“Perbaikan kurikulum diperlukan karena adanya perubahan paradigma didalam pendidikan. Selain itu perbaikan juga diperuntukkan agar profil lulusan yang terbentuk menjadi lebih baik dan dapat bersaing dengan dunia luar.”
Hal tersebut disampaikan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) Koordinasi Wilayah Jawa Tengah dan DIY, Pinus Jumaryanto, Ssi, M.pil, Ph.D, Apt dalam Workshop Review Kurikulum pada Kamis (28/09). Pinus juga menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (PTFI) yakni desain pendidikan farmasi yang semakin maju, seleksi calon mahasiswa farmasi tinggi, serta perbaikan fasilitas yang modern.
Workshop yang diadakan oleh S1 dan D3 Farmasi UM Magelang tersebut dihadiri oleh 35 peserta yang terdiri dari civitas akademika, APTFI, Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia (APDFI), Asosiasi Profesi Apoteker, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia, para akademisi, praktisi dan alumni. Acara yang diselenggarakan di New Kebon Tebu Resto itu tidak hanya mengundang Pinus sebagai pematerinya, namun juga dari APDFI yakni Drs Rusli, Apt dan Bondan Ardianingtyas, Msc, Apt, seorang praktisi akademisi yang memberikan materi mengenai kurikulum Sarjana dan Diploma Farmasi.
“Arah pengembangan tenaga kesehatan terus meningkat tahun 2005 sampai 2024 dengan visi mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan,” ujar Rusli saat menyampaikan materi. Rusli juga menjelaskan mengenai kurikulum institusional D3 Farmasi. “Semula kita mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi dengan 86 SKS, sekarang kita menggunakan kurikulum berbasis capaian dengan menggunakan 108 SKS. Ada tambahan 22 SKS yang disebut dengan kurikulum Institusional yang harus diisi dengan memanfaatkan muatan lokal dan akan dikembangkan di daerah masing-masing,” kata Rusli.
Sedangkan pemateri lainnya yakni Bondan menyampaikan materi mengenai bagaimana penyusunan kurikulum yang baik. Menurutnya, penyusunan kurikulum pendidikan harus berdasarkan kompetisi-kompetisi yang ada di dunia luar. Ia juga berbagi cara mengidentifikasi kompetensi lulusan yakni dengan menganalisis kegiatan lulusan di tempat kerja, observasi, analisis pekerjaanya, analisis masalah bangsa, dan yang tak kalah penting yaitu analisis kondisi makro sosial, politik dan ekonomi.
“Workshop bertema penyususnan kurikulum dan Silabi Farmasi Berbasis CP (capaian Pembelajaran) diadakan untuk memperbaiki kurikulum yang ada dan untuk merumuskan teknik penyusunan bahan ajar yang akan dilaksanakan,” kata Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt ketua panitia workshop.
HUMAS