Desa Ringinanom terletak di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang merupakan desa yang tergolong miskin. Tingkat kemiskinan mencapai 1.022 warga yang terdiri dari 668 warga miskin dan 354 warga sangat miskin. Desa ini tergolong lambat dalam perkembangan pembangunannya, khususnya proses pembangunan ekonomi. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Angka pendidikan di Desa Ringinanom juga masih sangat rendah yaitu masih sangat banyak warga yang belum tamat SD.

Berawal dari keprihatinan itulah, Tim Iptek bagi Wilayah (IbW) kolaborasi antara UM Magelang, Untidar, dan Bappeda Kabupaten Magelang kembali melaksanakan kegiatan IbW Kabupaten Magelang guna Mewujudkan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Berbasis Potensi Lokal di Daerah Miskin. Tim UM Magelang terdiri dari tiga dosen yakni Khusnul Laely, S.Pd., M.Pd., Galih Istiningsih, S.Pd., M.Pd., dan Yulinda Devi Pramita, S.E., M.Sc. Adapun dosen dari Untidar yakni Siti Nurul Iftitah, S.P., M.P.

Ketua Tim Khusnul Laely, S.Pd, M.Pd menjelaskan tahun ini merupakan lanjutan dari pelatihan yang telah diadakan di tahun pertama yaitu tahun 2016. “Kali ini kami berusaha membuka wawasan baru dengan mengolah makanan dari bahan baku lokal seperti pepaya, ketela, jamur, serta dedaunan untuk dijadikan rempeyek yang diolah menjadi aneka produk seperti dodol pepaya, abon jamur, nugget jamur, aneka macam rempeyek, dan aneka macam kue kering, ” ujar Laely.

Kegiatan itu, kata Laely, diadakan di Balai Desa Ringinanom dengan 30 peserta Kader posyandu dari dua desa yaitu Desa Ringinanom dan desa Sidoagung . Selain memberikan cara membuat aneka olahan produk tersebut, Tim juga memberikan bantuan berupa kompor gas beserta tabung, mixer, neraca, oven, loyang, sealer, vakum sealer, aneka ukuran baskom, serta wajan sebagai modal mereka saat melakukan kegiatan produksi.

Tak kalah penting, Tim juga melakukan pendampingan olahan makanan serta melakukan pengurusan ijin Produk-Industri Rumah Tangga (P-IRT) warga setempat. Ada lima produk makanan lokal yang dihasilkan warga dan akhirnya mendapatkan ijin P-IRT, yakni Balok, Rengginan, Osar Asir, Peyek Petho, dan kue Kering. Kegiatan tersebut dilakukan di akhir bulan Agustus. Disampingitu tim juga melakukan kegiatan budi daya jamur yang dilakukan akhir bulan September.

Mukaromah, warga Desa Sidoagung merasa senang karena dibekali banyak ilmu untuk dapat memproduksi aneka macam makanan. “Bekal ini akan saya gunakan untuk meningkatkan perekonomian keluarga saya dengan membuat makanan khas untuk dijual di Pasar Jambu dan Pasar Kiringan,” ungkapnya dengan gembira. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Siti Fatimah, salah satu warga Desa Ringinanom yang akan membudidayakan jamur untuk menambah uang belanja keluarganya.

HUMAS