Bibliotherapy atau terapi dengan menggunakan buku untuk mengatasi beberapa masalah merupakan seni terapi psikologi yang membantu seseorang untuk menguatkannya. Selaku orang tua dan juga guru, bibliotheraphy diperlukan sebagai referensi atau acuan dalam mendidik dan mengasuh anak.
Untuk mengetahui pentingnya bibliotheraphy tersebut, Unit Pelaksana Teknik (UPT) Perpustakaan UM Magelang mengadakan Seminar tentang Seni Mengemas Pengasuhan Anak dengan Pendekatan Bibliotheraphy hari Sabtu, 1/10. Zamzanah Wahyu Widayati, S.I. Pust Kepala UPT Perpustakaan UM Magelang mengatakan, sebanyak 130 peserta hadir dalam acara yang dibuka oleh Rektor UM Magelang itu. “Mereka berasal dari pustakawan berbagai perguruan tinggi di Jawa, bahkan ada peserta dari Papua. Selain itu peserta juga berasal dari kalangan guru dan pengelola perpustakaan dari tingkat TK hingga SMA di wilayah Kedu, ” ungkap Zanah.
Seminar menghadirkan dua pembicara yakni Wiji Suwarno M.Hum (Kepala Perpustakaan IAIN Salatiga) dan Dr. Riana Mashar (Wakil Dekan FKIP UM Magelang /Psikolog). Dalam makalahnya bertema “Kekuatan Buku dalam Mempengaruhi Jiwa dan Pemikiran Pembaca,” Wiji menyampaikan fakta bahwa hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang memiliki minat baca serius. “Hasil tersebut berdasarkan survei bahwa dari 60 negara, Indonesia menempati 4 dari bawah tentang minat bacanya,” ungkap Wiji.
Penulis beberapa buku tentang Perpustakaan dan Pustakawan itu menyadur pernyataan Qulyubi yang mengatakan bahwa satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu buku bisa mempengaruhi banyak kepala. “Termasuk bibliotheraphy yang dapat memberikan pengaruh bagi orang yang membaca buku tertentu, selain mengubah wawasan dan mengubah sikap.” Wiji menegaskan bahwa indikator kecerdasan moral seseorang akan dipengaruhi oleh integritas, tanggung jawab, kepedulian sosial, serta ungkapan rasa syukur.
Adapun Riana Mashar yang menyampaikan materi tentang “Penerapan Pola Asuh dalam Membentuk Pribadi yang Cerdas, Mandiri, dan Berkarakter“ mengungkapkan bahwa penyelesaian masalah anak perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan. “Bibliotheraphy merupakan salah satu teknik kreatif dalam konseling untuk membantu anak menyelesaikan masalah yang dihadapi,” ungkap Doktor lulusan UPI Bandung itu.
Dihadapan peserta seminar Riana mengungkapkan bahwa seni mengasuh anak diperlukan untuk mengetahui sejauh mana karakter anak terbentuk. “Secara tidak sadar, anak akan bercermin dari apa yang dikatakan atau dicap oleh orang lain tentangnya. Misalnya anak tersebut dikatakan sebagai anak nakal dan itu dikatakan secara berulang-ulang, maka secara tidak sadar anak tersebeut akan bersikap seperti yang dikatakan oleh orang lain terhadapnya, yakni menjadi anak nakal. Oleh sebab itu dalam mengasuh anak, katakan atau sampaikan hal-hal yang baik atau positif tentang diri anak tersebut sehingga dalam pikirannya akan terbentuk pola atau aura positif pula. Hal tersebut telah saya terapkan kepada anak saya yang ketiga dan Alhamdulillah dia menjadi lebih baik dari kakak-kakaknya,” jelas ibu tiga anak itu.(YUDIA-HUMAS)