Sep 12, 2018 | Berita
Sebagai puncak acara Milad ke-54 UMMagelang, panitia mengadakan Khotmil Qur’an dan Nonton Bareng Film “Meniti 20 Hari”. Rangkaian acara tersebut diadakan Sabtu (8/9) di Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Magelang.
Kegiatan diawali dengan Khotmil Qur’an di Masjid Kampus 2 UMMagelang. Peserta terdiri dari mahasiswa dan dosen FAI UM Magelang dari pagi hari hingga menjelangMAghrib berupa pembacaan Al Qur’an 30 juz yang dibaca secara bergantian. Usai Maghrib acara dilanjutkan dengan Sarasehan dan diakhiri dengan Nonton Bareng Film Meniti 20 Hari di Lapangan Basket Kampus 2
Kegiatan nonton bareng dibuka langsung oleh Rektor UMMagelang dan dihadiri oleh pengurus PDM Kota Magelang serta keluarga besar tenaga kependidikan dan dosen UMMagelang. Sarasehan juga dimeriahkan dengan bagi-bagi doorprize oleh panitia.
LSBO PP Muhammadiyah bersama Ust. Abu Ubaidah, Ust. Jumari dan Ust. Jaman Muhyidin juga turut memberikan ulasan tentang film yang berkisah tentang spirit perjuangan KH. AR. Fahrudin (Pimpinan PP Muhammadiyah 1968-1990).
Kegiatan selanjutnya diputarkan Film Meniti 20 Hari, film tersebut menceritakan tentang Fahrudin muda ketika berpetualang bersama gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Film ini terinspirasi dari perjuangan dan petualangan KH Abdul Razak Fachrudin muda dengan rombongan Pandu Hizbul Wathan (HW) pada tahun 1939 saat bersepeda dari Ulak Paceh, Musi Banyuasin, Palembang ke Medan sejauh 1.300 KM untuk mengikuti Kongres HW ke 28.
HUMAS
Sep 10, 2018 | Berita
Terapi komplementer merupakan terapi pelengkap yang perlu dimiliki oleh perawat selain kompetensi keperawatan lainnnya. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Terpi alternatif ini juga menjadi program keunggulan dari Prodi S1 Keperawatwan Fikes UM Magelang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Puguh Widiyanto, M.Kep, Dekan Fikes UM Magelang saat menyampaikan sambutan dalam acara Studium Generale Terapi Komplementer pada Pelayanan Keperawatan dengan tema Mudah, Berkah, dan Rejeki Berlimpah , Senin 10/9 di Aula Fikes Kampus 2 UM Magelang.
Sebanyak 215 mahasiswa S1 Keperawatan Fikes termasuk mahasiswa baru mengikuti acara kuliah umum yang juga diikuti oleh Kaprodi dan dosen S1 Keperawatan Fikes UM Magelang tersebut. Dr. Hanung Prasetya S. Kp, S. Psi, M.Si (Psi), pakar terapi komplementer yang juga tenaga pendidik di Poltekes Solo menjadi pembicara dalam kuliah perdana itu.
Dalam pemaparannya Hanung menyatakan bahwa Terapi Komplementer sangat diperlukan oleh perawat dalam menghadapi pasien. Terapi ini antara lain meliputi meditasi, relaksasi, dan yoga yang dapat menyembuhkan fisik pasien secara psikis.”Regulasi tentang terapi komplementer juga telah diatur oleh pemerintah dalam UU no.38 Tentang Keperawatan Tahun 2014 pasal 30 dimana dalam menjalankan tugasnya perawat dibekali dengan terapi komplementer. Ia juga menegaskan bahwa terapi komplementer lebih ampuh daripada konseling yang dilakukan di puskesmas.
Hanung yang telah berpengelaman mempraktekkan ilmu terapi komplementer menuturkan bahwa setiap orang pada dasarnya bisa menghipnotis dan bisa dihipnotis. Untuk itu, ia mengaplikasikan salah satu kegiatan terapi komplementer dengan “menghipnotis” ratusan peserta kuliah umum. Beberapa peserta bahkan dapat benar-benar terhipnotis secara total. Pada sesi itu Hanung juga memberikan terapi bagi perokok dan juga praktek terapi pada pasien migrain. “Untuk menghilangkan kecemasan, tekan titik tertentu, maka rasa cemas akan hilang,” kata Hanung.
Melalui kuliah umum yang berlangsung tiga jam itu Hanung menekankan bahwa profesi perawat dengan keunggulan menguasai terapi komplementer yang mudah dipelajari, dapat memberikan penghasilan sebagai perawat mandiri.
HUMAS
Sep 8, 2018 | Berita
Indonesia merupakan negara produsen tembakau terbesar ke-5 di dunia setelah Tiongkok, Brasil, India, dan Amerika Serikat. Adapun Jawa Tengah merupakan provinsi penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Namun demikian kesejahteraan petani tembakaunya masih rendah karena beberapa faktor. Hasil penelitian Muhammadiyah Tobacco Control Centre (MTCC) UMY menunjukkan hampir 90% petani tembakau di Temanggung menyatakan sistem tata niaga yang kurang berpihak kepada petani. Hal inilah yang yang selalu menjadi pertanyaan besar, mengapa Indonesia sebagai salah satu negara penghasil tembakau namun kesejahteraan petaninya belum seimbang.
Untuk mengupas permasalahan dan memberikan solusi terhadap persoalan tersebut, Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) UM Magelang mengadakan workshop Membangun Jaringan Petani Tembakau Indonesia untuk Meningkatkan Kesejahteraan. Dra. Retno Rusdjijati M.Kes, Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat LP3M UM Magelang mengatakan, workshop yang diikuti 25 peserta yang merupakan petani tembakau di Jawa Tengah dan Jawa Timur itu diadakan selama dua hari Jumat-Sabtu (7-8/9) diawali dengan field trip ke perkebunan kopi dan area pertanian di Temanggung.
Hari ini (Sabtu, 8/9) peserta mendapatkan pemaparan materi dari yang menyampaikan materi tentang Kebijakan Pemerintah Daerah terhadap Pertanian Tembakau di Jawa Tengah yang disampaikan oleh Mulyono, Kepala Seksi Tanaman Rempah dan Tanaman Penyegar Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah . Disamping itu juga dari Lembaga Sahabat Cipta Jakarta, Dolaris Wati Suhadi yang berbicara tentang Pemberdayaan Petani Tembakau dan Alternatif Usaha Lain dalam Penigkatan Kesejahteraan.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Magelang, Ir. Romza Ernawan, M.Si pun turut menjadi pembicara dengan mengangkat tema Peningkatan Kesejahteraan Petani Tembakau di Kabupaten Magelang melalui Usaha Alternatif Produktif. Peserta juga mendengarkan testimoni dari tiga narasumber yang merupakan mantan petani tembakau yang kini menjadi petani holtikultura dan kopi dari Magelang, Klaten, dan Jawa Timur.
Dalam closing statementnya, Retno mengungkapkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memberikan wadah bagi para petani tembakau dalam menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi serta sebagai wadah mantan petani tembakau dalam menyampaikan kisah sukses mereka setelah beralih ke tanaman lain. “Disamping juga untuk membangun jejaring petani tembakau dan mantan petani tembakau. Tak kalah penting juga, forum ini sebagai sarana untuk memberikan masukan dan dukungan data kepada pemerintah pusat sebagai pemangku kebijakan yang terkait dengan kondisi pertanian tembakau di Indonesia saat ini,” pungkas Retno. ( HUMAS)
Sep 8, 2018 | Berita
Globalisasi tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi serta berbagai aspek yang mengiringinya. Saat ini, inovasi telah banyak diciptakan dan merusak pasar yang sudah ada, kemudian menggantikan teknologi terdahulu tersebut sehingga banyak kalangan menamakannya dengan era desruptif dan revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, peran pendidikan islam harus bisa turut mengimbanginya.
Bermula dari wacana tersebut, Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Magelang menggelar Seminar Nasional pada Sabtu (8/9) dengan tema “Peran Strategis Guru dalam Manajemen Pembelajaran Berkarakter Islami di Era Desruptif dan Revolusi Industri 4.0”. Seminar yang berlangsung di Aula Fikes Universitas Muhammadiyah Magelang ini menghadirkan Prof. Dr. Sutrisno, M. Ag dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang juga merupakan Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu hadir pula Drs. H. Mad Sabitul Wafa, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magelang sebagai pembicara.
“Di Era Distrupsi dan Revolusi Industri 4.0 ini, tugas berat terutama untuk guru agama Islam agar bisa memformulasikan nilai-nilai keislaman untuk anak didik,” tutur Ir. Eko Muh Widodo MT, Rektor UM Magelang dalam sambutannya sekaligus membuka acara. Seminar dihadiri oleh 150 peserta yang berasal dari kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, guru AUM dan juga mahasiswa Fakultas Agama Islam UM Magelang.
“Guru yang tidak dapat mengikuti perkembangan, tidak dapat menyesuaikan diri dengan era disrupsi dan revolusi industri 4.0 akan menjadi korban dari zaman. Generasi guru yang tidak capable akan dimakan oleh zaman,” papar Sutrisno saat memberikan materi dan dipandu oleh Dr. Imron, M.A.
Dr. Imam Mawardi M.Ag, ketua panitia kegiatan berharapa agar seminar nasional tersebut bisa menjawab problematika guru kekinian khususnya dalam menginternalisasikan nilai-nilai islami yang melekat dalam penguatan pendidikan karakter.
HUMAS
Sep 8, 2018 | Berita
Pemilihan Duta GenRe Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 telah usai. Dalam kegiatan yang diadakan di Semarang tanggal 6/9 itu, peserta dari BKKBN Kabupaten Magelang yang diwakilkan oleh mahasiswa UMMagelang, Chyntia Novalinda, berhasil meraih Juara 2 Duta GenRe Jawa Tengah Tahun 2018. Atas prestasinya tersebut, Chyntia mendapatkan apresiasi dari Universitas berupa sambutan dari Rektor UM Magelang didampingi Wakil Rektor 3, Jumat 7/9 di Gedung Rektorat Kampus 2.
Duta Generasi Berencana (GenRe) merupakan duta yang mengajak para remaja untuk menjadi remaja yang sehat, bebas narkoba dan terhindar dari seks bebas. Chyntia mengatakan, pada ajang Pemilihan Duta GenRe tingkat Provinsi Jawa Tengah 2018 diikuti 70 peserta yang berasal dari 35 kabupaten dan kota se-Jawa Tengah. “Seleksi yang harus diikuti peserta antara lain ujian tulis, wawancara, persentasi penyuluhan dan tes bakat,” ujar Chyntia.
Mahasiswi semester 3 Program Studi Akuntansi FEB UM Magelang itu mempunyai beberapa prestasi, diantaranya menjadi Juara 1 Duta Wisata Kabupaten Magelang dan Duta GenRe Kabupaten Magelang. Disamping itu, gadis kelahiran 20 tahun silam tersebut juga menekuni dunia modelling dan jurnalistik. Ia juga pernah menjuarai Fotogenic Kabupaten Magelang pada tahun 2009.
“Setelah menyelesaikan kegiatan ini, saya akan melanjutkan misi untuk membantu Dinas OPDKB Kabupaten Magelang untuk melaksanakan program diantaranya memberikan penyuluhan dalam membentuk kampung KB, “ ungkap Chyntia. Selain itu, juga membantu BKKBN dalam menyukseskan program Bina Keluarga Remaja (BKR) dan program-program GenRe seperti mensosialisasikan substansi-substansi GenRe ke sekolah maupun perguruan tinggi agar menciptakan remaja-remaja yang mempunyai tujuan hidup.
HUMAS
Sep 6, 2018 | Berita
Atin Istiarni, SIP., M.IP, Pustakawan dari UM Magelang terpilih menjadi speaker dalam forum International Federation of Library Assosiation World Library and Information Congress (IFLA WLIC) 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia beberapa waktu lalu. IFLA merupakan organisasi perpustakaan tingkat dunia. Tahun ini jumlah seluruh peserta yang hadir dalam forum pustakawan dunia tersebut sebanyak 3600 orang yang berasal dari 115 negara.
Saat diwawancarai, Atin menjelaskan bahwa dirinya terpilih menjadi speaker di forum bergengsi tersebut setelah melalui serangkaian seleksi tulisan dalam Call for Paper yang berlangsung sejak Agustus 2017. “Ada 44 sesi presentasi yang masing-masing memberikan tema penelitian terkini tentang kepustakawanan di dunia,” ujar gadis yang tahun ini genap berusia 26 tahun.
Atin yang menjadi pustakawan di UM Magelang sejak tiga tahun lalu itu menjelaskan, dirinya berangkat bersama enam delegasi lain dari Indonesia. Mereka berasal dari perguruan tinggi, LIPI, dan Perpusnas. Dalam kongres yang diadakan di Kuala Lumpur Convention Centre tersebut, Atin yang menyelesaikan studi S2 tahun 2016 berbicara dalam sesi Librarian Fashion dengan mengangkat tulisan berjudul Traditional Costumes As Librarians’ Uniforms for Work at Public Libraries of Yogyakarta, Indonesia yang ditulisnya bersama Ida Fajar Priyanto,Ph.D dari UGM. Sesi ini diikuti 600 peserta dari berbagai negara di belahan penjuru dunia.
Mengenai tema tersebut Atin mengungkapkan, pakaian tradisional yang dikenakan oleh pustakawan di perpustakaan umum Yogyakarta sangat menarik perhatian panitia karena merupakan hal baru yang perlu untuk diketahui dan dipresentasikan. Yogyakarta sebagai kota budaya, jelas Atin, memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat dunia.
Dalam presentasinya selama 20 menit Atin mengungkap lebih dalam tentang pustakawan yang mengenakan pakaian tradisional saat bekerja merupakan sebuah keunikan yang jarang ditemui. Mengenakan pakaian tradisional dapat dijadikan sebagai sarana bagi pustakawan untuk mengenalkan budaya pakaian adat Indonesia terutama Yogyakarta. Hal tersebut ternyata menjadi “ikon” baru bagi fesyen pustakawan yang selama ini identik dengan kacamata tebal, sweater, sikap kurang ramah, dan lain sebagainya.
Meskipun sempat mengalami demam panggung pada awal menyampaikan presentasi, namun Atin bersyukur dapat menyampaikan dengan lancar hingga akhir acara dan mendapat aplaus dari ratusan audience yang mengikuti sesi tersebut. “Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya karena banyak ilmu dan pengetahuan baru yang saya dapatkan dari acara tersebut,” kata Atin. Ia berharap akan ada lagi pustakawan dari Indonesia yang berbicara dalam kongres selanjutnya yang akan diselenggarakan tahun depan di Yunani. (HUMAS)