UM Magelang kembali menambah Doktor dalam jangka waktu yang berdekatan. Setelah Dr. Riana Mashar, kali ini Rochiyati Murniningsih SE MP, dosen Prodi Manajemen FE UM Magelang berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Ekonomi dari Universitas Diponegoro Semarang dalam promosi Doktor yang diadakan Senin 28/9 di kampus setempat.

                Dalam disertasinya berjudul  “Kapabilitas Relasional Solusi Mutualistik, Upaya Strategik Membangun UMKM” Murni, begitu ia biasa disapa menuturkan bahwa penelitian bermula dari ketertarikan terhadap fenomena bisnis yang ada di Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Batik di Indonesia. Ekspor UMKM Batik, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM Batik meningkat pesat dari 2009 sampai saat ini, namun fakta tersebut juga dibarengi dengan impor tekstil dan produk tekstil (TPT) yang juga meningkat pesat. Apalagi pasar dalam negeri untuk produk batik senantiasa bertambah (sekitar 115 juta konsumen) sehingga produk batik luar negeri membanjiri Indonesia.

Dia menuturkan latar belakang ditentukannya topik riset disertasinya, perlu riset mendalam untuk menggali sumberdaya internal UMKM batik guna memunculkan daya saing mereka dalam tantangan bisnis yang keras saat ini. Berangkat dari adanya kontradiksi empiris mengenai hubungan orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan maka dimunculkan konsep baru dalam disertasinya yaitu “kapabilitas relasional solusi mutualistik”.    Murni yang merupakan alumni FE UM Magelang tahun 1995 berpendapat bahwa konsep tersebut bisa menjadi jembatan untuk menghubungkan variabel orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Konsep tersebut bisa menjadi salah satu upaya strategik untuk membangun keunggulan UMKM batik dan UMKM pada umumnya.

                Unit analisis dalam penelitian  Murni adalah pemilik, pengelola atau pemilik sekaligus pengelola UMKM batik di beberapa wilayah Jawa Tengah yaitu Kabupaten Rembang, Sragen, Sukoharjo, Kota Pekalongan, Kota Surakarta, Klaten dan Banyumas.  “Dengan pertimbangan bahwa pemilik atau pengelola UMKM dinilai merupakan orang yang paling bertanggungjawab dan mengetahui  pengelolaan UMKM secara keseluruhan, baik menyangkut sumberdaya manusia, modal,  produk, kompetensi yang dimiliki, capaian kinerja maupun orientasi kewirausahaan yang dimilikinya,” ungkap ibu  tiga anak itu.

Lebih lanjut Murni yang mendapatkan beasiswa University for Graduate Education World Bank (URGE) untuk menempuh studi S2 menjelaskan, tujuan penelitian  yakni untuk mengkaji dan menganalisis esensi dan peran secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan orientasi kewirausahaan, aksesibilitas informasi, serta kemampuan merespon pasar  untuk meningkatkan kinerja perusahaan.   Adapun tujuan utama dari penelitian adalah untuk mengembangkan sebuah model teoritikal dasar dan model penelitian empirik untuk menjembatani kesenjangan penelitian (reseaarch gap)  mengenai hubungan orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan.  Research gap tersebut dapat dijembatani dengan membangun sebuah konsep baru yaitu kapabilitas relasional solusi mutualistik guna meningkatkan kinerja perusahaan.

                Sebanyak 468 kuesioner disebar di wilayah penelitiannya dan sebanyak 419 kuesioner yang layak .  Setelah dilakukan analisis data dengan beberapa tahap maka ditemukan  sebanyak 129 kuesioner outlier sehingga kuesioner yang dapat diolah untuk uji ketepatan model dalam penelitian ini adalah sebanyak 290 kuesioner.  Hasil penelitian menunjukkan adanya peran penting dari kapabilitas relasional solusi mutualistik dalam menjembatani kesenjangan penelitian pengaruh orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,  ada beberapa alternatif strategi penting yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Strategi pertama adalah dengan membangun orientasi kewirausahaan. Kedua, harus tetap melakukan orientasi terhadap kewirausahaan dan meningkatkan kapabilitas relasional solusi mutualistik. Ketiga, harus meningkatkan aksessibilitas infonya dan meningkatkan kapabilitas relasional solusi mutualistik. Keempat, harus memiliki kemampuan dalam merespon pasar. Kelima, perusahaan harus meningkatkan kemampuannya dalam merespon pasar melalui penguatan kemampuannya dalam membangun kapabilitas relasional solusi mutualistiknya.

Dalam penelitianya,  wanita berusia 43 tahun itu juga mengemukakan bahwa UMKM Batik perlu menjaring informasi dari pelanggan di tempat-tempat display yang dimiliki, menjaga hubungan dengan rekanan atau saluran bisnis yang sudah ada, melakukan penjualan melalui galeri  serta menitipkan produknya ke rekanan yang sudah terjalin.  Pada kasus   UMKM batik Jawa Tengah kapabilitas relasi menjadi  firm specific resources (sumberdaya spesifik perusahaan) untuk mengeksploitasi keunggulan kompetitif guna meraih kinerja perusahaan.

Murni mengakui, penelitiannya memiliki keterbatasan karena konsep kapabilitas relasional solusi mutualistik merupakan konsep baru sehingga masih harus dikembangkan lagi dengan melibatkan beberapa variabel lain yang bisa mempertajam temuan dalam upaya meningkatkan kinerja UMKM. Selain itu juga  keterbatasan pada uji kesesuaian model. “Latar belakang pendidikan responden yang beragam juga merupakan keterbatasan penelitian  karena beberapa responden memiliki pemahaman yang kurang dalam pengisian kuesioner,  dan memunculkan kesulitan dalam pengisian kuesioner, khususnya untuk menjawab pertanyaan terbuka,” jelasnya.

 Lebih lanjut  Murni yang menjadi dosen di FE UM Magelang sejak tahun 2009 itu mengungkapkan bahwa secara pribadi topik kapabilitas relasi menjadi tantangannya untuk terus menerus mempertajam kompetensi diri. “Sementara, bagi institusi, semoga  disertasi ini bisa menjadi sumbangan kecil untuk mempertajam pencapaian visi misi prodi manajemen UM Magelang yang concern pada pengembangan UMKM. Disamping itu bagi pihak yang concern pada  pengembangan UMKM, semoga disertasi ini bisa menyumbang banyak pada kemajuan UMKM Indonesia. Kita gali terus pola interaksi antar UMKM di semua bidang sehingga bisa mendorong UMKM Indonesia unggul di bisnis internasional,” harapnya.

                Dengan meraih IPK 3,65 Rochiyati Murniningsih  merupakan Doktor ke-8 yang dimiliki UM Magelang. Jumlah tersebut akan terus bertambah dalam jangka waktu dekat mengingat saat ini masih banyak dosen UM Magelang yang tengah menyelesaikan studi S3.(YUDIA-HUMAS)