PERMUDAH PELAJARI WAYANG PANDHAWA MELALUI PLECI PALAWIJA

Pleci Palawija (Multiple Intellegence Pameran Larikan Inovasi Jawa) merupakan salah satu karya kreatif mahasiswa UM Magelang yang dituangkan dalam proposal  Program Kreativitas Mahasiswa  (PKM)  berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbasis PLECI PALAWIJA Terhadap Penguasaan Konsep Wayang Pandhawa Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang” .

Adalah empat mahasiswa Prodi PGSD FKIP UM Magelang yang menggagas model pembelajaran wayang Pandhawa tersebut. Mereka adalah  Octavia Uswatun Khasanah, Heni Rahmawati, Nisa Indira Aliffiana, dan Ellyana Bhekti Saputri dibawah bimbingan dosen Galih Istiningsih, M.Pd  “Hakikatnya program ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan pemahaman penguasaan konsep wayang Pandhawa pada siswa kelas IV SD, ” ujar Octa, Ketua Tim Peneliti.

Lebih lanjut Okta menjelaskan, hal yang melatarbelakangi penelitian terkait dengan model pembelajaran ini yaitu guru cenderung masih menggunakan model dan metode ceramah serta kurang inovatif dalam mengajarkan materi wayang Pandhawa yang kebanyakan berisi karakteristik wayang dari segi fisik dan penokohannya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala SDN Pasuruhan 1 Magelang, Tugino S.Pd  yang mengatakan bahwa siswa kelas IV masih kurang dalam memahami tokoh Wayang Pandhawaterutama karakter dan penokohannya. Hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan kurangnya nguri-uri budaya Jawa,”  ungkapnya.

“Penelitian dimulai awal bulan April dengan target kelas 4 A dan 4 B yang bertindak sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Proses penelitian dilakukan selama 4 kali penelitian. Penelitian 1 sampai 3 dilakukan pembelajaran di dalam kelas, sedangkan penelitian 4 dilakukan diluar kelas. Hal ini dikarenakan pembelajarannya berfokus pada multiple intelligence yang menyenangkan yaitu dengan role playing atau bermain peran menceritakan tokoh wayang Pandhawa oleh siswa kelas IV SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang.” Ungkap Octa.

Penerapan model pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbasis PLECI PALWIJA yang artinya proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dengan mengkombinasikan kecerdasan anak yang berbeda dari 8 kecerdasan yang ada menurut Howard Gardner yang biasa disebut Multiple Intellegence..

Melalui penerapanpenerapan model tersebut, materi pembelajaran siswa kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 dapat tersampaikan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta 5 indikator yang termuat dalam materi wayang kelas IV yaitu mengamati gambar tokoh wayang Puntadewa, menyebutkan keluarga Puntadewa  (istri, anak dan saudara), menjelaskan nama negaranya, menjelaskan ajian  yang dimiliki, dan menceritakan kisah  Puntadewa dalam merebut kembali Negara Astina.

“Setelah  penelitian 1 sampai 4 berakhir, tim peneliti melakukan olah data yang mendapatkan hasil  perbedaan antara pre test dan post test anak kelas 4A dan 4B.Hasil dari pre test dan post test ,menunjukkan bahwa ada pengaruh terkait dengan model pembelajaran Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbasis PLECI PALAWIJA Terhadap Penguasan Konsep Wayang Pandhawa Kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang,” tandas Okta..

Selain itu untuk  memperoleh hasil yang maksimal,  mereka mengadakan kegiatan pagelaran wayang Pandhawa berdasarkan Multiple Intellegence yang dimiliki  siswa . Para peneliti berharap siswa dapat mengetahui penguasaan konsep dan terlihat adanya pengaruh antara model pembelajaran Quantum Teaching tipe TANDUR berbasis PLECI PALAWIJA terhadap penguasaan konsep wayang Pandhawa pada siswa kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang. (Humas – Yudia)

MELALUI PKM, MOTIVASI PERUSAHAAN LAKUKAN CSR

Semakin berkembangnya perusahaan juga memunculkan kesadaran tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dimana perusahaan itu beroperasi. Persaingan perusahaan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk menjadi yang lebih unggul sehingga berlomba-lomba untuk bersaing agar mendapatkan penilaian terbaik dari masyarakat. Terdapat banyak hal yang dapat membentuk citra positif terhadap perusahaan salah satunya melalui Corporate Social Responbility (CSR).

Melihat betapa kuatnya pengaruh CSR untuk keberlangsungan suatu Perusahaan, Tim PKM  UM Magelang yang terdiri dari Yosa Vega, Bunga Pertiwi, Dian Safitri, Yosi Rizky Nabila dan Kristin Indah mengajukan proposal PKM Penelitian  berjudul Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan yang dibimbing oleh Bayu Sindhu R, S.E, Ms.c. Kegiatan PKM ini mengusulkan anggaran sebesar 12 Juta dan  didanai Dirjen Dikti sejumlah 9 Juta.

Penelitian dilakukan di PT Pandatex karena perusahaan ini beroperasi ditengah-tengah pemukiman penduduk. “Tentunya banyak masyarakat yang merasakan dampak dari adanya perusahaan ini. Maka dari itu kami melakukan penelitian untuk mengetahui apakah PT Pandatex telah melakukan CSRnya dan bagaimana citra PT Pandatex dimata masyarakat dengan adanya CSR,” ujar Yosa ketua tim. Kegiatan penelitian ini, lanjut Yosa, dilakukan selama 5 bulan mulai Maret hingga Juli 2017 .

Penelitian melibatkan 100 warga sekitar Pandatex sebagai responden  melalui cara random. Penelitian CSR dilakukan menggunakan data primer dengan melakukan penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner diakukan secara door to door dan dibantu oleh Ketua RW 01 Tempurejo. Setelah mendapatkan hasil kuesioner, kegiatan selanjutnya yaitu melakukan olah data dan diuji. Hasil uji data dianalisis dimana akan memberikan jawaban mengenai pengaruh CSR terhadap citra perusahaan. Output penelitian ini berupa artikel ilmiah yang akan di publikasikan.

Tim PKM berharap kegiatan ini dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan CSR guna membangun citra perusahaan, baik menurut masyarakat, konsumen, maupun karyawan. Selain itu diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi manajemen terutama pada masalah CSR.

MAHASISWA UM MAGELANG OLAH BUAH SALAK JADI TEH DAN BROWNIS

Desa Pandanretno, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang adalah tempat bertumbuh pesatnya pohon salak. Salak yang berada didesa tersebut biasanya hanya  dimakan sebagai buah pencuci mulut, sedangkan kulitnya hanya dibuang dan dibiarkan busuk.

Namun,  di tangan mahasisiwa UM Magelang yang kreatif,  buah  dan kulit salak dapat diolah menjadi olahan lain yakni kue brownis dan teh. Di bawah bimbingan Galih Istiningsih, M.Pd, empat mahasiswa UM Magelang mengolah buah dan kulit salak menjadi lebih bernilai dan berkelas.

Shohifatul Rahmatika Sari, Riska Dwi Utami, Nadia Thufaila Naghma, dan Puji Astuti , empat mahasiswa itu kemudian untuk mengajukan proposal berjudul  Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan “TENIS” Melalui Pemanfaatan “BULIT SALAK” Pelumas di Pandanretno Srumbung. Proposal tersebut berhasil disetejui oleh Dikti melalui Program PMKM Tahun 2017 dan mendapatkan dana senilai 7 juta. Tenis merupakan singkatan dari teh dan brownis. Adapun Bulit singkatan dari buah dan kulit

Shohifatul Rahmatika Sari, ketua Tim  mengatakan, kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan TENIS dilakukan untuk guna merintis komunitas “BULIT SALAK” di Desa Pandanretno yang diketuai oleh Purwati. “Pelatihan dan pendampingan ini dilakukan mulai bulan April dan terdapat empat tahapan yaitu, pretest dan kajian pengemasan produk makanan, kajian labelling dan P-IRT( Perijinan Industri Rumah Tangga), kajian susunan organisasi, serta post test,” ujar Tika

Pada tahap pre test,  para mahasiswa melakukan sosialisasi tentang manfaat menjaga pola hidup dan bahaya diabetes. Warga juga mendapatkan keterampilan cara membuat brownies dari buah salak melalui demonstrasi secara langsung yang diberikan oleh tim PKM-M.

Di waktu berikutnya, warga mendapatkan keterampilan cara membuat teh original dari kulit salak serta kombinasi teh kulit salak dengan teh hijau. Warga  juga mempraktikan langsung secara berkelompok tentang bagaimana cara membuat brownies dari buah salak. Tika menambahklan, pada tahap pembuatan untuk mempermudah dan mempercepat hasil, tim memberikan peralatan berupa oven, kompor gas, penggiling teh, timbangan, hand siler, loyang, kantong kopi, dan parutan salak. Selain itu, warga juga mendapat kajian tentang pengemasan produk makanan, labelling dan P-IRT yang disampaikan oleh dosen FEB UM Magelang. Kajiantersebut  bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada warga tentang pengemasan makanan yang dapat menarik minat pembeli dan juga cara mengajukan PIRT.

Adapun teknik pemasaran Tenis melalui pemanfaatan “BULIT SALAK” yaitu, para peserta diajarkan agar produk mereka tidak hanya di pasarkan lewat pengepul tetapi juga dapat dipasarkan dengan berbasis IT yaitu menggunakan facebook, whats app, instagram dan juga blog. “Pada era teknologi  saat ini kami yakin pemasaran produk ini tidak kalah dengan pemasaran melalui pengepul,” ucap Tika.

Masyarakat Pandanretno sangat antusias dengan kegiatan tersebut..“Kami sangat berterimakasih dan mengharapkan adanya pelatihan-pelatihan seperti ini untuk  meningkatkan kualitas desa Pandanretno,” kata Wani Indriani, istri  Kepala Desa Pandanretno.

Pelatihan dan pendampingan  yang dilakukan para mahasisiwa kini telah menampakkan hasilnya. Warga yang semula hanya menjual salak secara utuh sebagai  buah, sekarang mereka menjualnya dalam produk olahan berupa teh dan brownis yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. (Humas-Yudia)

Metode BISMILLAH Permudah Siswa ABK Mengaji

Kota Magelang memiliki sekolah khusus bagi anak penyandang Tunarungu dan Tunawicara, serta Tunagrahita/Autis.  Terletak di Kecamatan Kedungsari, Magelang Utara, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Luar Biasa (YPPALB) Kota Magelang itu memiliki 149 siswa, yang terdiri dari 60 siswa anak Tunarungu dan 89 siswa anak Tunagrahita/Autis.

Walaupun memiliki keterbatasan,  ternyata minat mereka  untuk mengaji sangatlah tinggi. Hal itu terlihat dari rajinnya mereka tinggi hadir dalam TPQ walaupun terdapat  kendala berupa sarana dan prasarana yang membuat proses mengaji mereka menjadi terhambat.

Untuk mengatasi kendala tersebut, lima mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) UM Magelang mengajukan proposal  pengabdian pada masyarakat berjudul Penerapan Metode Bismillah dengan Media Plastisin dalam Pembelajaran BTQ Bagi Anak Penyandang Tunarungu di YPPALB B Kota Magelang . Proposal tersebut merupakan satu dari 28 proposal  mahasiswa UM Magelang yang lolos PKM Dikti Tahun 2017.

Kelima mahasiswa tersebut yakni Monica Subastia, Zumrotus Sholihah, Chusna Fadhila, Dina Suci Wahyuningtyas, dan Rizqi Ayu Maulida  dibawah bimbingan Dra. Kanthi Pamungkassari, M.Pd.

Ketua tim kegiatan, Monica mengatakan, metode BISMILLAH merupakan singkatan dari Belajar Iqro Sambil Bermain Agar Asyik dan Mudah. Adapun media yang digunakan adalah plastisin atau malam. Monik menjelaskan, pada mulanya ia bersama keempat teman-temannya melakukan kegiatan pengenalan Huruf Hijaiyyah yang dilakukan pada tanggal 9 Mei,.

Tahapan berikutnya adalah praktek sekaligus pembentukan Komunitas Guru yang disahkan oleh Kepala Sekolah yang dilakukan pada 10 Mei . Berikutnya, lanjut Monik, adalah Evaluasi dan Pelatihan Komunitas yang diadakan pada 10-12 Mei. Pada tahap akhir diadakan  Gebyar Anak Sholih sekaligus Penutup kegiatan dan Pendampingan.

Menurut Monik, metode yang dilakukan adalah dengan cara membagikan plastisin/malam kepada para siswa, kemudian guru menulis huruf hijaiyyah di white board. Setelah itu guru bersama murid mempraktekkan metode Bismillah tersebut dengan membentuk plastisin yang sudah dibagikan untuk dibentuk menjadi huruf hijaiyyah yang sudah ditulis dan dijelaskan oleh guru.

Edy Purwanto S.Pd, Kepala  mengatakan, dengan adanya metode Bismillah ini siswa di SLB YPPALB-B Kota Magelang merasa lebih senang khususnya dalam belajar BTQ karena diterapkan sambil bermain dan tentunya sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan  menyenangkan. “Kegiatan pembelajaran  dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai harapan,” ujarnya. (Humas-Yudia)

MAHASISWA FIKES UM MAGELANG TELITI COCOR BEBEK SEBAGAI OBAT BISUL

Daun cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) ternyata dapat digunakan untuk mengobati bisul. Hanya saja belum banyak produk sediaan obat yang mengandung ekstrak daun cocor bebek yang banyak tumbuh liar di pinggir parit ini.Untuk membuktikan pemanfaatan daun cocor bebek sebagai obat bisul dalam bentuk salep, lima mahasiswa Fikes UM Magelang mengadakan penelitian di laboratorium Fikes UM Magelang.

Penelitian tersebut kemudian dituangkan dalam proposal PKM Penelitian yang berjudul “Inovasi Salep Ekstrak Cobek (Cocor Bebek) Sebagai Obat Bisul” yang menjadi salah satu proposal yang lolos PKM-P Dikti Tahun 2017. Proposal tersebut mendapatkan dana penelitian senilai 10 juta.

Kelima mahasiswa yang melakukan kegiatan penelitian itu adalah Rani Okta Friliana, Eko Nurhidayah, Zulda Sarah Kusumawati, Annisa Fitri dan Rizki Setyo Dwipasari dengan melakukan penelitian untuk  menguji efektivitas salep ekstrak daun cocor bebek sebagai obat bisul dan menentukan konsentrasi ekstrak daun cocor bebek dalam salep yang efektif sebagai obat bisul.

Rani, ketua tim mengungkapkan, penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan desain penelitian eksperimental. “Untuk dapat melakukan penelitian, sebelumnya harus dilakukan identifikasi tanaman dan pembuatan salep dari ekstrak daun cocor bebek ini,” jelasnya. Dengan mengetahui konsentrasi ekstrak pengujian, Rani dan keempat anggota timnya melakukan uji antibakteri dengan media cawan petri dan metode sumuran untuk mengetahui daya hambat salep terhadap bakteri.

Heni Lutfiyati, M.Sc.,Ap, dosen pembimbing penelitian tersebut mengatakan, output dari penelitian ini adalah dihasilkan salep ekstrak daun cocor bebek yang dapat menyembuhkan penyakit bisul. Kegiatan ini, kata Heni,  diharapkan dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa UM Magelang khususnya mahasiswa Ilmu Kesehatan untuk lebih mempelajari tentang pemanfaatan tanaman herbal. Selain itu mahasiswa ilmu kesehatan  diharapkan memiliki kesempatan dan kemampuan yang lebih untuk melakukan penelitian ilmiah tentang tanaman herbal dibanding mahasiswa lainnya. (Humas – Yudia)

TREK SUIT MAS, INOVASI SENEREK KARYA MAHASISWA UMMAGELANG

Pelatihan Pembuatan “Trek Suit Mas” (Tepung Senerek untuk Susu, Biskuit dan Mi Basah) guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang adalah salah satu dari 28  proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)  yang diusulkan oleh mahasiswa UM Magelang yang berhasil  lolos seleksi dan didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2017.

Kelima mahasiswa yang menggagas ide kreatif tersebut adalah Hasna Rafida (PGSD FKIP), Didik Irawan (PGSD FKIP), Fatkhussarifin (PGSD FKIP), Ellyana Bhekti Saputri (PGSD FKIP ) dan Nurul Ngaini (Prodi Manajemen FE). Kelompok ini berhasil lolos pada program kreativitas di bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) dengan bentuk pengabdian berupa pelatihan pembuatan tepung senerek yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan yaitu susu, mie basah dan biskuit.

Hasna Rafida, ketua tim mengatakan,  ide pengolahan senerek  berawal dari sudut pandang senerek yang hanya diolah menjadi sop yang mudah dijumpai di berbagai warung makan di daerah Magelang. Hasna mengatakan, Sop Senerek adalah masakan khas dari Magelang yang merupakan kuliner peninggalan masa penjajahan Kolonial Belanda. Senerek berasal dari kata Senert  yang berarti kacang polong.  Tetapi orang Magelang menyebutnya “senerek” dan  mengganti kacang polong menjadi kacang merah. Tampilannya seperti sop iga atau sop buntut pada umumnya, tetapi yang membedakannya adalah kacang merah sebagai inti dan penggunaan kaldu kacang yang membuat sop ini berbeda dari sop lainnya.

Dalam sop senerek juga  terdapat daging sapi potong, kentang, bayam, wortel, daun bawang dan daun seledri sebagai pelengkapnya. Kandungan gizi dari sop senerek sendiri sangat banyak. Mulai dari asam amino yang bagus untuk perbaikan gizi, disamping juga rendah  lemak dan bebas kolestrol. Selain itu juga baik untuk kesehatan jantung, kesehatan pencernaan, pertumbuhan dan perkembangan  anak.

Namun sayangnya masyarakat terutama anak-anak banyak yang tidak suka dengan senerek ini. Dari hal tersebut muncullah  ide untuk membuat olahan senerek dalam bentuk yang disukai semua kalangan termasuk anak-anak, yakni dalam bentuk tepung senerek yang diolah dalam bentuk bentuk susu, biskuit, dan mi basah (trek suit mas). juga tidak ada bahan yang berbahaya yang ditambahkan dalam olahan senerek ini.

Melalui kegiatan pelatihan itu diharapkan  akan meningkatkan nilai jual senerek di Desa Mangunrejo sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani senerek dan ibu rumah tangga. Selain itu juga untuk meningkatkan gizi anak-anak di Desa Mangunrejo. Berbagai kegiatan yang dilakukan dari mulai sosialisasi, pelatihan pembuatan tepung senerek hingga labelling dan pemasaran disambut antusias warga. Bahkan pada  acara tarawih keliling yang dihadiri oleh Bupati Magelang beserta jajaarannya beberapa waktu lalu, olahan biskuit senerek menjadi salah satu oleh-oleh yang diberikan warga Mangunrejo kepada Ibu Tanti Zaenal Arifin, istri Bupati Magelang. “Semoga Ibu Tanti tertarik dan mendukung olahan biskuit dari senerek ini agar menjadi produk unggulan dan menjadi oleh-oleh khas Magelang,” harap Trimah, Ketua PKK Desa Mangunrejo. (Humas – Yudia)