Jun 20, 2017 | Berita
Kota Magelang memiliki sekolah khusus bagi anak penyandang Tunarungu dan Tunawicara, serta Tunagrahita/Autis. Terletak di Kecamatan Kedungsari, Magelang Utara, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Luar Biasa (YPPALB) Kota Magelang itu memiliki 149 siswa, yang terdiri dari 60 siswa anak Tunarungu dan 89 siswa anak Tunagrahita/Autis.
Walaupun memiliki keterbatasan, ternyata minat mereka untuk mengaji sangatlah tinggi. Hal itu terlihat dari rajinnya mereka tinggi hadir dalam TPQ walaupun terdapat kendala berupa sarana dan prasarana yang membuat proses mengaji mereka menjadi terhambat.
Untuk mengatasi kendala tersebut, lima mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) UM Magelang mengajukan proposal pengabdian pada masyarakat berjudul Penerapan Metode Bismillah dengan Media Plastisin dalam Pembelajaran BTQ Bagi Anak Penyandang Tunarungu di YPPALB B Kota Magelang . Proposal tersebut merupakan satu dari 28 proposal mahasiswa UM Magelang yang lolos PKM Dikti Tahun 2017.
Kelima mahasiswa tersebut yakni Monica Subastia, Zumrotus Sholihah, Chusna Fadhila, Dina Suci Wahyuningtyas, dan Rizqi Ayu Maulida dibawah bimbingan Dra. Kanthi Pamungkassari, M.Pd.
Ketua tim kegiatan, Monica mengatakan, metode BISMILLAH merupakan singkatan dari Belajar Iqro Sambil Bermain Agar Asyik dan Mudah. Adapun media yang digunakan adalah plastisin atau malam. Monik menjelaskan, pada mulanya ia bersama keempat teman-temannya melakukan kegiatan pengenalan Huruf Hijaiyyah yang dilakukan pada tanggal 9 Mei,.
Tahapan berikutnya adalah praktek sekaligus pembentukan Komunitas Guru yang disahkan oleh Kepala Sekolah yang dilakukan pada 10 Mei . Berikutnya, lanjut Monik, adalah Evaluasi dan Pelatihan Komunitas yang diadakan pada 10-12 Mei. Pada tahap akhir diadakan Gebyar Anak Sholih sekaligus Penutup kegiatan dan Pendampingan.
Menurut Monik, metode yang dilakukan adalah dengan cara membagikan plastisin/malam kepada para siswa, kemudian guru menulis huruf hijaiyyah di white board. Setelah itu guru bersama murid mempraktekkan metode Bismillah tersebut dengan membentuk plastisin yang sudah dibagikan untuk dibentuk menjadi huruf hijaiyyah yang sudah ditulis dan dijelaskan oleh guru.
Edy Purwanto S.Pd, Kepala mengatakan, dengan adanya metode Bismillah ini siswa di SLB YPPALB-B Kota Magelang merasa lebih senang khususnya dalam belajar BTQ karena diterapkan sambil bermain dan tentunya sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. “Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai harapan,” ujarnya. (Humas-Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Daun cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) ternyata dapat digunakan untuk mengobati bisul. Hanya saja belum banyak produk sediaan obat yang mengandung ekstrak daun cocor bebek yang banyak tumbuh liar di pinggir parit ini.Untuk membuktikan pemanfaatan daun cocor bebek sebagai obat bisul dalam bentuk salep, lima mahasiswa Fikes UM Magelang mengadakan penelitian di laboratorium Fikes UM Magelang.
Penelitian tersebut kemudian dituangkan dalam proposal PKM Penelitian yang berjudul “Inovasi Salep Ekstrak Cobek (Cocor Bebek) Sebagai Obat Bisul” yang menjadi salah satu proposal yang lolos PKM-P Dikti Tahun 2017. Proposal tersebut mendapatkan dana penelitian senilai 10 juta.
Kelima mahasiswa yang melakukan kegiatan penelitian itu adalah Rani Okta Friliana, Eko Nurhidayah, Zulda Sarah Kusumawati, Annisa Fitri dan Rizki Setyo Dwipasari dengan melakukan penelitian untuk menguji efektivitas salep ekstrak daun cocor bebek sebagai obat bisul dan menentukan konsentrasi ekstrak daun cocor bebek dalam salep yang efektif sebagai obat bisul.
Rani, ketua tim mengungkapkan, penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan desain penelitian eksperimental. “Untuk dapat melakukan penelitian, sebelumnya harus dilakukan identifikasi tanaman dan pembuatan salep dari ekstrak daun cocor bebek ini,” jelasnya. Dengan mengetahui konsentrasi ekstrak pengujian, Rani dan keempat anggota timnya melakukan uji antibakteri dengan media cawan petri dan metode sumuran untuk mengetahui daya hambat salep terhadap bakteri.
Heni Lutfiyati, M.Sc.,Ap, dosen pembimbing penelitian tersebut mengatakan, output dari penelitian ini adalah dihasilkan salep ekstrak daun cocor bebek yang dapat menyembuhkan penyakit bisul. Kegiatan ini, kata Heni, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa UM Magelang khususnya mahasiswa Ilmu Kesehatan untuk lebih mempelajari tentang pemanfaatan tanaman herbal. Selain itu mahasiswa ilmu kesehatan diharapkan memiliki kesempatan dan kemampuan yang lebih untuk melakukan penelitian ilmiah tentang tanaman herbal dibanding mahasiswa lainnya. (Humas – Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Pelatihan Pembuatan “Trek Suit Mas” (Tepung Senerek untuk Susu, Biskuit dan Mi Basah) guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang adalah salah satu dari 28 proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diusulkan oleh mahasiswa UM Magelang yang berhasil lolos seleksi dan didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2017.
Kelima mahasiswa yang menggagas ide kreatif tersebut adalah Hasna Rafida (PGSD FKIP), Didik Irawan (PGSD FKIP), Fatkhussarifin (PGSD FKIP), Ellyana Bhekti Saputri (PGSD FKIP ) dan Nurul Ngaini (Prodi Manajemen FE). Kelompok ini berhasil lolos pada program kreativitas di bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) dengan bentuk pengabdian berupa pelatihan pembuatan tepung senerek yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan yaitu susu, mie basah dan biskuit.
Hasna Rafida, ketua tim mengatakan, ide pengolahan senerek berawal dari sudut pandang senerek yang hanya diolah menjadi sop yang mudah dijumpai di berbagai warung makan di daerah Magelang. Hasna mengatakan, Sop Senerek adalah masakan khas dari Magelang yang merupakan kuliner peninggalan masa penjajahan Kolonial Belanda. Senerek berasal dari kata Senert yang berarti kacang polong. Tetapi orang Magelang menyebutnya “senerek” dan mengganti kacang polong menjadi kacang merah. Tampilannya seperti sop iga atau sop buntut pada umumnya, tetapi yang membedakannya adalah kacang merah sebagai inti dan penggunaan kaldu kacang yang membuat sop ini berbeda dari sop lainnya.
Dalam sop senerek juga terdapat daging sapi potong, kentang, bayam, wortel, daun bawang dan daun seledri sebagai pelengkapnya. Kandungan gizi dari sop senerek sendiri sangat banyak. Mulai dari asam amino yang bagus untuk perbaikan gizi, disamping juga rendah lemak dan bebas kolestrol. Selain itu juga baik untuk kesehatan jantung, kesehatan pencernaan, pertumbuhan dan perkembangan anak.
Namun sayangnya masyarakat terutama anak-anak banyak yang tidak suka dengan senerek ini. Dari hal tersebut muncullah ide untuk membuat olahan senerek dalam bentuk yang disukai semua kalangan termasuk anak-anak, yakni dalam bentuk tepung senerek yang diolah dalam bentuk bentuk susu, biskuit, dan mi basah (trek suit mas). juga tidak ada bahan yang berbahaya yang ditambahkan dalam olahan senerek ini.
Melalui kegiatan pelatihan itu diharapkan akan meningkatkan nilai jual senerek di Desa Mangunrejo sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani senerek dan ibu rumah tangga. Selain itu juga untuk meningkatkan gizi anak-anak di Desa Mangunrejo. Berbagai kegiatan yang dilakukan dari mulai sosialisasi, pelatihan pembuatan tepung senerek hingga labelling dan pemasaran disambut antusias warga. Bahkan pada acara tarawih keliling yang dihadiri oleh Bupati Magelang beserta jajaarannya beberapa waktu lalu, olahan biskuit senerek menjadi salah satu oleh-oleh yang diberikan warga Mangunrejo kepada Ibu Tanti Zaenal Arifin, istri Bupati Magelang. “Semoga Ibu Tanti tertarik dan mendukung olahan biskuit dari senerek ini agar menjadi produk unggulan dan menjadi oleh-oleh khas Magelang,” harap Trimah, Ketua PKK Desa Mangunrejo. (Humas – Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Selama tiga hari berturut-turut, mulai Selasa hingga Kamis 2017 (6-8/6), UM Magelang beserta Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kabupaten Magelang menggalang semangat untuk membantu warga korban banjir Kecamatan Grabag yang masih mengungsi di rumah kerabat mereka.
Ns. Margono M. Kep, Ketua posko kegiatan mengatakan, selama tiga hari sebanyak 150 personel mengadakan berbagai kegiatan untuk mensupport warga di Dusun Kaligading, Sambungrejo, Kalisapi, Karanglo, dan Tlumas. “Di lima lokasi tersebut kami melakukan berbagai kegiatan seperti lomba yang ditujukan untuk anak-anak, pengajian serta buka puasa bersama,” ujar Margono.
Margono menambahkan, UM Magelang juga menyalurkan bantuan berupa 400 paket sembako senilai 70 juta kepada warga di lima lokasi tersebut. Bantuan tersebut berasal dari warga Muhammadiyah baik PCM, PCA maupun sekolah Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Magelang.
Selain itu UM Magelang juga memberikan pendampingan trauma healing kepada korban pasca bencana. Adapun 150 personel yang diterjunkan, lanjut Margono, terdiri dari relawan MDMC, mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan, serta motivator antara lain Ustadz Walyono dan Ustadz Komarudin.
Suadi, Kepala Dusun Tlumas menyatakan rasa syukur atas bantuan yang diberikan kepoada warganya terutama dalam bulan Ramadhan ini. Ia yakin bahwa semua kegiatan yang dilakukan oleh para relawan sangat bermanfaat serta dapat membantu warganya baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. (Humas – Yudia)
Jun 7, 2017 | Berita
Di tangan lima mahasiswa Fikes UM Magelang, bunga pinus mampu diolah menjadi teh kantong herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan kemudian dituangkan dalam suatu karya berbentuk proposal pengabdian masyarakat berjudul “ Tekas Bina Mekanist” . Proposal itu berhasil lolos seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2017 bersama 27 proposal mahasiswa UM Magelang lainnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilakukan empat mahasiswa PGSD FKIP UM Magelang yakni Hanik Musyarofah, Siti Mudayanah, Wulan Septiani, dan Irna Listiyani. “Selama ini di Dusun Bulu Duwur, Ropoh, Kepil, Wonosobo, bunga pinus hanya dimanfaatkan sebagai among geni atau untuk menyalakan api ketika hendak memasak. Bahkan tak jarang bunga pinus hanya dibiarkan membusuk begitu saja oleh masyarakat sekitar,” tutur Hanik Musyarofah, ketua tim. Berawal dari keprihatinan tersebut, mereka kemudian melakukan kegiatan pengabdian di dusun tersebut.
Bunga pinus (strobilus betina), lanjut Hanik banyak terdapat di Dusun Bulu Duwur yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Keempat mahasiswa itu kemudian memanfaatkan bunga pinus sebagai teh kantong herbal . Adapun cara produksinya cukup mudah mulai dari proses pemotongan bunga, pencucian, penjemuran, penyangraian, penumbukan, dan pengemasan kantong serta kardus.
“Berdasarkan penelitian ilmiah terbukti bahwa teh herbal bunga pinus mampu meningkatkan imunitas tubuh. Bunga pinus yang kaya anti oksidan juga bermanfaat untuk melancarkan sistem pencernaan, menjaga tubuh tetap fit, menjaga kecantikan kulit, melindungi dan meningkatkan fungsi organ tubuh, dan pertumbuhan tubuh, “ ungkapnya.
Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan dengan melibatkan kelompok Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) yang diikuti 30 peserta. Pelatihan pembuatan teh kantong herbal yang dilakukan untuk warga di Dusun Bulu Dowor itu diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat yang mudah terserang penyakit sehingga mencetak generasi muda yang memiliki sumber daya manusia lebih baik. Selain itu mereka juga berharap, kegiatan pengabdian tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Dusun Bulu Duwur yang masih menganggur.
Warga sekitar sangat antusias dengan adanya pelatihan tersebut, karena barang yang semula mereka kira tidak berguna ternyata memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Syahman Jumeno, Kepala Desa Ropoh mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa yang telah membagikan ilmunya kepada warganya serta dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Ia berharap kegiatan tersebut dapat berkesinambungan sehingga warga dapat terus memanfaatkan bunga pinus yang tidak hanya bernilai medis tapi juga ekonomis. (Humas – Yudia)