Untuk membangun suatu bangsa yang kuat dan berkarakter diperlukan pribadi yang tidak hanya berintelektual tinggi, namun juga peka terhadap kondisi yang terjadi serta memiliki kebijaksanaan tinggi untuk dapat menghadapi segala persoalan dengan tepat.
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di setiap sekolah memiliki peran penting untuk dapat menentukan arah kesuksesan serta kepribadian siswa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menghadapi masalah pribadi para siswa. Untuk mengeksplorasi peran guru BK, UM Magelang mengadakan seminar bagi guru BK SMA/SMK/MA se-Kabupaten Banjarnegara hari Jum’at 20 Februari 2015.
Acara yang diadakan di Aula Gedung Rektorat itu dibuka oleh Rektor UM Magelang dan dihadiri jajaran pimpinan universitas. Rektor berharap agar seminar tersebut dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi 30 guru BK yang hadir dalam acara tersebut. Rektor juga berharap agar kegiatan itu dapat menjalin tali silaturahmi antara UM Magelang dengan guru BK se-Kabupaten Banjarnegara.
Seminar bertema “Peranan Guru Bimbingan Konseling dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran,” menghadirkan dua pemateri yakni Dr. M. Japar M. Si, Kons dan Riana Mashar M. Si, Psi. Dalam makalahnya berjudul Konsep dan Model Konseling, Japar mengungkap tentang bagian penting dalam model konseling, antara lain pandangan tentang sifat manusia yang memiliki kebutuhan untuk sukses. “Konseling dimaksudkan untuk mengubah identitas kegagalan menjadi identitas keberhasilan, caranya adalah dengan mengubah perilaku ingkar tanggung jawab menjadi perilaku bertanggungjawab,” ungkapnya.
Lebih lanjut Dekan FKIP UM Magelang itu juga mengatakan bahwa konseling realitas menekankan pada realitas sekarang dimana masa lalu sudah tetap dan tidak dapat diubah, yang dapat diubah adalah masa kini dan masa yang akan datang. “Model ini menolak sikap konseling ‘akan berubah’ dan konselor menolak apapun alasan konseli untuk kembali ke masa lalu,” tegasnya.
Adapun Riana Mashar dalam penjelasannya menyampaikan bahwa kesalahan umum konselor sekolah antara lain merefleksi lebih dari yang dibutuhkan, mendengar terlalu banyak cerita, jarang menginterupsi siswa, serta tidak kreatif. Kandidat Doktor itu juga mengatakan bahwa seorang konselor harus memiliki ketrampilan makro yakni mampu menjalin hubungan dengan baik, assesmen dan diagnosa, memberi intervensi, evaluasi dan melakukan tindak lanjut. “Mengoptimalkan ketrampilan multi sensor yakni melihat, mendengar, bertanya, dan memotivasi merupakan syarat kecakapan konselor untuk dapat memaksimalkan tugasnya,” pungkas Riana.
Tutut Hesti Novitasari, S.Pd, guru BK SMAN 1 Bawang Banjarnegara, salah satu peserta seminar menyatakan puas dengan kegiatan yang dilakukan termasuk pelayanan yang diberikan. Ia mengatakan bahwa seminar tersebut sangat bermanfaat baginya karena menambah wawasan sebagai guru BK serta dapat mengaplikasikan di sekolahnya. Ia berharap kerjasama tersebut dapat terus terjalin di masa yang akan datang. (RIFA’I-HUMAS)