“Kemampuan berkomunikasi memegang peranan penting dalam kesuksesan seseorang. Bagi seorang Sarjana yang memasuki dunia kerja, kemampuan komunikasi adalah nomor 1, sedangkan IPK adalah nomor 17.  Ratusan ribu sarjana yang gagal masuk ke dunia kerja bukan karena IPK-nya rendah, tapi salah satu faktornya adalah karena kemampuan komunikasinya lemah.”   Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah Prof. Dr. DYP Sugiharto M.Pd Kons saat menjadi keynote speaker pada acara Seminar Nasional “Peran Ilmu Komunikasi dan Media di Era Disrupsi”  dan Launching Prodi S1 Komunikasi UM Magelang, Selasa 20/3.

Dihadapan ratusan peserta acara seminar nasional yang sebagian besar adalah guru dan siswa dari berbagai SMA/SMK di wilayah Kedu itu, DYP juga menyampaikan bahwa kualitas perguruan tinggi tidak lagi ditentukan oleh statusnya sebagai perguruan tinggi negeri atau swasta, tetapi dari status akreditasi institusi. “Oleh sebab itu memilih prodi jangan asal ikut-ikutan, “ pesannya.

Dalam seminar yang dibuka oleh Rektor UM Magelang Ir. Eko Muh Widodo , MT itu, dua pemateri handal dihadirkan. Keduanya adalah Prof. Dr.Widodo Muktiyo, SE, M.Com, Wakil Rektor 4 UNS yang merupakan pakar ilmu komunikasi serta Amir Mahmud NS, SH, MH yang merupakan Ketua PWI Jawa Tengah serta  pakar jurnalistik.

Widodo dalam paparannya antara lain mengungkapkan,  dalam  menghadapi peradaban komunikasi, hidup haruslah multifungsi sehingga semakin kita dapat berperan dalam berbagai bidang, hidup akan semakin bermakna. “Ilmu komunikasi diminati karena pada dasarnya kebutuhan manusia sekarang adalah pada aktualisasi, tidak lagi pada kebutuhan pokok semata  yakni pangan dan sandang.” Anggota Majelis Dikti PP Muhammadiyah itu juga menyampaikan, dari 172 PTM yang ada, ada 22 PTM yang aktif dan tergabung dalam Asosiasi Pengelola Ilmu Komunikasi (APIK) yang merupakan representasi publikasi promosi dan branding PTM.

Adapun Amir Mahmud dalam materinya berjudul Estetika Jurnalistik Melawan Ketercerabutan, antara lain mengatakan bahwa praktek jurnalistik sekarang cenderung bersifat simbolistik dan mengabaikan narasi. Hal tersebut tercermin dalam emoji yang menjadi simbol komunikasi jaman sekarang melalui emoticon. “Pola penyajian yang tergesa-gesa serta tidak komprehensif antara temuan dengan ferivikasi menjadikan berita tidak akurat. Oleh sebaba itu menjadi tugas prodi Ilmu Komunikasi untuk mengedepankan tulisan bermakna melalui narasi   melalui estetika jurnalistik yang akuntabel  serta mampu menggantikan kepercayaan publik,” pungkas Amir.

Tentang pembukaan Prodi S1 Komunikasi yang bernaung di bawah Fakultas  Psikologi dan Ilmu Humaniora, Rektor UM Magelang mengungkapkan bahwa UM Magelang menunggu selama 1,5 tahun terbitnya SK pendirian Prodi S1 Komunikasi. Rektor  juga mengucapkan terima kasih kepada Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah yang telah mensupport UM Magelang. Selain itu Eko mengungkapkan, saat ini UM Magelang tengah menyiapkan diri untuk dapat meraih akreditasi “A” seperti anjuran Kopertis dengan meningkatkan kualitas baik SDM maupun  sarana  dan prasarana. “ Selain itu saat ini  ada tiga berkas pengajuan prodi UM Magelang yang tengah menunuggu SK, yakni S1 Manajemen Informasi Kesehatan, S1 Sastra Inggris, serta Profesi Konselor,” pungkas Rektor.

HUMAS