang terdiri dari pilkada Kota Magelang (pilwalkot), pilkada Provinsi Jateng (pilgub), pileg, dan pilpres.

Lebih lanjut Kanthi menyampaikan, dengan desain penelitian lapangan (field research) serta metode kuantitatif, penelitian menggunakan lokasi penelitian di Kota Magelang yang meliputi tiga kecamatan yakni Kecamatan Magelang Utara, Magelang Tengah dan Magelang Selatan. Adapun jangka waktu penelitian selama tiga bulan mulai bulan Mei sampai dengan Juli.

Dari hasil penelitian, tim menyimpulkan beberapa hal yakni :

  1. Existing masyarakat Kota Magelang da pada kategori menengah
  2. Orientasi Politik Masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum berada pada kategori berorientasi afektif
  3. Popularitas calon yang dipilih oleh masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum kategori sedang
  4. Perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum kategori pemilih kritis
  5. Pengaruh existing masyarakat, orientasi politik dan popularitas calon yang dipilih terhadap perilaku pemilih masyarakat Kota Magelang dalam pemilihan umum (R=0,408)

Untuk itu, ada beberapa saran yang disampaikan Kanthi yakni bahwa pendidikan politik bagi masyarakat merupakan suatu keharusan. Akibat kurang dikoordinasikan secara obyektif, konsisten dan berkelanjutan maka orientasi politik masyarakat bisa mengalami pasang surut yang berarti. Terkait hal itu, sampai saat ini belum ada upaya-upaya khusus yang dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan di Kota Magelang.

Selain itu ia juga menyarankan agar pendidikan politik lebih terkonsentrasi berdekatan dengan waktu pemilu. Maka perlu diselenggarakan jejaring dari pemangku kepentingan untuk melakukan pendidikan politik secara kontinyu dan berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Kota Magelang dapat menjadi pemilih yang lebih cerdas – partisipasi politik yang lebih baik.

Kanhi menambahkan, Dari informasi data yang diperoleh nampak bahwa masyarakat sudah berusaha untuk mengetahui calon siapa yang akan dipilih dari berbagai media yang ada , namun mereka masih merasakan bahwa partai politik masih sebagian besar belum memiliki mekanisme sistem seleksi yang berarti   dapat menjamin bahwa calon yang akan dipilih adalah yang terbaik. “Popularitas calon pemimpin sudah menjadi pertimbangan. Bila benar-benar terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat maka diharapkan untuk lebih bertanggungjawab atau menepati janji visi, misi, proker yang dipublikasikan sebelumnya,” imbuh Kanthi..

Ia berharap agar hasil peneltian tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan terutama yang berkaitan langsung dg kajian sosiologi politik. “Hasil temuan yang diolah secara proporsional & profesional, diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam merancang level kebijakan mengenai proses pemilu baik dalam pilkada, pileg legislatif, maupun pilpres—pendidikan politik yang tepat bagi masyarakat; seleksi calon yang dipilih sesuai dengan yang diharapkan masyarakat,” pungkas Kanthi.(YUDIA-HUMAS)