Jun 25, 2015 | Berita
Cengkih kering adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia, baik sebagai bahan rokok maupun obat herbal. Cengkih kering mengandung energi, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor dan zat besi. Selain itu di dalam cengkih kering juga terkandung vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.
Di Desa Kali Kendo, Salaman, Magelang banyak dihasilkan cengkih sehinggadi sana banyak didirikan pabrik minyak cengkeh. Namun dalam proses produksinya masih mengalami hambatan karena harga cengkih mentah yang sangat mahal sehingga kegiatan pengolahan cengkih mentah menjadi minyak cengkih didesa tersebut belum dapat berkembang. Cengkih umumnya dijual dalam bentuk basah maupun kering, dan harganya berkisar Rp. 35.000 hingga Rp. 150.000.
Guna mengatasi hal tersebut, maka petani memanfaatkan daun dan batang cengkih sebagai bahan baku pembuatan minyak yang sering digunakan untuk minyak oles. Ternyata, minyak cengkih juga dapat digunakan sebagai pelembab yang dapat mencerahkan kulit. Namun karena produk ini berbentuk cair, maka setelah dipakai tangan terasa licin. Agar tangan tidak terasa licin, maka minyak cengkih dibuat dalam bentuk padat melalui proses hidrogenisasi. Produk akan menjadi krim yang memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi pemakai.
Terpacu dari hal itulah Amin Ningsih, Dewi Risti, Wahyu Prihastuti, dan Widiyanti, empat mahasiswa semester II Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik UM Magelang mengajukan proposal untuk Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang diadakan Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah tahun 2015.
Proposal berjudul “Clovia, Krim Cengkih untuk Kecantikan” berhasil lolos seleksi dan mendapatkan pendanaan senilai 7,2 juta. Mengenai hal tersebut, Amin Ningsih, ketua kelompok mengatakan, proposalnya telah dipresentasikan di hadapan tim penilai yang dilakukan di Kopertis tanggal 5 Juni lalu.
Lebih lanjut Amin mengatakan, merk Clovia diambil dari kata clove yang berarti cengkih. Adapun Clovia merupakan produk olahan cengkih berupa krim yang digunakan sebagai pelembab wajah.Proses produksi krim tersebut melalui beberapa tahapan. Tahap pertama airsebanyak 5-10 liter dimasukkan ke dalam ketel uap atau alat destilasi.Selanjutnyacengkih kering dimasukkan kedalam ketel uap yang ditutup dan ditaruh di atas kompor yang telah dipasang pendingin melalui air yang dialirkan. “Pada saat itulah proses destilasi berlangsung hingga terbentuk cairan minyak dan air. Berikutnya yang diambil hanya minyaknya saja dan diukur, kemudian dimasukkan ke dalam wadah besar. Tahap akhir, pada wadah besar itu dimasukkan hidrogen hingga terbentuk krim,” jelas Amin.
Pada proses produksi, krim dikemas dalam wadah khusus berukuran 30 ml, lalu diberi labelClovia, dan diuji di laboratorium Farmasi milik Fikes UM Magelang sebelum dipasarkan. Tahap awal Clovia dipasarkan di lingkungan terdekat termasuk lingkungan kampus dimana mahasiswi dan pegawai UM Magelang berada dengan harga 30 ribu per wadah.
Amin dan teman-temannya berharap, Cloviadapat terus diproduksi dan digunakan untuk pelembab dan pencerah wajah. Selain itu mereka juga berharap agar proposal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional ber-ISSN.
Bagi mereka berempat, kegiatan tersebut juga dapat menjadi ajang untuk berlatih melakukan kegiatan usaha produktif yang kemungkinan dapat dikembangkan setelah menyelesaikan studi sehingga dapat menciptakan pekerjaan sendiri tanpa tergantung dengan pihak lain.“Selain itu konsumen dapat mengkonsumsi olahan yang aman karena terbuat dari bahan herbal alami dengan harga terjangkau. Hal tersebut sesuai dengan selera masyarakat saat ini,” imbuh Amin. Masyarakat juga diharapkan dapat termotivasi untuk melakukan peluang usaha yang sama karena daun dan ranting cengkih mudah diperoleh sehingga krim cengkih mempunyai peluang yang besar untuk dijadikan sebagai usaha bisnis.(YUDIA-HUMAS)
Jun 14, 2015 | Berita
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI) UM Magelang menyelenggarakan Pelatihan Muballigh bagi Dosen dan Karyawan UM Magelang tahap kedua pada Sabtu 13 Juni 2015.
Pelatihan yang digelar di Aula Masjid Japunan Mertoyudan itu diikuti oleh total 80 peserta yang berasal dari dosen dan karyawan dalam dua tahap. Tahap pertama telah diadakan Sabtu 30 Mei lalu. Ketua P3SI Agus Miswanto, M.A mengatakan, pelatihan mubaligh didakan diadakan dengan tujuan agar dosen karyawan UM Magelang memiliki semangat untuk berdakwah baik di lingkungan UM Magelang maupun di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Kegiatan tersebut, lanjut Agus, juga sebagai salah satu perwujudan UM Magelang sebagai dakwah.
Pada pelatihan tersebut, para peserta diberikan berbagai materi diantaranya Peran Pegawai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dalam Dakwah, Fiqih Dakwah, dan Teknik Berbicara di Depan Publik.
“Diharapkan dosen dan karyawan bisa untuk berdakwah baik di lingkungan kampus maupun tempat tinggalnya setelah mengikuti pelatihan tersebut,” ungkap Rektor saat membuka kegiatan Pelatihan Muballigh.(RIFA’I-HUMAS)
Jun 14, 2015 | Berita
Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan, UM Magelang melalui Prodi Farmasi Fikes membuka Apotek Unimma Medika yang terletak di Jalan Raya Magelang Kopeng Desa Tegalrejo. Peresmian apotek Unimma Medika dilakukan oleh Rektor UM MAgelang Ir. Eko Muh Widodo MT hari Sabtu 13/6 berupa pelepasan balon disaksikan tamu undangan.
Elmiawati Latifah, M. Sc, Apt, selaku Kaprodi Farmasi menjelaskan, selain dimeriahkan dengan hiburan berupa tarian dan hadroh untuk masyarakat sekitar, pada acara launching tersebut juga diadakan pengobatan gratis yang diberikan bagi 75 orang warga masyarakat setempat.
Akhlis Rifai, S.Farm, Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) mengatakan, apotek setiap hari buka mulai pukul 8 pagi hingga 9 malam itu menyediakan 150 item obat yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras atau obat dengan resep dokter. “Apotek ini dijaga oleh seorang apoteker dan dua Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) yang stand by selama jam buka apotek,” jelas Akhlis Rifai.
Dekan Fikes UM Magelang Puguh Widiyanto, S.Kp., M.kep dalam sambutannya mengatakan bahwa gagasan untuk membuka apotek di Tegalrejo adalah untuk memudahkan warga masyarakat di sekitar Tegalrejo untuk memenuhi kebutuhan kesehatan karena di sekitar daerah tersebut belum terdapat apotek. Selain itu juga untuk meningkatkan swamedikasi yang rasional di masyarakat. Dari sisi akademis, diharapkan apotek Unimma Medika bisa menjadi apotek pendidikan diantaranya sebagai lahan praktek calon Tenaga Teknis Kefarmasian.
Selain melayani pembelian dan konsultasi obat, di apotek tersebut juga menyediakan pelayanan pengecekan gula darah, kolesterol, asam urat dan tensi. Resep dokter pun dilayani oleh apoteker di apotek tersebut.(YUDIA-HUMAS)
Jun 13, 2015 | Berita
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1436 H, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI) UM Magelang menyelenggarakan Tabligh Akbar untuk dosen dan keryawan pada Jumat 12/6 2015.
Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Rektorat lantai 3 tersebut diikuti oleh kurang lebih 200 jamaah yang terdiri dari mahasiswa, karyawan dan dosen UM Magelang.
Ketua P3SI Agus Miswanto, M.A dalam sambutannya mengatakan, tema tabligh akbar kali ini yakni “Membumikan dan Mengabadikan Cinta Ramadhan” Tabligh Akbar ini, lanjut Agus, diselenggarakan dalam rangka untuk bersiapsedia menyambut dan menjalankan rangkaian ibadah di bulan suci Ramadhan.
Agus menambahkan, berdasarkan SK Rektor, UM Magelang telah membentuk panitia khusus untuk kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK). Kegiatan RDK, lanjut Agus, sebagaimana yang telah dilaksanakan pada Ramadhan sebelumnya diantaranya pengajian menjelang Ramadhan, Tadarus dan Kajian Al-Qur’an, Tarawih di Kampus, Pesantren mahasiswa, Tarawih keliling, Nuzulul Qur’an, Penghimpunan Zakat, Shalat Iedul Fitri di Kampus, dan Halal bihalal.
Pengajian Tabligh Akbar dan kegiatan RDK dibuka langsung oleh Rektor UMMagelang Ir. Eko Muh Widodo, MT. Dalam sambutannya, Eko Muh Widodo mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya kegiatan RDK oleh P3SI. Rektor menambahkan, makna bulan Ramadhan tahun ini harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. “Jangan sampai kegiatan-kegiatan ritual di bulan Ramadhan ini tidak mempunyai makna apapun yang berkaitan dengan peningkatan iman dan taqwa kepada Allah Swt,” ungkap Rektor.
Pada acara Tabligh Akbar tersebut, panitia pelaksana menghadirkan penceramah yakni Ustad Iip Wijayanto yang dalam tausiahnya mengatakan, zaman sekarang ini, banyak umat Islam yang menjalankan ibadah shalat Tarawih tetapi meninggalkan shalat wajib lima waktu.
Lebih lanjut Ustad Iip menyampaikan sabda Rasulullah, bahwa surga rindu kepada empat golongan manusia yakni orang yang rajin membaca Al-Qur’an, memelihara lisan dari ucapan yang keji dan mungkar, memberi makan yang sedang kelaparan (puasa), serta berpuasa di bulan Ramadhan.(RIFA’I-HUMAS)
Jun 13, 2015 | Berita
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007) kesalahan dalam pemberian obat (medication error) menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Untuk menghindari hal tersebut, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TKK) harus menjalankan praktek sesuai standar pelayanan. Apoteker dan TTK juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
Dalam melakukan praktek tersebut, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Standar Pelayanan Kefarmasiandiperlukan oleh apoteker dan TTK untuk dapat dipahami dan diimplementasikan oleh Apoteker dan TTK.
Selain itu kemajuan ilmu kesehatan dan pergeseran paradigma profesi farmasi di bidang pelayanan kesehatan dari drug oriented ke patient oriented, menuntut peningkatan peran tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, maupun apotek agar kualitas hidup pasien meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan peran tenaga teknis kefarmasian dalam pengelolaan obat yang baik.
Siklus pengelolaan obat dan pelayanan juga harus dipahami dan dikuasai oleh TTK sebagai tenaga profesional seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan ekonomi masyarakat yang menyebabkan makin meningkat pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang peran apoteker dan TTK terhadap penyebab terjadinya medication error serta pencegahannya dan juga untuk meningkatkan mutu manajemen kefarmasian, Prodi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UM Magelang mengadakan dua kegiatan sekaligus yakni “Pelatihan Peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Pencegahan Terjadinya Medication Error serta Pelatihan Peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Kefarmasian” .
Kegiatan di Hotel Oxalis itu diadakan selama dua hari yakni Selasa dan Rabu (9-10/6) dengan diikuti 100 peserta yang terdiri dari mahasiswa tingkat akhir DIII Prodi Farmasi UM Magelang, TTK serta pharmacist baik yang berkerja di Rumah Sakit, Puskesmas, maupun Apotek di daerah Karisedenan Kedu.
Di hari pertama dua pemateri yakni Drs. Budi Raharjo, SPFRS, Apt (Praktisi RSUD Margono Soekarjo Purwokerto) serta Bondan Ardiningtyas, M.Sc, Apt (Praktisi Apotek UGM, Yogyakarta) yang membahas tentang tuntutan Apoteker dan TTK dalam berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. “Selain kemampuan berkomunikasi, Apoteker dan TTK juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk itu diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian yang harus dipahami dan diimplementasikan oleh Apoteker dan TKK, ” papar Budi Raharjo sebagai salah satu pemateri.
Pelatihan “Peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Pencegahan Terjadinya Medication Error “ bermanfaat untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan tenaga teknis kefarmasian dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada patient safety di rumah sakit, puskesmas, maupun apotek. TTK atau yang dulu disebut asisten apoteker merupakan salah satu profesi yang sudah cukup lama dikenal dalam pelayanan di lingkungan masyarakat luas dan hingga kini profesi tersebut masih sangat banyak dibutuhkan, mengingat jumlah sarana-sarana pelayanan kesehatan khususnya sarana–sarana kefarmasian bertumbuh terus seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Adapun pelatihan Peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Meningkatkan Mutu Manajemen Kefarmasian, menghadirkan dua pemateri yakni Dr. Satibi, M.Si.,Apt (Akademisi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada) dan Paulus Ari Yuono, S.Si.,Apt (Praktisi). Satibi menekankan tentang perlunya pengelolaan obat berupa perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan obat. Selain itu juga diperlukan evaluasi yang meliputi rata-rata waktu yang digunakan dalam konsultasi, pelayanan sejak resep diterima hingga obat diberikan kepada pasien, menghitung jumlah obat yang dilayani dibanding dengan keseluruhan obat yang seharusnya dilayani, serta menghitung jumlah label yang dibuat yang tidak sesuai standar sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
Lebih lanjut Wakil Dekan Fakultas Farmasi UGM itu juga menegaskan tentang kemampuan apoteker dan TTK yang harus memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya packaging sekunder (bungkus obat yang berisi komposisi obat serta berbagai kontra indikasi lainnya). “Selama ini pasien hanya diberikan packaging primer (yang langsung bersentuhan dengan obat semisal botol sirup atau tub salep) tanpa diberi penjelasan tentang perlunya menyimpan packaging sekunder. Selain itu apoteker dan TTK merupakan tenaga profesional yang harusnya mengedukasi pasien tentang pentingnya kedua unsur packaging tersebut,” ungkapnya.(YUDIA-HUMAS)