Oct 2, 2017 | Berita
“Perbaikan kurikulum diperlukan karena adanya perubahan paradigma didalam pendidikan. Selain itu perbaikan juga diperuntukkan agar profil lulusan yang terbentuk menjadi lebih baik dan dapat bersaing dengan dunia luar.”
Hal tersebut disampaikan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) Koordinasi Wilayah Jawa Tengah dan DIY, Pinus Jumaryanto, Ssi, M.pil, Ph.D, Apt dalam Workshop Review Kurikulum pada Kamis (28/09). Pinus juga menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (PTFI) yakni desain pendidikan farmasi yang semakin maju, seleksi calon mahasiswa farmasi tinggi, serta perbaikan fasilitas yang modern.
Workshop yang diadakan oleh S1 dan D3 Farmasi UM Magelang tersebut dihadiri oleh 35 peserta yang terdiri dari civitas akademika, APTFI, Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia (APDFI), Asosiasi Profesi Apoteker, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia, para akademisi, praktisi dan alumni. Acara yang diselenggarakan di New Kebon Tebu Resto itu tidak hanya mengundang Pinus sebagai pematerinya, namun juga dari APDFI yakni Drs Rusli, Apt dan Bondan Ardianingtyas, Msc, Apt, seorang praktisi akademisi yang memberikan materi mengenai kurikulum Sarjana dan Diploma Farmasi.
“Arah pengembangan tenaga kesehatan terus meningkat tahun 2005 sampai 2024 dengan visi mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan,” ujar Rusli saat menyampaikan materi. Rusli juga menjelaskan mengenai kurikulum institusional D3 Farmasi. “Semula kita mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi dengan 86 SKS, sekarang kita menggunakan kurikulum berbasis capaian dengan menggunakan 108 SKS. Ada tambahan 22 SKS yang disebut dengan kurikulum Institusional yang harus diisi dengan memanfaatkan muatan lokal dan akan dikembangkan di daerah masing-masing,” kata Rusli.
Sedangkan pemateri lainnya yakni Bondan menyampaikan materi mengenai bagaimana penyusunan kurikulum yang baik. Menurutnya, penyusunan kurikulum pendidikan harus berdasarkan kompetisi-kompetisi yang ada di dunia luar. Ia juga berbagi cara mengidentifikasi kompetensi lulusan yakni dengan menganalisis kegiatan lulusan di tempat kerja, observasi, analisis pekerjaanya, analisis masalah bangsa, dan yang tak kalah penting yaitu analisis kondisi makro sosial, politik dan ekonomi.
“Workshop bertema penyususnan kurikulum dan Silabi Farmasi Berbasis CP (capaian Pembelajaran) diadakan untuk memperbaiki kurikulum yang ada dan untuk merumuskan teknik penyusunan bahan ajar yang akan dilaksanakan,” kata Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt ketua panitia workshop.
HUMAS
Jun 7, 2017 | Berita
Di tangan lima mahasiswa Fikes UM Magelang, bunga pinus mampu diolah menjadi teh kantong herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan kemudian dituangkan dalam suatu karya berbentuk proposal pengabdian masyarakat berjudul “ Tekas Bina Mekanist” . Proposal itu berhasil lolos seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2017 bersama 27 proposal mahasiswa UM Magelang lainnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilakukan empat mahasiswa PGSD FKIP UM Magelang yakni Hanik Musyarofah, Siti Mudayanah, Wulan Septiani, dan Irna Listiyani. “Selama ini di Dusun Bulu Duwur, Ropoh, Kepil, Wonosobo, bunga pinus hanya dimanfaatkan sebagai among geni atau untuk menyalakan api ketika hendak memasak. Bahkan tak jarang bunga pinus hanya dibiarkan membusuk begitu saja oleh masyarakat sekitar,” tutur Hanik Musyarofah, ketua tim. Berawal dari keprihatinan tersebut, mereka kemudian melakukan kegiatan pengabdian di dusun tersebut.
Bunga pinus (strobilus betina), lanjut Hanik banyak terdapat di Dusun Bulu Duwur yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Keempat mahasiswa itu kemudian memanfaatkan bunga pinus sebagai teh kantong herbal . Adapun cara produksinya cukup mudah mulai dari proses pemotongan bunga, pencucian, penjemuran, penyangraian, penumbukan, dan pengemasan kantong serta kardus.
“Berdasarkan penelitian ilmiah terbukti bahwa teh herbal bunga pinus mampu meningkatkan imunitas tubuh. Bunga pinus yang kaya anti oksidan juga bermanfaat untuk melancarkan sistem pencernaan, menjaga tubuh tetap fit, menjaga kecantikan kulit, melindungi dan meningkatkan fungsi organ tubuh, dan pertumbuhan tubuh, “ ungkapnya.
Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan dengan melibatkan kelompok Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) yang diikuti 30 peserta. Pelatihan pembuatan teh kantong herbal yang dilakukan untuk warga di Dusun Bulu Dowor itu diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat yang mudah terserang penyakit sehingga mencetak generasi muda yang memiliki sumber daya manusia lebih baik. Selain itu mereka juga berharap, kegiatan pengabdian tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Dusun Bulu Duwur yang masih menganggur.
Warga sekitar sangat antusias dengan adanya pelatihan tersebut, karena barang yang semula mereka kira tidak berguna ternyata memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Syahman Jumeno, Kepala Desa Ropoh mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa yang telah membagikan ilmunya kepada warganya serta dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Ia berharap kegiatan tersebut dapat berkesinambungan sehingga warga dapat terus memanfaatkan bunga pinus yang tidak hanya bernilai medis tapi juga ekonomis. (Humas – Yudia)