Indonesia merupakan negara produsen tembakau terbesar ke-5 di dunia setelah Tiongkok, Brasil, India, dan Amerika Serikat. Adapun  Jawa Tengah merupakan provinsi penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Namun demikian kesejahteraan petani tembakaunya masih rendah karena beberapa faktor. Hasil penelitian  Muhammadiyah Tobacco Control Centre (MTCC) UMY menunjukkan hampir 90% petani tembakau di Temanggung menyatakan sistem tata niaga yang kurang berpihak kepada petani. Hal inilah yang yang selalu menjadi pertanyaan besar, mengapa Indonesia sebagai salah satu negara penghasil tembakau namun kesejahteraan petaninya belum seimbang.

Untuk mengupas permasalahan dan memberikan solusi terhadap persoalan tersebut, Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) UM Magelang mengadakan workshop Membangun  Jaringan Petani Tembakau Indonesia untuk Meningkatkan Kesejahteraan. Dra. Retno Rusdjijati M.Kes, Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat LP3M UM Magelang mengatakan, workshop  yang diikuti 25 peserta yang merupakan petani tembakau di  Jawa Tengah dan Jawa Timur itu diadakan selama dua hari Jumat-Sabtu (7-8/9) diawali dengan field trip ke perkebunan kopi dan area pertanian di Temanggung.

Hari ini (Sabtu, 8/9) peserta mendapatkan pemaparan materi dari yang menyampaikan materi tentang Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Pertanian Tembakau di Jawa Tengah yang disampaikan oleh Mulyono, Kepala Seksi Tanaman Rempah dan Tanaman Penyegar Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah .  Disamping itu juga dari Lembaga Sahabat Cipta Jakarta, Dolaris Wati Suhadi yang berbicara tentang Pemberdayaan Petani Tembakau dan Alternatif Usaha Lain dalam Penigkatan Kesejahteraan.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Magelang, Ir. Romza Ernawan, M.Si pun turut menjadi pembicara dengan mengangkat tema Peningkatan Kesejahteraan Petani Tembakau di Kabupaten Magelang melalui Usaha Alternatif Produktif. Peserta juga mendengarkan testimoni dari tiga narasumber yang merupakan mantan petani tembakau yang kini menjadi  petani holtikultura dan kopi dari Magelang, Klaten, dan Jawa Timur.

Dalam closing statementnya, Retno mengungkapkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memberikan wadah bagi para petani tembakau dalam menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi serta sebagai wadah mantan petani tembakau dalam menyampaikan  kisah sukses mereka setelah beralih ke tanaman lain. “Disamping juga untuk membangun jejaring petani tembakau dan mantan petani tembakau. Tak kalah penting juga, forum ini sebagai sarana untuk memberikan masukan dan dukungan data kepada pemerintah pusat sebagai pemangku kebijakan yang terkait dengan kondisi pertanian tembakau di Indonesia saat ini,” pungkas Retno.                               ( HUMAS)