Prof. Drs. Abdul Malik Fadjar menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada acara Seminar Nasional dan Call for Paper yang diadakan Fakultas Agama Islam UM Magelang hari Sabtu, 7 Februari 2015 di Auditorium Kampus 1. Dalam acara yang dibuka oleh Rektor, Eko Muh Widodo itu, Malik Fadjar yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Menteri Agama itu menyampaikan tentang pentingnya belajar agar tidak menjadi pikun.
Berkaitan dengan tema seminar nasional yakni “Membangun Paradigma Nilai dalam Dinamika Perkembangan Ilmu-Ilmu Keislaman,” Malik Fajdar yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) itu menyampaikan harapan agar FAI dapat mengambil posisi terdepan dalam mengembangkan pemikiran ke arah global. “Saat ini kelimuan banyak dipandang dari sudut agama (Islam) seperti munculnya ekonomi syariah serta psikologi Islam yang merupakan bagian tak terpisahkan dari aplikasi ilmu keislaman dalam dinamika kehidupan,” ungkapnya.
Pria berusia 76 tahun yang masih energik itu juga menyampaikan harapannya agar seminar yang diadakan dapat membahas tentang perkembangan global sebagai upaya menegakkan tauhid yang menyangkut eksistensi manusia untuk memainkan perannya yang lebih besar dalam kehidupan.
Seminar nasional diikuti oleh ratusan peserta yang berasal dari mahasiswa, dosen serta guru PAI di Kota dan Kabupaten Magelang dengan menghadirkan dua pemateri yakni Dr. Imam Mawardi M.Ag dan Dr. Nurodin Usman Lc, MA. Adapun call for paper diikuti oleh 89 peserta dari berbagai kalangan.
Dalam makalahnya berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Menjawab Tantangan Global” , Imam menyoroti tentang reformulasi kurikulum pendidikan Islam. Dekan FAI UM Magelang tersebut mengungkapkan bahwa kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Islami pada setiap bidang kajian dan dikemas secara baik dengan memperhatikan aspek afektif (dzikir), kognitif (pikir), dan psikomotor (amal shalih) secara komprehensif.
Adapun Nurodin Usman dalam makalahnya berjudul “Nilai-Nilai Spiritual Entrepeneurship dalam Meningkatkan Karakter Sumber Daya Insani” mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual entrepeneurship merupakan salah satu kompetensi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karakter sumber daya insani di masa yang akan datang. Sumber daya insani dengan kecerdasan spiritual entrepeneurship merupakan jawaban adanya disparitas antara tuntutan seorang muslim sebagai hamba Allah dengan seorang muslim sebagai khalifatullah.
Nurodin menambahkan bahwa disparitas menuntut keseimbangan dalam mewujudkan sosok pribadi muslim yang taat beragama tapi juga mumpuni dalam kehidupan. Nurodin mengajui untuk mewujudkannya tidaklah mudah sebab menghadapi banyak tantangan sehingga diperlukan kerja keras dan percepatan untuk mewujudkannya. (YUDIA-HUMAS)