Fikes UNIMMA Selenggarakan Pelatihan OSCE

Fikes UNIMMA Selenggarakan Pelatihan OSCE

Saat ini jumlah institusi Pendidikan keperawatan semakin bertambah dan mempengaruhi kualitas lulusan, sehingga diperlukan upaya untuk menstandarisasi lulusannya. Salah satunya dengan memberlakukan uji kompetensi dengan Uji Kompetensi Perawat Indonesia (UKPI) dengan metode Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) melalui Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) menggelar Pelatihan OSCE bagi dosen dan mitra yang berlangsung selama enam hari. Rangkaian kegiatan dilaksanakan secara daring melalui ruang temu virtual dan luring di Gedung Fikes Kampus 2 UNIMMA pada Senin sampai dengan Jumat (19-23/6).

Dr. Heni Setyowati Esti Rahayu, S.Kp, M.Kes selaku Dekan FIKES UNIMMA menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan. “Fikes selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas lulusan dan tentunya menyikapi kebijakan OSCE yang diharapkan oleh LAM-PTKes,” tuturnya.

Pelatihan diikuti oleh 35 peserta, baik dari internal UNIMMA maupun eksternal seperti Akper Karya Bhakti Nusantara Magelang, Akper Al-Kautsar Temanggung, Universitas Muhammadiyah Klaten, preseptor lahan praktik dari RSUD Tidar Kota Magelang, RSJ Prof Dr. Soerodjo Magelang, RSUD Muntilan Kabupaten Magelang, RS PKU Muhammadiyah Temanggung dan Puskesmas Mungkid.

Kegiatan diawali dengan pre-test di hari pertama, pemaparan materi, praktek dan diakhiri dengan post-test. Materi dan pelatihan secara langsung disampaikan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) Regional 7 Jawa Tengah, Ns. Nurullya Rachma, S.Kep., M.Kep.,Sp.Kep.Kom dan Arum Pratiwi, S.Kp., M. Kes., Ph.D. Selain itu, dihadirkan pula narasumber dari AIPNI Pusat, Dr. I Made Kariasa, S.Kp., M.M., M.Kep., Sp.KMB. Dalam materinya, AIPNI mepaparkan terkait dengan latihan pembuatan matriks, penetapan nilai batas standar kelulusan, pembagian peran ujian OSCE, hingga persiapan ujian OSCE.

Menerapkan pelatihan praktik uji OSCE, peserta melanjutkan Uji Kompetensi Ners metode OSCE pada Jumat (23/6). Stase yang diujikan meliputi Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak, Keperawatan Komunitas, Keperawatan Gawat Darurat, Keperawatan Jiwa, dan Keperawatan Medikal Bedah. Satu stase diberikan waktu lima belas menit.

Ketua panitia pelatihan OSCE, Ns. Nurul Hidayah, S.Kep, MS mengatakan tujuan Pelatihan OSCE untuk memberikan gambaran dan persiapan pembentukan tim OSCE di institusi masing-masing. “Pelatihan ini dapat menghasilkan para calon pengelola, penulis soal, penguji, dan pelatih klien standar yang kompeten sesuai dengan panduan nasional. Oleh karena itu, kita perlu melakukan upaya untuk peningkatan kualitas lulusan melalui persiapan pelaksanaan OSCE dalam uji exit exam,” tutur Nurul.

UNIMMA Menjadi Lokasi Bersejarah bagi PanahMu, Bertekad Kembangkan Panahan

UNIMMA Menjadi Lokasi Bersejarah bagi PanahMu, Bertekad Kembangkan Panahan

Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) menjadi lokasi bersejarah bagi Panahan Muhammadiyah (PanahMu). Organisasi ini resmi berdiri pada Kamis (22/6) di UNIMMA. Peresmian berdirinya PanahMu ditandai dengan pembacaan dan penyerahan Surat Keputusan kepengurusan PanahMu oleh Ketua Lembaga Pengembangan Muhammadiyah (LPO) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Gatot Sugiharto kepada Mohammad Maezi, Ketua PanahMu.

“Panahan adalah lebih dari sekadar olahraga, namun juga sunnah. Untuk itu, PanahMu bertekad mengembangkan panahan ke berbagai amal usaha Muhammadiyah terutama sekolah. Kami berharap agar sekolah-sekolah Muhammadiyah dan juga perguruan tinggi bisa mengembangkan panahan,” ujar Maezi. Maezi menambahkan bahwa dukungan yang sangat baik dari LPO semakin membulatkan tekad PanahMu untuk terus mengembangkan anak panah, dan menjadikan panahan sebagai olahraga keunggulan Muhammadiyah.

PanahMu menjadi gugus tugas pertama yang diluncurkan oleh LPO Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Meskipun baru berdiri, PanahMu telah sukses membangun jejaring berbagai penggiat olahraga panahan di lingkungan Muhammadiyah. Hal ini dibuktikan saat hadirnya lebih dari empat puluh penggiat olahraga panahan dari berbagai kota saat rakernas PanahMu di UNIMMA Magelang.

“Dengan adanya dukungan resmi dari LPO PP Muhammadiyah, kami optimis panahan Muhammadiyah bisa semakin maju. Setelah ini kami berharap, sekolah-sekolah Muhammadiyah yang belum mengembangkan olahraga panahan bisa kami dukung agar memiliki keunggulan dalam bidang olahraga panahan,” harap Maezi

Siap Dirikan PSPPA, UNIMMA Gelar Pelatihan Preseptor

Siap Dirikan PSPPA, UNIMMA Gelar Pelatihan Preseptor

Tim Task Force pendirian Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) difasilitasi oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) menggelar pelatihan preseptor melalui ruang temu virtual Zoom. Dengan 70 peserta yang merupakan preseptor, dosen Farmasi UNIMMA dan calon dosen PSPPA, kegiatan akan berlangsung selama tiga hari dimulai dari Kamis (22/6) hingga Sabtu (24/6) mendatang.

Dr. Heni Setyowati Esti Rahayu, M.Kes, Dekan Fikes UNIMMA dalam pembukaan pelatihan mengatakan, baik D3 maupun S1 Farmasi UNIMMA akan selalu mengupayakan kualitas lulusannya. “Salah satu komitmen tersebut diwujudkan dengan rencana penambahan program studi baru yaitu pembukaan PSPPA sebagai bentuk pengembangan kualitas lulusan sarjana,” ujarnya.

Dekan menambahkan bahwa tujuan pelatihan tersebut untuk memberikan gambaran dan wawasan terkait tugas dan tanggung jawab preseptor dalam melakukan pembimbingan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). “Terima kasih untuk Bapak Ibu yang sudah meluangkan hadir di kegiatan ini, kami mohon bantuannya. Harapan kami, nantinya preseptor memiliki kemampuan yang memadai agar dapat merencanakan proses pembelajaran dengan baik di tempat praktiknya masing-masing dan dapat mengarahkan profesionalitas dari para calon apoteker saat memasuki dunia kerja,” tutur Dekan.

Sementara itu, Prof. apt. Fatma Sri Wahyuni, PhD, Sekretaris APTFI dalam sambutannya menyatakan dukungannya terhadap pendirian PSPPA di UNIMMA. “Saat ini APTFI sangat menghire dan memotivasi program studi untuk bisa menambah terkait dengan program studi Apoteker. Kenapa? Karena jumlah yang masih jauh berimbang dimana jumlah program studi S1 ini yang di bawah keanggotaan APTFI itu hampir 300 sementara program studi profesinya hanya 56 saja,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Prof Fatma menyebutkan APTFI memiliki tugas yang tidak ringan untuk mengawal pembukaan program studi baru. “Saya lihat dari profil Farmasi UNIMMA baik itu fasilitas maupun SDM ini sudah sangat mumpuni ya, dan mudah-mudahan proses pembukaan prodi barunya berjalan dengan lancar,” imbuhnya.

Dalam rangkaian kegiatan pelatihan tersebut, dihadirkan enam narasumber dari APTFI dan satu dari UNIMMA. Seluruh peserta diberikan pre test, beberapa materi, post test dan refleksi pelatihan di akhir kegiatan nanti.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNIMMA Menangkan 3 Penghargaan di SILAT APIK

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNIMMA Menangkan 3 Penghargaan di SILAT APIK

Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Muhamadiyah Magelang (UNIMMA) mendapatkan 3 penghargaan internasional di agenda SILAT Asosiasi Program Studi Ilmu Komunikasi (APIK) Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisiyah (PTMA). Kongtingen dari UNIMMA mengirimkan 3 perwakilan mahasiswa dan 1 dosen untuk mengikuti event yang digelar di Universitas Muhamadiyah Sidoarjo (UMSIDA) pada Senin-Selasa (19-20/12).

Dari 5 kategori lomba diantaranya tiktok competition, digital journalism, news anchor, photography competition dan public relations, UNIMMA meraih 3 penghargaan. Penghargaan yang diraih diantaranya kategori photography competition yaitu Juara 2 yang diperoleh Muhammad Yoga Pratama, juara harapan 1 diperoleh Vina Rizky Rizky Nahari, dan Fauzy Pratama Putra sebagai juara harapan 2. “Senang sekali bisa mendapatkan juara 2 di acara Internasional ini, selain itu juga saya mendapat banyak sekali pengalaman dan networking dari berbagai daerah yang mempunyai passion fotografi dan videografi”, ungkap Yoga, mahasiswa Ilkom UNIMMA.

Prestasi ini menjadi yang pertama untuk Prodi Ilkom UNIMMA di gelaran kompetisi internasional sebagai juara.  “Alhamdulillah untuk kemenangan mahasiswa ilkom UNIMMA, dari 3 personil yang dikirim mendapatkan hasil yang luar biasa di event internasional,” ujar Prihatin Dwihantoro, Kaprodi Ilkom UNIMMA. Hantoro juga menambahkan bahwa mahasiswa perlu untuk berani untuk action dan menunjukkan kemampuan bahwa orang daerah juga memiliki kemampuan yang luar biasa. 

Rangkaian kegiatan SILAT APIK 2022 juga terdapat agenda seminar, konferensi Youth Communication Day dan workshop internasional.  Tema besar yang diusung pada tahun ini adalah The Challenges of Digital Communication in The New Normal Era. Pembicara seminar adalah Prof. Widodo Muktiyo (Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Novi Kurnia (Universitas Gadjah Mada), Sonny B. Harmadi (Satgas Perubahan Perilaku Covid-19), dan Fajar Junaedi (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Dalam agenda tersebut, UNIMMA juga turut mengirimkan 3 paper yang dipresentasikan untuk dapat dimuat di prosiding Internasional. Harapannya event seperti ini dapat memicu dan memacu mahasiswa yang lain supaya dapat mengikuti lomba-lomba dan konferensi baik nasional maupun internasional. “Kuliah tidak perlu lama-lama, karena dengan prestasi-prestasi seperti ini justru kalian bisa lulus dengan cepat”. Tambah Hantoro.

REFLEKSI : YANG TERSISA DARI MUKTAMAR

REFLEKSI : YANG TERSISA DARI MUKTAMAR

Saat mendapatkan kabar ada nenek usia 78 tahun namanya Bu Nurlina dari Pematangsiantar Sumatra Utara rela menempuh perjalanan darat sendirian dengan naik bus selama 4 hari untuk menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Solo, tidak terasa air mata mengalir tak terbendung. Begitu hebat nenek ini mengekspresikan kecintaannya pada Muhammadiyah. Kejutan terus berdatangan saat ada sepasang suami istri menempuh perjalanan sekitar 300 km dengan naik Sepeda Ontel demi menghadiri acara yang sama. Dari Unimma ada Pak Rohmadi yang sendirian Ngontel dari Magelang untuk menggembirakan acara Muktamar.

Ekspresi kecintaan pada Muhammadiyah digambarkan dengan beragam cara. Mulai dari jadi relawan dapur umum, iuran dana untuk membantu dapur umum, beli kaos muktamar (meskipun tidak ikut berangkat he..he..), ataupun bersemangat dan berjubal dengan penggembira lain dalam rombongan Bus menuju arena Muktamar. Warga yang dekat dengan lokasi Muktamar juga tidak kalah sibuk menyambut dan memeriahkan agenda 5 tahunan ini. Bahkan yang menarik saudara-sadara dari PCNU dan GP Ansor menyediakan tempat untuk singgah bagi para pengembira yang membutuhkan tempat untuk menginap. Saudara dari kaum Nasrani juga berkomitmen kuat mensukseskan hajat besar Muhammadiyah ini.
Rombongan penggembira dari Sulawesi bahkan sampai menyewa Kapal yang berisikan ribuan orang khusus untuk membawa para penggembira menuju arena muktamar. Belum lagi yang menyewa beberapa pesawat untuk tujuan yang sama. Tidak kalah rombongan dari Sumatera seperti Bengkulu, Lampung dan daerah lainnya menyiapkan puluhan bahkan ratusan Bus untuk mensukseskan dan menyemarakkan acara Muktamar.
Pagi jelang pembukaan semua warga Muhammadiyah menuju Manahan. Stadion dengan kapasitas puluhan ribu itu tidak mampu menampung antusias ratusan bahkan jutaan warga persyariktan yang ingin menyaksikan secara langsung perhelatan akbar itu. Saat mereka harus berdesakan masuk Stadion suasanya begitu tegang. Ada yang bercerita membayangkan akan terjadi tragedi seperti di Kanjuruan Malang. Alhamdulillah dengan hati yang teduh dan penuh gembira peristiwa serupa tidak terjadi. Semua sederajat, tidak ada peserta yang diistimewakan, mereka yang bergelar Profesor, punya jabatan tinggi di persyarikatan tetap ikut antri dan berdesakan masuk ke Stadion Manahan bersama peserta lainnya.
Spasang suami istri tampak bersemangat menghadiri pembukkan Muktamar meskipun mereka berdua harus memakai kursi roda, sakit dan usia renta mengakibatkan dua kaki mereka tidak mampu lagi menyangga tubuhnya. Namun semangatya tidak perjlu dipertanyakan lagi. Karena tidak mampu masuk ke dalam stadion akhirnya mereka menikmati acara pembukaan dari luar stadion. Untugnya panitia menyiapkan 4 videotron dengan ukuran jumbo agar bisa menyiarkan secara langsung dan dapat dinikmati oleh mereka yang berada di luar stadion.
Segudang cerita unik dan menarik lain tentu bisa kita saksikan, betapa semua itu wujud kecintaan mereka pada Muhammadiyah. Mereka memaknai Muhammadiyah tidak sekedar karena jadi pengurus, atau karena bekerja di salah satu amal usaha Muhammadiyah. Bermuhammadiyah adalah rasa bukan soal cara, karena cara akan mengikuti rasa, mereka yang tidak memiliki rasa tidak akan pernah menemukan cara. Meskipun puluhan tahun bekerja di Muhammadiyah namun tidak pernah menumbuhkan rasa maka tak akan pernah mampu menjadi Muhammadiyah.
(Bersambung)
Tulisan oleh: Gus Zuhron
Gambar : Agus Miswanto, M.A
Haedar Sampaikan Pandangan Muhammadiyah Soal Rezimentasi Agama

Haedar Sampaikan Pandangan Muhammadiyah Soal Rezimentasi Agama

JAKARTA — Selain materi-materi utama, Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 November mendatang juga akan fokus memperkuat dua program yaitu dakwah komunitas, konsep tadayun atau pandangan keagamaan dan materi isu-isu strategis aktual.

Demikian disampaikan Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara virtual pada Senin (7/11) di acara Media Gathering yang diadakan di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.

Haedar menuturkan bahwa Muktamar Muhammadiyah dilakukan secara sistematis. Materi-materi yang dibahas dalam Muktamar 48 sudah dikirimkan tiga bulan sebelum pelaksanaan.

Guru Besar Sosiologi ini menuturkan, bahwa penguatan program dakwah komunitas di muktamar ini kemanfaatannya bukan hanya dirasakan oleh warga Muhammadiyah dan umat Islam saja, tetapi juga bagi bangsa di tengah dinamika yang dihadapinya.

Dari kacamata Haedar, di abad 21 dengan kemajuan teknologi dan modernitas akan terjadi perubahan landskap dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya bangsa.

“Indonesia yang masyarakatnya punya budaya gotong royong dan relasi sosial masyarakatnya yang kuat akan tercerabut jika komunitas ini rentan. Maka Muhammadiyah akan memperkuat komunitas ini baik di pedesaan, perkotaan sampai tempat-tempat terjauh,” ucap Haedar.

Saat ini Muhammadiyah, mungkin menjadi satu-satunya organisasi yang memiliki jaringan yang luas, kuat dan akuntabel. Jaringan yang terstruktur dengan rapi mulai dari pusat sampai ranting ini menurutnya merupakan modal besar dalam memperkuat dakwah komunitas.

Kedua, Muktamar ke-48 Muhammadiyah juga akan memperkuat konsep tadayun atau memperkuat basis, jiwa atau alam pikiran dan praktek beragama yang menjadi sumber inspirasi bagi kemajuan. “Maka di Muktamar ini kita menyusun konsep besar sebagai tindak lanjut dari Islam Berkemajuan yang disebut dengan Risalah Islam yang Berkemajuan.” Imbuhnya.

Haedar menyadari bahwa terdapat masalah-masalah tertentu di umat beragama, sebagai mana masalah-masalah yang ada di entitas lain dengan berbagai afiliasi. Adanya politik identitas, kekerasan yang dikaitkan ke agama menjadi salah satu alasan disusunnya Risalah Islam yang Berkemajuan.

“Sesungguhnya juga bahwa ada di identitas lain itu ada banyak problem juga, hanya kita mungkin saat ini tidak membuka cakrawala itu saja,” imbuhnya.

“Kita ingin energi positif itu jauh lebih dikembangkan ketimbang energi negatif. Dan agama itu punya kekuatan dahsyat, dan dia merupakan sesuatu yang sakral untuk kita jadikan sebagai energi konstruktif, dan itulah Islam Berkemajuan,” lanjut Haedar.

Oleh karena itu dirinya mengajak kepada seluruh warga bangsa memenuhi ruang publik dengan energi positif. Dalam memajukan peradaban, negara harus bersatu dengan berbagai latarbelakang berbeda, dibalut dengan kekuatan agama, makan Indonesia akan menjadi kekuatan besar.

Terakhir atau yang ketiga dalah isu-isu strategis. Haedar menjelaskan bahwa isu strategis merupakan persoalan yang diambil dan Muhammadiyah memiliki kepentingan di dalamnya, untuk memberi solusi atas persoalan tersebut. Terkait isu strategis, Muhammadiyah bukan hanya mencoba melihat secara objektif dan jernih, tapi sudah menawarkan solusi, tidak hanya menemukan masalah.

“Satu diantaranya adalah tentang rezimentasi agama. Atau rezimentasi paham agama. Ini mungkin sesuatu yang baru ketika isunya tentang radikalisme agama, ekstrimisme agama, identitas politik agama dan lain sebagainya,”ungkapnya.

Rezimentasi agama, kata Haedar, merupakan masalah di mana agama secara bias dan subyektif lalu ingin disenyawakan dengan negara dan menjadi kekuatan negara. Menurutnya, hal itu berlawanan dengan ide dan cita-cita Indonesia sebagai Negara Pancasila Darul Adhi Wa Syahadah.MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Selain materi-materi utama, Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18-20 November mendatang juga akan fokus memperkuat dua program yaitu dakwah komunitas, konsep tadayun atau pandangan keagamaan dan materi isu-isu strategis aktual.

Demikian disampaikan Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara virtual pada Senin (7/11) di acara Media Gathering yang diadakan di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.

Haedar menuturkan bahwa Muktamar Muhammadiyah dilakukan secara sistematis. Materi-materi yang dibahas dalam Muktamar 48 sudah dikirimkan tiga bulan sebelum pelaksanaan.

Guru Besar Sosiologi ini menuturkan, bahwa penguatan program dakwah komunitas di muktamar ini kemanfaatannya bukan hanya dirasakan oleh warga Muhammadiyah dan umat Islam saja, tetapi juga bagi bangsa di tengah dinamika yang dihadapinya.

Dari kacamata Haedar, di abad 21 dengan kemajuan teknologi dan modernitas akan terjadi perubahan landskap dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya bangsa.

“Indonesia yang masyarakatnya punya budaya gotong royong dan relasi sosial masyarakatnya yang kuat akan tercerabut jika komunitas ini rentan. Maka Muhammadiyah akan memperkuat komunitas ini baik di pedesaan, perkotaan sampai tempat-tempat terjauh,” ucap Haedar.

Saat ini Muhammadiyah, mungkin menjadi satu-satunya organisasi yang memiliki jaringan yang luas, kuat dan akuntabel. Jaringan yang terstruktur dengan rapi mulai dari pusat sampai ranting ini menurutnya merupakan modal besar dalam memperkuat dakwah komunitas.

Kedua, Muktamar ke-48 Muhammadiyah juga akan memperkuat konsep tadayun atau memperkuat basis, jiwa atau alam pikiran dan praktek beragama yang menjadi sumber inspirasi bagi kemajuan. “Maka di Muktamar ini kita menyusun konsep besar sebagai tindak lanjut dari Islam Berkemajuan yang disebut dengan Risalah Islam yang Berkemajuan.” Imbuhnya.

Haedar menyadari bahwa terdapat masalah-masalah tertentu di umat beragama, sebagai mana masalah-masalah yang ada di entitas lain dengan berbagai afiliasi. Adanya politik identitas, kekerasan yang dikaitkan ke agama menjadi salah satu alasan disusunnya Risalah Islam yang Berkemajuan.

“Sesungguhnya juga bahwa ada di identitas lain itu ada banyak problem juga, hanya kita mungkin saat ini tidak membuka cakrawala itu saja,” imbuhnya.

“Kita ingin energi positif itu jauh lebih dikembangkan ketimbang energi negatif. Dan agama itu punya kekuatan dahsyat, dan dia merupakan sesuatu yang sakral untuk kita jadikan sebagai energi konstruktif, dan itulah Islam Berkemajuan,” lanjut Haedar.

Oleh karena itu dirinya mengajak kepada seluruh warga bangsa memenuhi ruang publik dengan energi positif. Dalam memajukan peradaban, negara harus bersatu dengan berbagai latarbelakang berbeda, dibalut dengan kekuatan agama, makan Indonesia akan menjadi kekuatan besar.

Terakhir atau yang ketiga dalah isu-isu strategis. Haedar menjelaskan bahwa isu strategis merupakan persoalan yang diambil dan Muhammadiyah memiliki kepentingan di dalamnya, untuk memberi solusi atas persoalan tersebut. Terkait isu strategis, Muhammadiyah bukan hanya mencoba melihat secara objektif dan jernih, tapi sudah menawarkan solusi, tidak hanya menemukan masalah.

“Satu diantaranya adalah tentang rezimentasi agama. Atau rezimentasi paham agama. Ini mungkin sesuatu yang baru ketika isunya tentang radikalisme agama, ekstrimisme agama, identitas politik agama dan lain sebagainya,”ungkapnya.

Rezimentasi agama, kata Haedar, merupakan masalah di mana agama secara bias dan subyektif lalu ingin disenyawakan dengan negara dan menjadi kekuatan negara. Menurutnya, hal itu berlawanan dengan ide dan cita-cita Indonesia sebagai Negara Pancasila Darul Adhi Wa Syahadah.

Sumber: Release Panitia Muktamar