Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UM Magelang mengadakan seminar nasional di Aula Fikes UM Magelang, Selasa (28/11). Acara dengan tema “Implementation of Pharmacogenetics in Pharmacotherapy” itu dihadiri 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa D3 dan S1 Farmasi UM Magelang, beberapa dosen, perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi di wilayah Magelang, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten dan Kota Magelang, Akademisi UAD Yogyakarta, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kabupaten dan Kota Magelang, dan Praktisi Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas di wilayah Magelang, Temanggung, serta Semarang.
Menurut ketua panitia seminar Imron Wahyu Hidayat, M.Sc, Apt, seminar nasional ini adalah acara tahunan yang mendatangkan narasumber yang berkompeten dan berkualitas, kali ini menghadirkan Prof. Dr. Bob Wilffret dari Univesity of Groningen, Belanda yang fokus pada Farmakogenomik.
Dalam pemaparan yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Prof. Dr. Bob Wilffret menjelaskan, Farmakogenomik (pharmacogenetics) adalah bidang penelitian yang difokuskan pada pemahaman bagaimana gen mempengaruhi respon individu terhadap obat. Tujuan jangka panjang pada farmakogenomik adalah untuk membantu dokter memilih obat dan dosis yang paling cocok untuk setiap individu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekreatifitasan obat.
“Kondisi real saat ini, praktek klinik yang menggunakan informasi farmakogenetik masih jauh dari pelaksanaan, bahkan di negara maju sekalipun. Namun demikian, terkadang kemajuan teknologi kesehatan dapat terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, maka bukan tidak mungkin aplikasi serupa sudah ada di depan mata. Kalaupun belum dapat diaplikasikan, pengetahuan ini sangat penting untuk dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam masalah pengobatan,” tandasnya.
Lebih lanjut Bob menyarankan agar farmasis sebaiknya memiliki akses untuk mendapatkan informasi genetik pasien untuk bisa memberikan pelayanan kefarmasian secara individual sebelum mereka menyiapkan resep.
Selain Prof. Bob Wilffret, narasumber lainnya adalah dua dosen Farmasi UM Magelang, yaitu Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt dan Setiyo Budi Santoso, M. Farm., Apt. Tiara menjelaskan tentang obat herbal. “Di dunia pengobatan yang paling banyak digunakan adalah pijit, alkupuntur, meditasi dan herbal,” kata Tiara. Ia mengajak peserta khususnya mahasiswa farmasi untuk lebih melestarikan kembali obat-obat dari alam.
Sedangkan Setyo menekankan pada aplikasi herbal. Menurutnya dalam pendayagunaan obat alam ada beberapa faktor yang mendukung kecenderungan global untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami sebagai terapi, seperti harga obat sintetis mahal, efek samping obat sintetis, teknologi sediaan obat alam, dan faktor promosi.
HUMAS