Indonesia merupakan negara yang paling diincar oleh banyak negara terutama negara maju seperti Amerika, Inggris, Rusia bahkan Malaysia. Sumber daya alam yang begitu melimpah khususnya di bidang minyak dan gas (migas) membuat banyak negara berniat mengusai Indonesia. Migas merupakan sumber energi yang menjadi latar belakang konflik di berbagai negara. Contohnya Amerika menyerbu Irak karena ingin menguasai migas, demikian pula dengan invansi negara adi daya tersebut ke Nigeria dan Sudan.

Paparan tersebut disampaikan oleh Gubernur Akademi Militer Mayjen TNI Sumardi ketika menyampaikan materi Kuliah Umum Wawasan Kebangsaan dengan tema “Proxy War” di Auditorium Kampus 1 UM Magelang hari Rabu, 21/1. Di hadapan lebih dari 800 mahasiswa yang memadati Auditorium, Mayjen TNI Sumardi yang mulai menjabat sebagai Gubernur Akmil mulai 5 April tahun 2013 itu memaparkan tentang pertumbuhan penduduk dunia dalam enam tahun yang bertambah satu milyar.

“Saat ini jumlah penduduk dunia sudah lebih dari 7 milyar. Tahun 2017 mendatang akan menjadi 8 milyar,” ungkap Sumardi yang pernah menjabat sebagai Danyon 123 Grup 1 Kopassus. Dengan bertambahnya penduduk dunia, otomatis bidang energi, pangan, dan air menjadi semakin langka. “Perang masa kini merupakan perang penguasaan di bidang energi, sedang di masa yang akan datang selain bidang energi juga merambah ke bidang pangan dan air atau bio energi” tambahnya.

Namum demikian, taktik yang dilancarkan oleh negara pengincar dilakukan dengan cara menyerang negara yang menjadi incarannya secara tidak langsung. Mereka menggunakan pihak lain untuk berperang, yakni melalui demo, black campaign, serta bentuk agitasi lainnya. “Inilah yang disebut proxy war, dimana perang model ini tidak terlihat mana teman mana lawan. Mereka menggunakan non state actor, tetapi dikendalikan oleh state atau negara tertentu. Sumardi memaparkan bentuk proxy war yang terendus yakni demo buruh yang dilakukan pada tahun 2013, dimana 19 perusahaan di Jabodetabek mengalami kebangkrutan akibat aksi buruh yang ditunggangi pihak ketiga.

Demikian pula dengan aksi demo yang ditujukan bagi 20 perusahaan kelapa sawit di Sumatera yang dimiliki oleh pribumi. Salah satu LSM internasional di Australia menuding, ke-20 perusahaan kelapa sawit tersebut sebagai perusahaan yang menyumbang CO2 terbanyak di Sumatera. Sumardi juga menceritakan bahwa beberapa waktu lalu Indonesia ditawari Vietnam untuk mengimport beras dengan harga Rp. 4.000/kg. Padahal harga beras dalam negeri mencapai kisaran Rp. 7000 hingga Rp. 8000/kg. Hal tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk menghancurkan ketahanan pangan Indonesia.

Dalam acara yang dibuka oleh Rektor dan diikuti oleh jajaran pimpinan UM Magelang tersebut , Pria berusia 56 tahun itu juga menyinggung tentang penyalahgunaan narkoba yang dapat menyebabkan lost generation. Ia mengajak para mahasiswa untuk menjauhi dan jangan menyentuh narkoba, karena sekali memakai, akan menyebabkan ketagihan dan merusak masa depan.

Menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045 mendatang, Sumardi mengajak para pemuda untuk menjadi tokoh dan contoh bagi masyarakat di lingkungannya. “Jadilah generasi yang kokoh dan memiliki prinsip agar tidak terombang-ambing dan tergiur dengan uang 50 ribu untuk ikut berdemo,” ajak pria kelahiran Boyolali itu.

Di akhir paparannya, Sumardi berharap agar mahasiswa dan TNI dapat bersatu untuk bersama-sama berjuang menghadapi tantangan di masa depan yang semakin berat. Ia mengingatkan agar mahasiswa memiliki daya saing dan jangan terjerumus kepada hal-hal negatif. Buku “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War” yang ditulis oleh Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ( KASAD TNI) yang dibagikan kepada seluruh peserta diharapkan dapat dipahami dan menambah wawasan kebangsaan para mahasiswa UM Magelang.

Uky Yudhatama, Kepala Biro Akademik UM Magelang yang merupakan ketua panitia kegiatan dan sekaligus menjadi moderator kuliah umum mengatakan, kuliah umum diikuti oleh mahasiswa UM Magelang dari 6 fakultas dan 16 program studi dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan serta pemahaman tentang Proxy War di kalangan mahasiswa. Selain itu juga untuk menjalin kerjasama antara UM Magelang dan Akademi Militer di bidang akademik. RIFA’I/HUMAS