Kota Magelang memiliki sekolah khusus bagi anak penyandang Tunarungu dan Tunawicara, serta Tunagrahita/Autis.  Terletak di Kecamatan Kedungsari, Magelang Utara, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Luar Biasa (YPPALB) Kota Magelang itu memiliki 149 siswa, yang terdiri dari 60 siswa anak Tunarungu dan 89 siswa anak Tunagrahita/Autis.

Walaupun memiliki keterbatasan,  ternyata minat mereka  untuk mengaji sangatlah tinggi. Hal itu terlihat dari rajinnya mereka tinggi hadir dalam TPQ walaupun terdapat  kendala berupa sarana dan prasarana yang membuat proses mengaji mereka menjadi terhambat.

Untuk mengatasi kendala tersebut, lima mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) UM Magelang mengajukan proposal  pengabdian pada masyarakat berjudul Penerapan Metode Bismillah dengan Media Plastisin dalam Pembelajaran BTQ Bagi Anak Penyandang Tunarungu di YPPALB B Kota Magelang . Proposal tersebut merupakan satu dari 28 proposal  mahasiswa UM Magelang yang lolos PKM Dikti Tahun 2017.

Kelima mahasiswa tersebut yakni Monica Subastia, Zumrotus Sholihah, Chusna Fadhila, Dina Suci Wahyuningtyas, dan Rizqi Ayu Maulida  dibawah bimbingan Dra. Kanthi Pamungkassari, M.Pd.

Ketua tim kegiatan, Monica mengatakan, metode BISMILLAH merupakan singkatan dari Belajar Iqro Sambil Bermain Agar Asyik dan Mudah. Adapun media yang digunakan adalah plastisin atau malam. Monik menjelaskan, pada mulanya ia bersama keempat teman-temannya melakukan kegiatan pengenalan Huruf Hijaiyyah yang dilakukan pada tanggal 9 Mei,.

Tahapan berikutnya adalah praktek sekaligus pembentukan Komunitas Guru yang disahkan oleh Kepala Sekolah yang dilakukan pada 10 Mei . Berikutnya, lanjut Monik, adalah Evaluasi dan Pelatihan Komunitas yang diadakan pada 10-12 Mei. Pada tahap akhir diadakan  Gebyar Anak Sholih sekaligus Penutup kegiatan dan Pendampingan.

Menurut Monik, metode yang dilakukan adalah dengan cara membagikan plastisin/malam kepada para siswa, kemudian guru menulis huruf hijaiyyah di white board. Setelah itu guru bersama murid mempraktekkan metode Bismillah tersebut dengan membentuk plastisin yang sudah dibagikan untuk dibentuk menjadi huruf hijaiyyah yang sudah ditulis dan dijelaskan oleh guru.

Edy Purwanto S.Pd, Kepala  mengatakan, dengan adanya metode Bismillah ini siswa di SLB YPPALB-B Kota Magelang merasa lebih senang khususnya dalam belajar BTQ karena diterapkan sambil bermain dan tentunya sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan  menyenangkan. “Kegiatan pembelajaran  dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai harapan,” ujarnya. (Humas-Yudia)