Kurikulum 2013 yang diimplementasikan di sekolah, syarat dengan pendidikan karakter. Salah satu tujuan pendidikan karakter adalah membentuk karakter peserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya. Sayangnya, tidak semua sekolah  memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya masalah limbah yang belum terselesaikan. Limbah merupakan buangan dari aktivitas manusia maupun hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair, maupun gas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Limbah, khususnya limbah sekolah apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai ekonomis. Hal tersebut mendorong dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) untuk melaksanakan Program Kemitraan Universitas (PKU) yang bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Salam untuk mengadakan kegiatan pendampingan pengelolaan sampah melalui Pendekatan Berbasis 3R Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Di SMP Muhammadiyah Salam.

Tim PKU yang diketuai oleh Dr. Imron, MA dan beranggotakan Irham Nugroho, M.Pd.I tersebut terbagi ke dalam lima kegiatan yakni: (1) Forum Group Discussion (FGD) untuk mengurai permasalahan sampah yang ada di sekolah, (2) sosialisasi yang meliputi pemilahan sampah dan penerapan 3R, (3) pelatihan dan praktek meliputi pemilahan sampah dan juga penerapan 3R, (4) pendampingan yang merupakan bentuk follow up dari praktek yang telah dilakukan, serta (5) lomba sebagai bentuk stimulus untuk membudayakan kebersihan lingkungan di sekolah. Semua rangkaian program tersebut melibatkan seluruh warga sekolah. “Dalam melaksanakan program pengelolaan sampah ini, pendekatan yang digunakan adalah 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle. Dengan adanya pengelolaan sampah yang baik tersebut diharapkan mampu meningkatkan potensi sosial dan ekonomi bagi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan,” jelas Imron.

Pihak sekolah yang diwakili Heru Ismanta, S.Pd menyampaikan terima kasih atas terlaksananya program tersebut  yang tentu berdampak untuk perkembangan sekolah. “Hal yang kami rasakan dengan adanya program kemitraan ini tidak hanya membentuk komunitas lingkungan sekolah menjadi lebih bersih tapi menjadikan sesuatu lebih produktif sehingga yang terjadi bukan hanya kesadaran anak untuk membersihkan lingkungannya akan tetapi adanya pengelolaan sampah yang terjadwalkan di 12 kelompok yang sudah dibagi, sehingga setelah 24 hari, sampah yang terkumpul  bisa digunakan untuk penghijauan,” ujar Heru.

Lebih lanjut Heru menyampaikan “Adapun tindak lanjut setelah siswa mulai memiliki kesadaran baru pengelolaan sampah, selanjutnya kami berharap dinas lingkungan hidup memberi fasilitas mengelola sampah dan penghancur sampah sehingga program ini dapat terus berkembang ke depannya”.

HUMAS