Jun 14, 2017 | Berita
Selama tiga hari berturut-turut, mulai Selasa hingga Kamis 2017 (6-8/6), UM Magelang beserta Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kabupaten Magelang menggalang semangat untuk membantu warga korban banjir Kecamatan Grabag yang masih mengungsi di rumah kerabat mereka.
Ns. Margono M. Kep, Ketua posko kegiatan mengatakan, selama tiga hari sebanyak 150 personel mengadakan berbagai kegiatan untuk mensupport warga di Dusun Kaligading, Sambungrejo, Kalisapi, Karanglo, dan Tlumas. “Di lima lokasi tersebut kami melakukan berbagai kegiatan seperti lomba yang ditujukan untuk anak-anak, pengajian serta buka puasa bersama,” ujar Margono.
Margono menambahkan, UM Magelang juga menyalurkan bantuan berupa 400 paket sembako senilai 70 juta kepada warga di lima lokasi tersebut. Bantuan tersebut berasal dari warga Muhammadiyah baik PCM, PCA maupun sekolah Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Magelang.
Selain itu UM Magelang juga memberikan pendampingan trauma healing kepada korban pasca bencana. Adapun 150 personel yang diterjunkan, lanjut Margono, terdiri dari relawan MDMC, mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan, serta motivator antara lain Ustadz Walyono dan Ustadz Komarudin.
Suadi, Kepala Dusun Tlumas menyatakan rasa syukur atas bantuan yang diberikan kepoada warganya terutama dalam bulan Ramadhan ini. Ia yakin bahwa semua kegiatan yang dilakukan oleh para relawan sangat bermanfaat serta dapat membantu warganya baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. (Humas – Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur berada di sekitar tempat objek wisata internasional yang menjadikannya sebagai salah satu desa wisata yang menjadi tumpuan warga untuk mendapatkan rupiah karena wisatawan yang datang tidak hanya dari daerah lokal tetapi sampai mancanegara.
Di Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur banyak warga yang menanam tanaman pucuk merah (Oleana Syzygium) karena tanaman pucuk merah memiliki warna kemerahan pada ujung atau pucuk daunnya. Selama ini tanaman pucuk merah hanya digunakan untuk memperindah lingkungan rumah warga. Ternyata tanaman ini akan lebih indah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi bila dijadikan tanaman bonsai. Namun sayangnya masih banyak warga yang belum menyadari nilai ekonomis pohon pucuk merah itu.
Berawal dari situlah Tim PKM pengabdian kepada masyarakat yang terdiri dari Evtah Riskina, Evti Riskina, Fajar Ardi Saputra, Aisah Widyaningsih dan Dhika Dwi Saputra, mahasiswa UM Magelang untuk mengajukan proposal Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Bonsai “Bokabu” dari Oleana Syzygium Sebagai Oleh-Oleh Botani Khas Borobudur untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Tanaman di Dusun Kedungombo Candirejo Borobudur. PKM yang dibimbing oleh Rasidi, M.Pd itu berhasil lolos dalam seleksi proposal PKM yang diajukan ke Kemenristek Dikti Tahun 2017..
Evtah, ketua tim menjelaskan, Bokabu merupakan singkatan dari Bonsai Khas Borobudur yang berasal dari tanaman pucuk merah.Sosialisasi dan pelatihan pembuatan bonsai “Bokabu” dilakukan sebagai upaya meningkatkan nilai ekonomi tanaman Oleana Syzygium atau pucuk merah dan sebagai peluang usaha bagi warga Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang dengan prospek pasar melalui desa wisata tersebut.
Evtah menambahkan, kegiatan pengabdian masyarakat tersebut melibatkan anggota Tim PKM, masyarakat khususnya warga Dusun Kedungombo, Candirejo, Borobudur dan Dosen Pembimbing Tim PKM. Kegiatan ini dilakukan selama enam tahap yakni sosialisasi yang dilakukan akhir bulan Maret, selanjutnya pemahaman materi bonsai dari Dinas Pertanian Kabupaten Magelang. Tahap selanjutnya yakni pelatihan pembuatan bonsai pada pertengahan April. Pada tahap ini, lanjut Evtah, timnya mendatangkan komunitas Penggemar Bonsai Indonesia (PBI) Cabang Megalang.
Pada tahap selanjutnya, yakni tahap empat, tim membentuk komunitas bonsai dibantu PBI Magelang dengan diikuti 35 peserta yang sudah mahir membuat bonsai setelah mengikuti pelatihan. Pada tahap akhir dilakukan pendampingan komunitas yang diikuti oleh ketua dan pengurus komunitas dengan hasil monitoring kegiatan komunitas..
Selain membantu perekonomian warga, sosialisasi dan pelatihan ini juga memberikan pengetahuan, wawasan serta motivasi kepada warga agar dapat memanfaatkan tanaman pucuk merah sebagai tanaman bonsai yang dibudidayakan. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya khususnya dan warga di sini pada umumnya. Semoga bonsai bokabu dapat menjadi tanaman khas borobudur dan kami mengharapkan bantuan dari tim PKM untuk tetap mendampingi kami kedepannya, ” kata Ersyid salah satu peserta pelatihan. (Humas – Yudia)
Jun 7, 2017 | Berita
Di tangan lima mahasiswa Fikes UM Magelang, bunga pinus mampu diolah menjadi teh kantong herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan kemudian dituangkan dalam suatu karya berbentuk proposal pengabdian masyarakat berjudul “ Tekas Bina Mekanist” . Proposal itu berhasil lolos seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2017 bersama 27 proposal mahasiswa UM Magelang lainnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilakukan empat mahasiswa PGSD FKIP UM Magelang yakni Hanik Musyarofah, Siti Mudayanah, Wulan Septiani, dan Irna Listiyani. “Selama ini di Dusun Bulu Duwur, Ropoh, Kepil, Wonosobo, bunga pinus hanya dimanfaatkan sebagai among geni atau untuk menyalakan api ketika hendak memasak. Bahkan tak jarang bunga pinus hanya dibiarkan membusuk begitu saja oleh masyarakat sekitar,” tutur Hanik Musyarofah, ketua tim. Berawal dari keprihatinan tersebut, mereka kemudian melakukan kegiatan pengabdian di dusun tersebut.
Bunga pinus (strobilus betina), lanjut Hanik banyak terdapat di Dusun Bulu Duwur yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Keempat mahasiswa itu kemudian memanfaatkan bunga pinus sebagai teh kantong herbal . Adapun cara produksinya cukup mudah mulai dari proses pemotongan bunga, pencucian, penjemuran, penyangraian, penumbukan, dan pengemasan kantong serta kardus.
“Berdasarkan penelitian ilmiah terbukti bahwa teh herbal bunga pinus mampu meningkatkan imunitas tubuh. Bunga pinus yang kaya anti oksidan juga bermanfaat untuk melancarkan sistem pencernaan, menjaga tubuh tetap fit, menjaga kecantikan kulit, melindungi dan meningkatkan fungsi organ tubuh, dan pertumbuhan tubuh, “ ungkapnya.
Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan dengan melibatkan kelompok Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) yang diikuti 30 peserta. Pelatihan pembuatan teh kantong herbal yang dilakukan untuk warga di Dusun Bulu Dowor itu diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat yang mudah terserang penyakit sehingga mencetak generasi muda yang memiliki sumber daya manusia lebih baik. Selain itu mereka juga berharap, kegiatan pengabdian tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Dusun Bulu Duwur yang masih menganggur.
Warga sekitar sangat antusias dengan adanya pelatihan tersebut, karena barang yang semula mereka kira tidak berguna ternyata memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Syahman Jumeno, Kepala Desa Ropoh mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa yang telah membagikan ilmunya kepada warganya serta dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Ia berharap kegiatan tersebut dapat berkesinambungan sehingga warga dapat terus memanfaatkan bunga pinus yang tidak hanya bernilai medis tapi juga ekonomis. (Humas – Yudia)
Jun 3, 2017 | Berita
Dusun Menayu yang terletak di Desa Menayu Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang merupakan dusun yang masih memegang nilai-nilai kearifan lokal, salah satunya Budaya Sonjo. Orang Kampung pada zaman dulu memaknai sonjo sebagai budaya bertamu yang tidak hanya bertujuan memiliki hajat tertentu melainkan sekedar berbincang-bincang hingga timbul suatu kekerabatan yang erat seperti layaknya rumah sendiri, sampai lupa bahwa ia sedang bertamu.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, budaya sonjo berubah maknanya dan semakin jarang dirasakan. Disamping itu, kebiasaan yang dilakukan oleh orang kampung seperti angon bebek, angon wedus, mijah iwak, tandur serta kegiatan menyatu dengan alam lainnya juga telah jarang ditemui. Paradigma warga desa saat ini memandang bahwa kegiatan tersebut dianggap kuno dan tidak dapat dijadikan sebagai penopang kehidupan sehingga mereka berbondong-bondong pergi ke kota.
Bermula dari keprihatinan itulah, Tim PKMM UM Magelang yang terdiri dari Restu Widan Kapila, Anisah, Siti Umi Kulsum, Anisa Nursaida dan Didik Irawan yang merupakan mahasiswa FKIP UM Magelang mengajukan proposal PKM-M berjudul “Perintisan Kampung Wisata Sonjo Kampung Menayu, Upaya Pelestarian Kearifan Lokal Ssbagai Pelumas di Dusun Menayu Kecamatan Muntilan.” Proposal tersebut berhasil lolos bersama 27 proposal lain dari UM Magelang. Galih Istiningsih , M. Pd merupakan dosen FKIP UM Magelang yang menjadi dosen pembimbing dalam program pengabdian tersebut.
Restu, Ketua Tim mengatakan, perintisan Kampung Wisata Sonjo Kampung Menayu dilakukan dengan mengedukasi dan memberikan pelatihan serta pendampingan kepada warga. Program ini dilakukan untuk menyadarkan bahwasanya nilai kearifan lokal mampu dikembangkan dalam bidang pariwisata. “Kegiatan tersebut dilakukan selama empat bulan mulai April hingga Juli 2017 dengan dana senilai 9 juta dari KemenristekDikti,” jelas Restu.
Restu mengatakan, kegiatan pengabdian dilakukan dengan melibatkan warga Dusun Menayu. Di awal kegiatan tim melakukan penyuluhan dengan mendatangkan petugas dari Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang yakni Annis Latifa, S.H serta Praktisi Desa Wisata Brayut, Sudarmadi dan Rahmawan yang menyampaikan tentang Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata.
Kegiatan ini dilakukan untuk menyadarkan dan memotivasi kelompok mitra supaya tergugah untuk membangun kampungnya dan melestarikan budaya dalam bentuk Kampung Wisata. Pada tahap berikutnya, Tim membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dalam bentuk Komunitas Sonjo Kampung Menayu yang diketuai oleh Hariyadi, seorang tokoh masyarakat Dusun Menayu. Disamping itu Tim juga memberikan pelatihan di bidang pertanian, perikanan, peternakan, kuliner, permainan tradisional dan kesenian.
Bentuk pelatihan lainnya berupa pelatihan Administrasi dan Pemasaran. Pada Pelatihan Administrasi diajarkan tentang cara pembukuan yang meliputi pembuatan buku kunjungan dan keuangan. Adapun teknik pemasaran diajarkan agar kampung wisata dapat dipasarkan melalui media cetak dan elektronik. Salah satu pemasaran yang dapat digunakan dengan basis IT yaitu dengan menggunakan Instagram, Blog, Twitter dan Facebook. “Bila hal ini mampu dilakukan secara maksimal kami optimis desa wisata ini mampu teroganisir dan dikenal lebih luas, ” tutur Restu.
Tahap berikutnya yang dilakukan oleh Tim yaitu dengan melakukan pendampingan anatar lain pelatihan Mina Lumping dan manajemen pengelolaan dengan mendatangkan wisatawan. Restu menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian ini disambut dengan antusias oleh warga. Hal tersebut dilihat dari tingginya animo dan keaktifan para warga untuk merintis kampung wisata yang sebenarnya mereka idam-idamkan.
Melalui rangkaian kegiatan yang telah dilakukan, warga berharap adanya rintisan desa wisata ini mampu mengubah pandangan hidup orang desa bahwasanya mereka mampu menambah peluang usaha dan perekonomian warga dengan merintis desa wisata yang menawarkan nilai kearifan lokal. “Inilah kesempatan kita untuk membangun desa, dengan menjadi relawan untuk merintis Desa Wisata ini”, ungkap Hariyadi Ketua Pokdarwis. (Humas – Yudia)
Jun 3, 2017 | Berita
Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat mudah dijumpai di seluruh Indonesia, salah satunya di daerah Magelang. Mayoritas penikmat lele hanya menikmatinya dengan olahan biasa seperti digoreng maupun dibakar. Mereka hanya menikmati tanpa menyadari banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Disamping itu, cara pengolahan lele yang kurang tepat dapat mengurangi kandungan dan khasiat, serta menimbulkan dampak negatif bagi konsumennya.
Berawal dari hal itulah, mahasiswa UM Magelang membuat inovasi dengan mengubah lele menjadi olahan makanan. Di tangan mahasiswa UM Magelang lele tersebut diolah menjadi makanan yang unik yaitu menjadi selai roti karena lele mengandung asam lemak, Omega 3, Omega 6, protein, vitamin B12 dan fosfor sehingga bermanfaat bagi yang mengkonsumsinya.
Ide tersebut mereka tuangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa berjudul “SOAL BAKAT” untuk diajukan ke Kemenristek Dikti Tahun 2017. Dari dana yang ajukan sebesar Rp 10.561.000,- tersebut, Tim PKM ini mendapat hibah dana sebesar Rp 9.000.000,-. Proposal tersebut disusun oleh Asfari, Annida Nurul Arafati, Tri Murgiati, Siti Li Cholisna, dan Wahisah yang merupakan mahasiswa FKIP UM Magelang. Arif Wiyat Purnanto, M.Pd, dosen PGSD FKIP UM Magelang menjadi dosen pembimbing proposal tersebut.
“Kami berinovasi mengolah ikan lele menjadi selai untuk mengatasi kebosanan masyarakat terhadap olahan lele yang sudah ada sebelumnya, ” ujar Asfari, ketua tim. Ia menambahkan, produk terobosan baru tersebut diberi nama “SOAL BAKAT” yang merupakan singkatan dari Selai Olahan Ikan Lele Banyak Khasia). Asfari menuturkan, produk tersebut memiliki cita rasa yang unik dengan perpaduan rasa manis dan asin yang menciptakan sensasi gurih. “Rasa yang kompleks ini sangat cocok untuk makanan pendamping yang dipadukan dengan roti serta makanan kecil lainnya sesuai selera,” katanya.
Untuk mewujudkan program tersebut, Tim melakukan beberapa tahap kegiatan. Tahap kegiatan yang pertama adalah survei pasar, dimana tim ini melakukan penelitian keinginan masyarakat terkait dengan produk selai lele. Selanjutnya tahap uji coba dan uji sensoris, yakni meminta warga masyarakat untuk memberikan tanggapan terhadap produk selai lele. Tahap selanjutnya adalah pengenalan produk dan promosi yang dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara konvensional serta menggunakan media sosial.
Promosi konvensional dilakukan dengan cara langsung menawarkan kepada konsumen di sekitar kampus UM Magelang. Selain itu juga di wilayah di Sleman, Kebumen, Bandung, dan kota lainnya. Uji coba pertama kali dibuat pada tanggal 6 April 2017. “Pembuatan selai lele diproduksi setiap hari Sabtu dan hari-hari lainnya ketika ada yang memesan produk SOAL BAKAT,” imbuh Asfari.
Ia berharap hasil inovasi ini mampu berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi yaitu PIMNAS ke-30. “Selain itu, kami juga berharap bahwa SOAL BAKAT ini mampu bersaing dan bertahan di pasar sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat,” tandas Arif. (Humas – Yudia)
Jun 3, 2017 | Berita
Setiap tahunnya, UM Magelang meluluskan kurang lebih 100 mahasiswa Program Studi Akuntansi. Setelah berhasil menyelesaikan kuliah, mahasiswa akuntansi akan memilih karir yang dapat dijalani tergantung faktor – faktor yang melatarbelakanginya. Karir atau profesi yang sesuai dengan lulusan akuntansi salah satunya adalah akuntan publik. Namun demikian minat mahasiswa menggeluti profesi dibidang tersebut masih minim, padahal di wilayah Magelang banyak industri yang membutuhkan jasa akuntan publik.
Berawal dari fenomena itulah, Tim PKM UM Magelang yang terdiri dari Mega Arista Dewayani, Chuswatun Chasanah dan Muhammad Sariful Anam mengajukan proposal PKM Penelitian berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi UM Magelang dalam Pemilihan Karir Sebagai Akuntan Publik. Proposal tersebut berhasil lolos dalam PKM Dikti Tahun 2017 bersama dengan 27 proposal lain yang berasal dari mahasiswa UM Magelang.
Muh Al Amin SE, M.Si menjadi dosen pembimbing dalam PKM yang didanai Dikti senilai 10 juta tersebut. Mega, ketua tim mengatakan, berdasarkan data yang dilansir media, jumlah akuntan di Indonesia masih rendah se-ASEAN, oleh sebab itu sangat perlu dilakukan penelitian tentang minat mahasiswa untuk berkarir sebagai akuntan publik. Kegiatan dilakukan selama lima bulan mulai Maret hingga Juli 2017.
Mega menjelaskan, kegiatan penelitian tersebut melibatkan 100 mahasiswa Prodi Akuntansi UM Magelang sebagai responden. “Penelitian dilakukan menggunakan data primer dengan melakukan penyebaran kuesioner. Sebelum menyebar kuesioner, tim memberikan pengetahuan seputar profesi akuntan publik,” ujar Mega.
Rangkaian kegiatan selanjutnya, ujar Mega, yaitu melakukan olah data dan kemudian diuji. Hasil uji data dianalisis dan memberikan jawaban mengenai minat mahasiswa akuntansi UM Magelang memilih karir sebagai akuntan publik. “Output penelitian berupa artikel ilmiah yang akan dipublikasikan,” tambah Mega.
Tim PKM berharap kegiatan penelitian tersebut dapat memotivasi mahasiswa Akuntansi untuk memilih karir sebagai akuntan publik.Selain itu juga sebagai masukan bagi UM Magelang dalam mendorong minat mahasiswa Akuntansi untuk memilih karir sebagai akuntanpublik serta memberi masukan bahwa peluang terbuka bagi UM Magelang untuk mendirikan Kantor Akuntan Publik. (Humas – Yudia)