Tiga pilar Pendidikan Tinggi atau yang sering dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi jiwa yang harus terus ditanamkan di setiap perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) dengan visi unggul berupaya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja. Sehingga wawasan pengetahuan secara global menjadi poin penting bagi mahasiswa. Di tengah mewabahnya Covid-19, memberi dampak pada kajian islam, tantangan dan strategi pengembangannya.

Melihat realita tersebut, Fakultas Agama Islam (FAI) UNIMMA menggelar seminar internasional dengan tema “Islamic Study and Islamic Economic in Era Society 5.0”. Kegiatan berlangsung melalui ruang temu virtual pada Kamis (11/02).

Dr. suliswiyadi, M.Ag, Rektor UNIMMA dalam sambutan sekaligus membuka acara menyampaikan bahwa seminar tersebut merupakan salah satu bentuk penyegaran ilmu yang disesuaikan dengan kondisi dan tantangan saat ini. “Pandemi Covid-19 telah mengubah beberapa cara pandang baru dalam hidup termasuk pendidikan. Dalam konteks keilmuan, perlu dikaji lebih jauh bagaimana Covid-19 memberikan tantangan dan strategi dalam pengembangan keilmuan. Dengan dihadirkan narasumber dari beberapa negara, diharapkan dapat memberikan pandangan baru tentang realitas ilmu pengetahuan islam,” ujar Rektor.

Seminar internasional tersebut menghadirkan empat narasumber dari 4 negara, ialah (1) Dr. Sariya Cheruvallil-Contractor yang merupakan Assistant Professor Centre for Trust, Peace and Social Relations Coventry University, United Kingdom, (2) Assoc. Prof. Nassef Manabilang Adiong, PhD, dari University of the Philippines Diliman, (3) Assoc. Prof. Dr. Mohamad Khairi Hj Othman, dari Universiti Utara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia dan (4) Agus Miswanto, S.Ag., M.A. dari UNIMMA Indonesia.

Prof Khairi dalam pemaparannya menyebutkan, dari aspek Pendidikan Islam, beberapa fokus penekanan diberikan agar sejalan dengan elemen perubahan di tingkat global. “Fokusnya ialah di Quality (Itqan), Excellence (Falah), Individual (Insan), Potential (Fardi) dan Aspiration (Izzah),” jelasnya.

Lebih lanjut, Prof Khairi menambahkan jika di era 5.0, ketrampilan juga harus diasah. “Kita harus memiliki Global Skills, Innovative & Creative Skills, Digital Technology Skills dan Interpersonal Skills,” tambahnya.

Di akhir seminar, disampaikan pembelajaran Pendidikan Islam di era revolusi informasi 4.0 menuju masyarakat 5.0 membutuhkan perubahan yang drastis dan sejalan dengan perubahan global. Berbagai aspek dan elemen terkait sebagaimana yang dibahas perlu mendapat perhatian khusus untuk memastikan pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian, Pendidikan Islam dipandang mampu sejajar dengan bidang pendidikan lainnya.