Desa Pandanretno, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang adalah tempat bertumbuh pesatnya pohon salak. Salak yang berada didesa tersebut biasanya hanya  dimakan sebagai buah pencuci mulut, sedangkan kulitnya hanya dibuang dan dibiarkan busuk.

Namun,  di tangan mahasisiwa UM Magelang yang kreatif,  buah  dan kulit salak dapat diolah menjadi olahan lain yakni kue brownis dan teh. Di bawah bimbingan Galih Istiningsih, M.Pd, empat mahasiswa UM Magelang mengolah buah dan kulit salak menjadi lebih bernilai dan berkelas.

Shohifatul Rahmatika Sari, Riska Dwi Utami, Nadia Thufaila Naghma, dan Puji Astuti , empat mahasiswa itu kemudian untuk mengajukan proposal berjudul  Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan “TENIS” Melalui Pemanfaatan “BULIT SALAK” Pelumas di Pandanretno Srumbung. Proposal tersebut berhasil disetejui oleh Dikti melalui Program PMKM Tahun 2017 dan mendapatkan dana senilai 7 juta. Tenis merupakan singkatan dari teh dan brownis. Adapun Bulit singkatan dari buah dan kulit

Shohifatul Rahmatika Sari, ketua Tim  mengatakan, kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan TENIS dilakukan untuk guna merintis komunitas “BULIT SALAK” di Desa Pandanretno yang diketuai oleh Purwati. “Pelatihan dan pendampingan ini dilakukan mulai bulan April dan terdapat empat tahapan yaitu, pretest dan kajian pengemasan produk makanan, kajian labelling dan P-IRT( Perijinan Industri Rumah Tangga), kajian susunan organisasi, serta post test,” ujar Tika

Pada tahap pre test,  para mahasiswa melakukan sosialisasi tentang manfaat menjaga pola hidup dan bahaya diabetes. Warga juga mendapatkan keterampilan cara membuat brownies dari buah salak melalui demonstrasi secara langsung yang diberikan oleh tim PKM-M.

Di waktu berikutnya, warga mendapatkan keterampilan cara membuat teh original dari kulit salak serta kombinasi teh kulit salak dengan teh hijau. Warga  juga mempraktikan langsung secara berkelompok tentang bagaimana cara membuat brownies dari buah salak. Tika menambahklan, pada tahap pembuatan untuk mempermudah dan mempercepat hasil, tim memberikan peralatan berupa oven, kompor gas, penggiling teh, timbangan, hand siler, loyang, kantong kopi, dan parutan salak. Selain itu, warga juga mendapat kajian tentang pengemasan produk makanan, labelling dan P-IRT yang disampaikan oleh dosen FEB UM Magelang. Kajiantersebut  bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada warga tentang pengemasan makanan yang dapat menarik minat pembeli dan juga cara mengajukan PIRT.

Adapun teknik pemasaran Tenis melalui pemanfaatan “BULIT SALAK” yaitu, para peserta diajarkan agar produk mereka tidak hanya di pasarkan lewat pengepul tetapi juga dapat dipasarkan dengan berbasis IT yaitu menggunakan facebook, whats app, instagram dan juga blog. “Pada era teknologi  saat ini kami yakin pemasaran produk ini tidak kalah dengan pemasaran melalui pengepul,” ucap Tika.

Masyarakat Pandanretno sangat antusias dengan kegiatan tersebut..“Kami sangat berterimakasih dan mengharapkan adanya pelatihan-pelatihan seperti ini untuk  meningkatkan kualitas desa Pandanretno,” kata Wani Indriani, istri  Kepala Desa Pandanretno.

Pelatihan dan pendampingan  yang dilakukan para mahasisiwa kini telah menampakkan hasilnya. Warga yang semula hanya menjual salak secara utuh sebagai  buah, sekarang mereka menjualnya dalam produk olahan berupa teh dan brownis yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. (Humas-Yudia)