Mar 21, 2020 | Berita, HotNews
Dalam rangka menjalankan Program Pengabdian Masyarakat Terpadu (PPMT), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) mengadakan Sosialisasi dan FGD (Forum Group Discussion) dengan tema “Mewujudkan Kawasan Ramah Anak di MI Muhammadiyah Ketitang Grabag”. Acara tersebut diikuti oleh guru, dan wali murid dari kelas satu hingga kelas enam MI Muhammadiyah Ketitang.
Acara ini bertujuan untuk memberikan Sosialisasi kepada guru, dan wali murid, akan pentingnya mewujudkan kawasan ramah anak, terlebih setelah adanya kasus seperti, anak putus sekolah, rendahnya minat belajar siswa dan kekerasan terhadap anak yang menimpa anak-anak di bangku Sekolah Dasar.
Minzani Aufa, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen pembimbing lapangan Program Pengabdian Masyarakat Terpadu (PPMT). Kegiatan ini difasilitasi oleh UMMagelang sebagai wadah pengabdian kepada masyarakat bagi Dosen dan Mahasiswa sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Madrasah Ramah Anak (MRA) merupakan upaya mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan anak selama berada di Madrasah, serta bertujuan untuk menjadikan Madrasah yang aman, bersih, nyaman, ramah, sehat, dan berbudaya lingkungan hidup.
Sosialisasi yang disampaikan oleh Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd., untuk mewujudkan kawasan MRA di Madrasah perlu adanya kerjasama antara guru, siswa, dan orang tua. Guru bertugas untuk mendidik anak di Madrasah, sedangkan orang tua bertugas untuk mendidik serta memberikan pengawasan dirumah, karena anak lebih banyak waktu di rumah dari pada di Madrasah. “Selain itu, orang tua dan guru juga merupakan role model bagi anak, segala perilakunya akan dicontoh oleh anak, sehingga orang tua dan guru perlu mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang baik dan sesuai dengan perkembangan zaman” imbuh Khanti.
Kepala MI Muhammadiyah Ketitang Siti Ardiyati S.Pd. mengatakan, “Kegiatan sosialisasi dan FGD terkait Madrasah Ramah Anak ini sangat bermanfaat, sehingga kita harus bersama-sama mewujudkan Madrasah Ramah Anak khususnya di lingkungan Madrasah kami. Karena itu, ia menyambut baik kegiatan yang dilakukan oleh dosen dan Mahasiswa UMMagelang.
(HUMAS)
Dec 27, 2017 | Berita
Persepsi sebagian siswa banyak yang menganggap bahwa Matematika merupakan pelajaran yang lebih sulit dibandingkan dengan yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut Progam Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Agama Islam (FAI) UM Magelang mencoba memberikan solusi pembelajaran Matematika yang menarik melalui Pelatihan Jaritmatika yang diadakan kemarin Sabtu, 23/12.
Pelatihan yang dilaksanakan di Aula Fikes lantai 2 UM Magelang tersebut mengusung tema “Keajaiban Jari-Jariku dalam Berhitung Cepat dan Mengasyikkan”. Ketua panitia, Norma Dewi Shalikhah, M.Pd.I mengatakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan wawasan dan mengimplementasikan metode jaritmatika dalam pembelajaran matematika di SD dan MI. “Kegiatan ini diikuti oleh 130 peserta yang terdiri dari mahasiswa PGMI semester 1 hingga 7 dan delegasi guru MI Magelang. Semoga pelatihan ini dapat menjadi bekal bagi para peserta untuk mengajarkan matematika dengan metode yang menarik,” ungkap Norma.
Dr. Nurrodin Usman, Lc.Ma, Dekan FAI UM Magelang, ketika membuka kegiatan pelatihan mengatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para guru sebagai pendidik. “Saya berharap para guru dan mahasiswa dapat memanfaatkan pelatihan ini sebagai ajang menggali ilmu sehingga tercipta metode pembelajaran matematika yang menarik,” jelas Nurrodin.
Pelatihan jaritmatika menghadirkan narasumber Tolkhah, S.Pd.I, seorang guru dan pakar jaritmatika. Dalam meterinya, Tolkhah memberikan berbagai tips dan trik mengerjakan beberapa masalah perhitungan dengan mudah. “Menghitung dengan mudah dapat dilakukan dengan media jari tangan kita. Tidak perlu mahal dan membeli alat hitung yang berkualitas tinggi. Cukup menggunakan anggota tubuh yang telah Allah berikan untuk kita,” jelas Tolkhah kepada para peserta.
Tolkhah memperkenalkan berbagai cara perhitungan mulai dari menambahkan angka puluhan hingga ratusan, bahkan perkalian menggunakan jari-jari tangan. “Ketika ada perkalian lebih dari 10, maka dapat menggunakan jari. Caranya yang pertama simpan di otak kita angka 100. Yang kedua yaitu jari berdiri dihitung sebagai puluhan di tambahkan. Selanjutnya, jari berdiri yang digunakan sebagai satuan, dikalikan. Setelah itu tinggal menggabungkan angka 100 + puluhan + satuan,” terang Tolkhah. Selain itu menurutnya ada beberapa hal yang harus dilakukan pendidik di usia dasar siswa mengenal perhitungan. “Dasar berhitung yang kuat harus ditekankan ketika kelas 1,2, dan3 di SD. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan metode yang menarik dan sesuai dengan kemampuan anak,” tandasnya.
HUMAS