Fakultas Agama Islam UM Magelang melalui Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) menngadakan seminar Pengembangan Mutu Madrasah dengan tema “Reinterpretasi Standar Nasional Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah” hari Senin 18/04 . Acara tersebut diikuti 204 peserta yang merupakan Kepala dan Wakil Kurikulum masing-masing perwakilan Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kabupaten Magelang.

Kaprodi PGMI yang juga sekaligus Ketua panitia Ahwy Oktradiksa, M.Pd.I mengatakan, seminar tersebut terselenggara atas kerjasama antara Kementerian Agama Kabupaten Magelang dengan Prodi PGMI UM Magelang. Ahwy menjelaskan, madrasah merupakan salah satu institusi pendidikan nasional yang menekankan pendidikan agama, selain melakukan pendidikan konvensional. “Sebagaimana lembaga pendidikan lain, madrasah dituntut untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) agar dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Namun, hingga saat ini pencapaian standar tersebut masih sulit dilakukan karena keterbatasan dana pendidikan, kelayakan sarana dan prasarana, keterbatasan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sampai dengan keterbatasan kemampuan manajemen pendidikan madrasah,” tutur Ahwy.

Oleh karena itu, lanjut Ahwy, seminar tersebut bertujuan untuk mencari format yang tepat tentang arah keunggulan Madrasah Ibtidaiyah, merekontsruksi pemikiran pengembangan lembaga Pendidikan, dan memberi arahan pengelolaan serta koordinasi penjaminan mutu pendidikan yang mengacu pada SNP serta evaluasi mutu pendidikan. Ahwy menambahkan, Prodi PGMI FAI UM Magelang berkomitmen penuh untuk mengembangkan MI di Kabupaten Magelang dengan telah membentuk TIM ahli pengembang mutu Madrasah yang siap mendampingi MI di Kabupaten Magelang.

            Panitia seminar menghadirkan dua pembicara yakni K.H. Muhammad Hamid Koordinator Pengawas Kementerian Agama  Kabupaten Magelang dan Dr. Suliswiyadi, M.Ag, dosen senior di FAI UM Magelang. Muhammad Hamid dalam materinya mengatakan, reinterpretasi berarti peninjauan kembali SNP yang telah berjalan. Ia menegaskan, meski sudah melalui proses panjang dan mendalam, tetap saja diperlukan aktualisasi agar sesuai dengan fakta dan kontekstual. Hamid menambahkan, Madrasah disamping mengikuti kurikulum Nasional dari Kemendiknas, juga melaksanakan kurikulum yang memiliki ciri khusus dari Kemenag. “Ciri khusus ini menjadi brand tersendiri yang harus tetap dioptimalkan,” ungkap Hamid.

Suliswiyadi dalam materinya mengungkapkan tentang sembilan kecerdasan yang harus dikembangkan dalam pendidikan. Kesembilan kecerdasan itu yakni kecerdasan linguistik, matematis logis, ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, lingkungan, dan eksistensial. “jika sembilan kecerdasan itu digarap oleh lembaga pendidikan maka slogannya adalah Sekolahnya Para Juara,” ungkap Sulis yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LP3M) UM Magelang.(RIFAI-HUMAS)