UM MAGELANG MILIKI GURU BESAR

Satu pencapaian besar dilakukan oleh UM Magelang. Dalam usianya yang hampir memasuki 53 tahun, UM Magelang akhirnya berhasil memiliki guru besar yakni Prof. Dr. Muhammad Japar, M. Si, Kons. Surat Keputusan Profesor tersebut disampaikan oleh  Koordinator Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah dan diterima oleh Rektor UM Magelang, Kamis (22/6) di Semarang.

Dalam SK Menristek Nomor 65131/A2.3/KP/2017 tanggal 26 April 2017  disebutkan, mulai tanggal 1 Februari 2017 Dr. Muhammad Japar M.Si, Kons dengan jumlah angka kredit sebanyak 851 kum  memperoleh jabatan akademik atau fungsional dosen sebagai Profesor / Guru Besar dalam bidang  Ilmu Bimbingan Konseling.

Prof. DYP Sugiharto, M.Pd, Kons saat menyerahkan SK berpesan agar  Prof. Dr. Muhammad Japar, M. Si, Kons dapat lebih memberikan kontribusi dan dharma baktinya kepada lembaga. ”Disamping itu juga agar dapat mengembangkan ilmunya serta lebih banyak meningkatkan karyanya melalui jurnal internasional,” imbuhnya.

Ir. Eko Muh Widodo, MT, Rektor UM Magelang didampingi Prof. Dr. Muhammad Japar, M. Si, Kons mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian yang berhasil diperoleh UM Magelang. “Saya berharap agar hal ini dapat memacu dan memicu  dosen UM Magelang  lainnya yang telah menyelesaikan studi S3 untuk segera mengusulkan guru besar. Pencapaian ini  tentu saja diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas UM Magelang sebagai perguruan tinggi yang memiliki SDM yang qualified,” ujar Rektor. (Humas – Yudia)

TELITI KINERJA MANAJERIAL, MAHASISWA UM MAGELANG LOLOS PROGRAM PKM DIKTI 2017

Kinerja manajerial merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),  pelaksana fungsi eksekutif harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik. Untuk dapat mengetahui apakah kinerja tersebut efektif atau tidak harus dilakukan perbandingan terhadap anggaran sehingga perencanaan dan penganggaran merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhitungkan dengan baik oleh Pemerintah.

Melihat betapa kuatnya pengaruh kinerja manajerial untuk keberlangsungan suatu organisasi, tiga mahasiswi Prodi Manajemen FEB UM Magelang  yang terdiri dari Petriana Heski, Anni fidayati dan Danik Tri purwanti mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa  Penelitian  (PKM-P) berjudul Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Struktur Desentralisasi, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial. Dibawah bimbingan Lilik Andriyani, SE, M.Si, .  proposal tersebut berhasil lolos dan didanai Dikti senilai 10 Juta.

Heski, ketua tim menjelaskan, penelitian dilakukan di SKPD Kabupaten Magelang karena realisasi anggaran di Kabupaten Magelang dari tahun 2014-2016 belum mencapai target yang direncanakan sebelumnya. “Kegiatan penelitian ini melibatkan 68  pegawai sebagai responden dengan  menggunakan data primer berupa penyebaran kuesioner. Rangkaian kegiatan selanjutnya yaitu melakukan olah data dan kemudian diuji,” ujar Heski.

Hasil uji data  yang telah dianalisa diharapkan dapat memberikan jawaban mengenai Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Struktur Desentralisasi, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial.  TIM PKM-P berharap dengan penelitian ini masyarakat dapat mengetahui banyak hal tentang bagaimana kinerja manajerial di SKPD Kabupaten Magelang. Selain itu SKPD Kabupaten Magelang juga dapat meningkatkan kinerjanya agar tidak ada anggaran yang defisit  sehingga berpengaruh pada APBD. (Humas – Yudia)

MAHASISWA FH UM MAGELANG BANTU MAKSIMALKAN FUNGSI POLMAS

Di lingkungan Kota Magelang khusunya Kampung Karanggading memiliki tingkat kerawanan kriminalitas yang perlu diperhatikan. Berdasarkan data statistik kriminal Polsek Magelang Selatan dari Januari hingga April 2017 terdapat empat kejadian tindak pidana, dua diantaranya pencurian, kebakaran los pasar serta pengrusakan fasilitas umum. Belum lagi jumlah tindak pidana yang tidak dilaporkan. Salah satu upaya yang dilakukan pihak Kepolisian untuk mencegah hal-hal tersebut yakni membentuk mitra polisi yakni polisi masyarakat (polmas).

Namun sayangnya, Polmas di Karanggading saat ini berstatus vacum sehingga  apabila terdapat suatu masalah kriminalitas pemuda kampung tersebut belum mengerti dan memahami ketentuan-ketentuan hukum positif dan seringkali menimbulkan tindakan di luar hukum yang mengarah kepada anarkisme. Akibatnya tindakan pencegahan dan penindakan masih dirasa kurang. Terlebih lagi, kuatnya keinginan dari masyarakat kampung Karanggading untuk mempercepat upaya kedekatan, kepercayaan dan kemitraan masyarakat dengan pihak kepolisian tidak berjalan maksimal karena belum ada media  atau perantara dari pihak ketiga yang membantu untuk melaksanakan program pendampingan tersebut.

Hal tersebut mendorong empat  mahasiswa FH UM Magelang untuk membantu memaksimalkan fungsi Polmas di wilayah Karanggading, Magelang melalui kegiatan Mini Workshop bertemakan Sosialisasi, Pelatihan dan Pendampingan serta pembentukan kembali Polmas menjadi Komunitas Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) yang diantarannya adalah masyarakat Rejowinangun Selatan.   Kegiatan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk proposal  berjudul Program Kreativitas Mahasiswa “Pendampingan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat dalam Pengendalian Keamanan dan Ketertiban di Kampung Karanggading.

Proposal  yang dibimibing oleh Chrisna Bagus Edhita P, S.H.,M.H tersebut berhasil didanai Dikti pada PKM  Tahun 2017.Empat mahasisiwa FH UM Magelang tersebut yakni Nilma Himawati,Akhmad Fatomi,, Hilmi Taufiqurrohman, dan Takhasasu Adkha dari “Kami berharap melalui PKM ini masyarakat Kampung Karanggading mengerti akan urgensinya Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah membentuk Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat  (FKPM) dan bekerjasama dengan Polsek Kota Magelang Selatan, ” kata Nilma, ketua tim PKM.

Selama tiga bulan Nilma dan timnya melakukan berbagai kegiatan untuk merealisasikan program tersebut. Mini workshop merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan  berupa sosialisasi  tentang Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008  yang merupakan dasar hukum pembentukan FKPM. Kegiatan itu dihadiri oleh perwakilan masing-masing RT/RW. Pada tahap selanjutnya adalah pembentukan Komunitas FKPM  untuk mengaktifkan kembali program yang ada sebelumnya.

Wahono selaku Babinkamtibmas mengungkapkan “Menjaga keamanan dan ketertiban 2922 KK memang tidak mudah. Oleh karena itu, kami sangat terbantu sekali dengan adanya program ini. Semoga kedepannya ada perubahan yang pasti dan lebih baik.”

Selain itu keempat mahasisiwa tersebut juga melakukan kegiatan simulasi KDRT di depan peserta FKPM Rejowinangun Selatan. Usai menyaksikan drama berupa KDRT, para peserta   simulasi diminta tanggapan tentang sikap dan tindakan  yang seharusnya dilakukan oleh anggota FKPM bila melihat peristiwa tersebut. (Humas – Yudia)

MAHASISWA AJAK WARGA GIRIPURNO BIKIN MOUTWASH CENGBALUT

Selama ini cengkeh merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan rokok. Namun di tangan mahasiswa UM Magelang cengkeh dapat diolah menjadi obat kumur  untuk mencegah bau mulut serta dapat memngobati sakit gigi. Ide tersebut dituangkan oleh empat mahasiswi UM Magelang ke dalam proposal berjudul Pelatihan Antiseptic Mouthwash CENGBALUT Untuk Kesehatan Rongga Mulut di Desa Giripurno, Kecamatan Borobudur. Kelimanya terdiri dari empat mahasiswi  PGSD FKIP  yakni Retno Wahyu Wardani, Agi Widarti, Rismiyatun, dan Dyah Retno Wulandari, serta satu mahasiswi Fikes yakni Suparti.

Di bawah bimbingan Galih Istiningsih,M.Pd yang merupakan dosen PGSD FKIP, lima mahasiswi itu menyusun rencana kegiatan yang meliputi beberapa tahap yakni sosialisasi, pelatihan, demonstrasi, dan tahap pendampingan mandiri. “Tahap sosialisasi merupakan tahap pemilihan lokasi, perijinan kepala desa, penyiapan materi dan penelitian terhadap khasiat dari cengkeh,” ujar Retno, ketua tim.

Adapun tahap pelatihan yakni memberikan pelatihan penggunaan obat kumur herbal serta pelatihan labeling “Cengbalut”, pengemasan dan IRT kepada 50 warga Desa Giripurno. Pada tahap demonstrasi tim melakukan praktek pembuatan obat kumur herbal. Kemudian, pada tahap pendampingan mandiri tim melakukan pendampingan produksi kepada komunitas yang sudah dibuat.

Retno menambahkan, kegiatan dilakukan di Desa Giripurno dimana warganya mempunyai pendapatan perkebunan cengkeh. Selama ini masyarakat desa hanya menjual  cengkeh ke tengkulak, selain itu digunakan untuk minyak cengkeh. “Mayoritas masyarakat Desa Giripurno merupakan tamatan SD sehingga belum mengetahui manfaat cengkeh selain untuk minyak,” imbuh Retno.

Faktor lain adalah kurangnya masyarakat Desa Giripurno dalam menjaga kebersihan rongga mulut. Padahal kesehatan mulut tidak sekedar untuk mendapatkan gigi yang putih, bersih dan kuat, tetapi juga berarti menjaga kesehatan seluruh badan, karena mulut adalah pintu masuk segala macam benda asing ke dalam badan.

Mahasiswi mendampingi warga dalam pembuatan mandiri obat kumur herbal. Adapun proses pembuatan antisepic moutwash cengbalut cukup mudah yaitu dengan menyiapkan 1 sendok teh cengkeh, 1sendok teh kayu manis yang sudah dihaluskan, 250 ml air, 4 tetes esensial peppermint dan natrium benzoat. “Masak air sampai mendidih kemudian masukkan semua bahan yang sudah disediakan, kecuali natrium benzoat. Kemudian pisahkan air dengan bahan, setelah itu campurkan benzoat,” jelas Retno.

“Kami  berharap kegiatan ini dapat menambah peluang kerja dan menjadi produk yang dapat dikembangkan di desa kami, ” ujar Sukisno, Kepala Desa Giripurno. Ia mengungkapkan bahwa warga Desa Giripurno bersemangat dalam mengikuti kegiatan yang tim adakan dari awal hingga akhir. (Humas – Yudia)

ES CAISIN, PELUANG USAHA YANG KOMPETITIF DAN EDUKATIF

Daun Caisin atau sawi hijau merupakan salah satu jenis tumbuhan sayuran yang sangat mudah dijumpai di seluruh Indonesia,  salah satunya di daerah Magelang. Mayoritas daun Caisin ini hanya dinikmati dengan olahan biasa seperti pada campuran Mie Ayam ataupun dijadikan bahan olahan sayur.

Ternyata daun caisin bisa dijadikan bahan untuk membuat Es Bubble Gum seperti yang dilakukan oleh mahasiswa UMMagelang.Mereka mengolah daun Caisin menjadi Es Bubble Gum dengan rasa yang berbeda.Ide tersebut mereka tuangkan dalam sebuah proposal yang diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017. Proposal yang bejudul “Es Caisin Rasa Buah Varian Baru Bubble Gum dengan Peluang Usaha Kompetitif dan Edukatifini berhasil memperoleh pendaanaan dari DIKTI lebih dari 6 juta.

Tim dibimbing oleh Septiyani P, M.Pd, dosen FKIP UMMagelang dengan tiga mahasiswi  yakni Laita Hanna Musfikaningrum, Apriliya Ranting Impian, dan Mina Kussaniah.

“Kami berinovasi mengolah daun caisin menjadi es rasa buah untuk mengatasi kekurangan gizi terhadap anak yang tidak suka sayur dan terhadap masyarakat yang mengalami gangguan pencernaan akibat kurang serat,” ujar  Ketua tim, Laita. Produk terobosan baru tersebutdiberi nama Es Caisin Rasa Buah”yang  memiliki cita rasa yang unik dari perpaduan antara daun caisin yang dicampur dengan berbagai olahan sehingga menjadi seperti rasa buah alpukat.“Rasa yang kompleks ini sangat cocok untuk dihidangkan ketika acara formal maupun informal,” ungkap Laita.

Untuk menghasilkan Es Caisin dengan cita rasa yang unik, ujar Laita,   harus melalui beberapa tahap. “Pertamaadalah  memilih daun Caisin yang baik dan tidak busuk yang kemudian dicuci sampai bersih. Setelah itu masukan  tape,gula pasir,air,susu,sereal,dan es ke dalam blender bersama dengan daun  caisin,” papar Laita.

Laita mengungkapkan, es caisin merupakan perpaduan antara es krim dan jus karena tidak begitu encer seperti jus dan tidak berbentuk padat seperti es krim dan disebut Bubble Gum yang dapat menghilangkan rasa haus serta dapat mengenyangkan. “Kami menyebutnya Es Caisin Rasa Buah sebagai Varian Baru Bubble Gum karena pada awalnya minuman ini hanya sekedar minuman dari olahan daun caisin yang dicampur dengan susu dan sereal sehingga menghasilkan minuman berserat. Namun setelah dicampur dengan es, minuman ini  selain menghilangkan rasa haus juga dapat mengenyangkan,” pungkas Laita.

Es Caisin telah dijual di beberapa event, baik kegiatan in door maupun out door. Dengan harga Rp. 5.000 setiap cup-nya, es caisin telah banyak diminati dan menjadi alternatif “makanan” yang mengenyangkan dan juga bergizi tinggi. (Humas – Yudia)

MAHASISWA UM MAGELANG AKAN PATENKAN PENDATEK TACOLEK

Kebutuhan darah di Indonesia sangat besar. Pada  akhir tahun 2015 Palang Merah Indonesia (PMI)  memenuhi kebutuhan stok darah nasional sebanyak 85 persen dengan memperoleh 4,1 juta kantong darah.Padahal menurut standar WHO jumlah minimal darah yang dibutuhkan di Indonesia adalah 5,1 juta kantong pertahun. Adapun produksi darah dan komponennya saat ini sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05 juta donasi. Artinya kita masih kekurangan jumlah produksi darah secara nasional sekitar 500 ribu kantong..

Darah hasil donor dimasukan dalam kantong darah yang selanjutnya disimpan  pada suhu 4 hingga6 °C dalam keadaan bergoyang. PMI mengumpulkan dan mengelola melalui bank darah dari pendonor ke resepient. Saat pendistribusian darah ke rumah sakit, Bank Darah PMI menggunakan alat yaitu ice box konvensionaluntuk menjaga darah sementara agar tidak rusak.

Permasalahan yang muncul dalam membawa darah menggunakan ice box konvensional pada saat ini  yakni keadaan transportasi di Indonesia yang sering mengalami kemacetan dan kondisi jalan yang masih banyak mengalami kerusakan sehingga untuk mengantarkan darah dari PMI ke resepient menjadi terlambat  yang dapat mengakibatkan darah rusak.

Berawal dari keprihatinan itulah, muncul ide dari empat mahasiswa Prodi  Mesin Otomotif D3 Fakultas Teknik UM Magelang untuk menciptakan sebuah teknologi pengkondisian darah. Ide tersebut dituangkan dalam proposal berjudul PENDATEK TACOLEK (Pengkondisian Darah Teknologi Thermo Air Conditioner Electric). Keempat mahasiswa itu yakni Andi Rahmawan, Egy Yuliarawanto, Bagas Arief Prasetyo dan Sakak Ady Prakasa. Tidak dinyana, proposal tersebut berhasil lolos dalam Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Karsa Cipta Kemenristek Dikti 2017 .

Bersama ketiga temannya, Muhammad Andi Rahmawan yang merupakan ketua tim melakukan sebuah terobosan baru dengan memodifikasi alat ice box konvensional untuk membawa darah di dalam mobil agar tetap segar dan tidak membeku. Konsep baru yang dilakukan adalah melalui teknologi pengkondisian darah menggunakan thermo electric peltier sebagai refrigerator. Thermo electric peltier ini menggunakan listrik sebagai sumber energy sehingga tidak merusak lingkungan, baik menipisnya lapisan ozon maupun Global Warming Potensial

Dibimbing oleh dosen Mesin  Otomotif Bagiyo Condro Purnomo, ST.,M.Eng, keempat mahasiswa itu  berharap agar alat yang diciptakan itu akan memberi dampak positif di dunia kesehatan dan lingkungan masyrakat. “Jika alat tersebut berhasil dalam pengujiannya sebagai mana fungsi untuk membawa darah agar tidak rusak, maka untuk kedepan alat tersebut akan dipublikasikan serta dipatenkan sebagai produk hasil karya mahasiswa,” ujar Andi. (Humas – Yudia)