Kecamatan Mertoyudan memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Magelang yaitu 104.934 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2310 jiwa/ km2. Adapun Wilayah Puskesmas Mertoyudan merupakan wilayah yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Tengah. Tahun 2015 kejadian DBD terutama di wilayah kerja Puskesmas Mertoyudan 1 sangat mengkhawatirkan dengan kasus sebanyak 88 per 100.000 penduduk, dimana wilayah yang paling menghawatirkan adalah wilayah Sumberrejo.

Kelurahan Sumberrejo terbilang kawasan padat penduduk, kebanyakan rumah warga saling berhimpitan. Hal ini membuat penyebaran nyamuk DBD menjadi lebih cepat karena sirkulasi udara yang dibutuhkan kurang, dinding pembatas yang saling berhimpitan menjadikan rumah-rumah di kawasan tersebut lembab dan kurang terpapar sinar matahari. Kondisi seperti inilah yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.

Upaya dalam pengendalian penyakit DBD telah dilakukan, seperti dari Dinas Kesehatan kabupaten Magelang untuk mencegah kejadian DBD dengan fogging, penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), 3M, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, serta abatisasi. Hal tersebut dilakukan karena dianggap efektif untuk mencegah kejadian DBD di wilayah Kabupaten Magelang.

Upaya preventif dari masyarakat yaitu dengan menggunakan anti nyamuk (repellent) sintetik yang praktis dan mudah didapatkan. Repellent sintetik yang digunakan oleh masyarakat biasanya adalah repellent semprot, lotion, bakar, dan elektrik. Masyarakat menganggap penggunaan repellent ini aman dan tidak menimbulkan efek samping apapun.

Pada repellent sintetik terkandung N.N-dietil-meta-toluamida (DEET) yang digunakan untuk menolak nyamuk. Banyak laporan mengenai toksisitas DEET, mulai dari efek ringan, seperti urtikaria dan erupsi kulit, sampai pada reaksi berat, seperti toxic encephalopathy (kerusakan atau gangguan pada otak). Namun upaya tersebut dianggap belum efektif karena masih banyak kasus kematian karena DBD.

Masyarakat membutuhkan alternatif lain yang relatif lebih aman, ekonomis, alami, dan ramah lingkungan yaitu dengan penggunaan pengusir nyamuk alami dari tanaman hias seperti lavender, sereh , marigold, geranium, rosemari, dan zodia. Menurut beberapa penelitian, tanaman- tanaman hias itu mengandung senyawa minyak atsiri dan juga mengeluarkan bau-bauan yang dibenci oleh nyamuk.Kelurahan Sumberrejo merupakan daerah yang memiliki cuaca yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas yaitu dengan temperatur antara 20o-26 o C sehingga tanaman hias maupun tanaman repellent pengusir nyamukmampu tumbuh dengan baik.

Fakta-fakta tersebut menginisiasi para mahasiswa Fikes untuk bergerak melakukan kegiatan berupa pengabdian pada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk proposal penelitian berjudul “Budidaya Tanaman Hias sebagai Mosquito Repellent (Anti Nyamuk) dalam Upaya Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) serta Meningkatkan Perekonomian Warga di Sumberrejo Kabupaten Magelang.” Tidak dinyana, proposal tersebut berhasil lolos seleksi mengalahkan 2.674 proposal dari berbagai PT dalam Progam Hibah Bina Desa (PHBD) Dikti Tahun 2016. “Kelurahan Sumberrejo merupakan lokasi kampus 2 UM Magelang dimana Fikes berada di dalamnya,” ungkap Bintang Fauzia Muflikha, ketua tim tersebut mengenai latar dipilihnya Sumberrejo sebagai lokasi penelitian.

Ia mengatakan, rangkaian kegiatan PHBD di Kelurahan Sumberrejo dimulai pada tanggal 30 Juli berupa Musyawarah Masyarakat Kelurahan Sumberrejo yang dihadiri 50 undangan. Mereka terdiri dari Kepala Desa beserta jajarannya, tokoh masyarakat serta para mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut didampingi dosen pembimbing yakni Rohmayanti M. Kep. Ketujuh mahasiswa tersebut yakni Bintang Fauzia Muflikha, Melia Ulul, Rollys Zakarias, Ike Nur Khasanah, Ade Chandra, Nur Aini Ambarwati, dan Nur Syaroh.

Pertemuan tersebut merupakan langkah sosialisasi dari rangkaian kegiatan PHBD yang akan dilakukan. Pada kegiatan tersebut terbentuk Kelompok kerja “Rucemuk” yang merupakan singkatan dari Rumah Cegah Nyamuk, disamping juga pengagendaan kegiatan terkait progam.

Pertemuan berikutnya diadakan tanggal 8 Agustus berupa Seminar Budidaya Tanaman Hias Sebagai Mosquito Repellent dan Launching Showroom “Rucemuk” yang dihadiri 110 peserta. Dengan dipandu oleh Ns Sigit Priyanto. M.Kep, tiga pemateri dihjasirkan. Mereka adalah Ns. Rohmayanti., M.Kep (pembimbing sekaligus dosen Fikes UM Magelang) dengan tema Nursing care dan Cara Perawatan Tepat pada Pasien dengan Diagnosa DBD, Darsiwan S.Km., M.Kes (Kasi Pencegahan Penyakit Dinkes Kabupaten Magelang) dengan tema Penyuluhan PSM dan Sosialisasi Pencegahan DBD, dan Supartomo, SP (Ka UPT Laboratorium Pertanian Kabupaten Magelang) dengan tema Dasar Penanaman Tanaman Hias bagi Pemula dan Tanaman-Tanaman yang berkhasiat Mengusir Nyamuk.

Selain itu juga diadakan launching Showroom Rucemuk serta penyerahan tanaman hias secara simbolik dari UM Magelang kepada perwakilan warga. Showroom tersebut berguna sebagai display area dan tempat pembudidayaan tanaman hias yang nantinya akan dipasarkan.

Warga Sumberrejo juga diberikan tanaman hias secara cuma-cuma mulai tanggal 8-10 Agustus yang diharapkan dapat menjadi tanaman modal pensosialisasian tanaman hias sebagai Mosquito Repellent, dan juga sebagai bentuk modal awal proses pembudidayaan tanaman hias.

Bintang berharap kegiatan tersebut mampu mengubah mind set masyarakat mengenai pencegahan DBD dengan bahan alami yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Selain itu juga mampu membentuk organisasi warga dan menambah pengetahuan warga dalam mengelola tanaman hias melalui rumah budidaya tanaman mosquito reppelent . “Disamping itu juga diharapkan mampu menggerakan perekonomian warga dengan mengelola tanaman repellent untuk selanjutnya dijual via online maupun langsung,” imbuh Bintang.

Dengan ditamannya tanaman repellent lingkungan di daerah Sumberrejo akan terlihat asri, rimbun dan indah karena setiap rumah memiliki lokasi pembudidayaan tanaman hias repellent anti nyamuk sendiri. Tidak menutup kemungkinan pula Kelurahan Sumberrejo berpeluang menjadi wilayah percontohan sebagai wilayah yang siap menghadapi wabah DBD.

Tanggal 11 sampai 26 Agustus Tim PHBD mengadakan Lomba Rucemuk di wilayah Kelurahan Sumberrejo dengan dua tahap penilaian. Pada bulan September Tim PHBD akan melakukan workshop dengan tema Pembinaan Budidaya Tanaman Hias. “Selain itu juga akan dilakukan monitoring evaluasi (monev) dari Dikti terkait dengan kegiatan yang telah dilakukan,” ujar Melia Ulul yang menjadi anggota Tim PHBD.(YUDIA-HUMAS)