Untuk meningkatkan pengetahuan lulusan serta mengetahui prosedur kerja farmasis, Prodi  D3 Ilmu Farmasi UM Magelang membekali para mahasiswa dengan  mengadakan Workshop Handling Sisostatika serta Seminar tentang Peran Tenaga Farmasi dalam Pencegahan Medication Error pada Pelayanan Farmasi Komunitas. Kegiatan itu diadakan dua hari, Rabu dan Kamis (17&18/5) di Aula Fikes Kampus 2 UM Magelang .

Puspita Septi Dianita, ketua panitia kegiatan  mengatakan, selama dua hari sebanyak 40  mahasiswa D3 Prodi Farmasi semester 6  mendapatkan materi dari empat nara sumber. Selain mahasiswa, workshop juga diikuti oleh ketua Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kota dan Kabupaten Magelang serta dosen  Pembimbing PKL Apotek dan Rumah Sakit.

Keempat nara sumber itu adalah Satya Prima (apoteker RSUD Temanggung), Dr. Vita Rahmawati (dosen Fakultas Farmasi UGM), Bondan Ardiningtyas (praktisi apoteker UGM), dan Fitriana Yuliastuti (dosen Farmasi UM Magelang).

Pada kesempatan pertama, Satya memberikan penjelasan tentang teknik aseptis pada pencampuran sediaan injeksi. Ia juga menyampaikan tentang cara melakukan hand rub atau mencuci tangan dengan menggunakan cairan sabun antiseptik. Satya juga mengedukasi cara memegang syringe atau alat suntik yang benar dan higienis dengan memperhatikan bagian yang tidak boleh tersentuh tangan.

Adapun Dr. Fita Rahmawati mennyampaikan materi tentang cara menangani obat beserta oplosannya. “Beberapa obat dapat membahayakan bila tercium atau terhirup oleh farmasis. Selain itu juga sampel darah harus  diperlakukan secara hati-hati agar tidak tercemar dan mencemari kita. Untuk itu keselamatan kerja perlu diperhatikan, termasuk menggunakan alat pelindung,” ungkap Fita.

Di hari kedua, Bondan Ardiningtyas menjadi nara sumber dengan menyampaikan materi tentang Konsep Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Ning antara lain menjelaskan bahwa medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi apoteker yang dapat terjadi pada pelayanan resep, informasi obat, pelayanan konseling, maupun kesalahan administrasi. Medication error beresiko pada keparahan penyakit, memperlama masa penyembuhan, terjadi efek samping  dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. “Untuk itu, sebagai tenaga kefarmasian hal terpenting yang harus dilakukan adalah melakukan reviewresep dengan cermat serta berkomunikasi dengan  dokter apabila ada keraguan,” tegas Ning.

Adapun Fitriana Yuliastuti dalam makalahnya bertema Mengukur Penggunaan Obat di Rumah Sakit menjelaskan ciri pemakaian obat yang tidak rasional antara lain hanya didasarkan pada insting serta pengalaman individu tanpa mengacu pada sumber informasi yang dapat dipercaya kebenarannya. Para peserta workshop juga diberi pelatihan antara lain  cara menghitung presentase peresepan obat dengan nama generik, antibiotik serta sediaan injeksi. (Humas – Yudia)