Interprofessional Education (IPE) adalah sebuah inovasi yang sedang dieksplorasi dalam dunia pendidikan profesi kesehatan. IPE merupakan suatu proses dimana sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi serta berkolaborasi dalam upaya pelayanan kesehatan yang lain.
Melalui IPE diharapkan berbagai profesi kesehatan dapat menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat merancang hasil dalam pembelajaran yang memberian kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing profesi serta meningkatkan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat.
Namun, IPE di Indonesia masih memasuki tahap awal yang membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai sektor dalam dunia pendidikan kesehatan. Sosialisasi IPE belum mencapai semua instansi-instansi penndidikan kesehatan yang ada. Di lain sisi, SDM pendidik dalam Interprofesional education IPE masih belum mumpuni.
Untuk membuka pengetahuan tentang IPE tersebut, Prodi Farmasi Fikes UM Magelang mengadakan Kuliah Umum (studium general) bertema IPE in Innovation Programmes for Medical Undergraduates (IPMU) Senin, 23/5. Diikuti 150 peserta yang merupakan mahasiswa Prodi D3 Farmasi serta perwakilan siswa SMK Farmasi Magelang, kuliah umum menghadirkan Dr. Zefeng Lai, Ph.D dari Guang Xi Medical University Tiongkok.
Dalam paparannya yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Director of Reseach Center for Pharmaceutical Science itu menjelaskan tentang program inovasi untuk mahasiswa D3 atau S1 Ilmu Kesehatan (IPMU) yang memiliki karakteristik berbasis multi disiplin ilmu, concern pada ilmu kesehatan dasar dan penelitian terapan, terdiri dari berbagai latar belakang profesional, serta teamwork.
Zefeng Lai juga menjelaskan bahwa IPE bisa dilakukan oleh beberapa ahli yang berasal dari beberapa disiplin ilmu. “Paradigma bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian, maupun kegiatan akademis lain harus dari disiplin ilmu yang sama sudah dianggap kurang relevan lagi, karena pendidikan dengan pendekatan multidisipliner di beberapa negara Asia maupun Eropa mampu meningkatkan produktivitas dan inovasi dari mahasiswa,” ungkapnya.
Di akhir perkulaihan, ia mengatakan bahwa hambatan utama dalam penerapan IPE adalah financial support dan SDM. “Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri menghadapi tuntutan multidisplin tersebut,” pungkasnya.
HUMAS