TREK SUIT MAS, INOVASI SENEREK KARYA MAHASISWA UMMAGELANG

Pelatihan Pembuatan “Trek Suit Mas” (Tepung Senerek untuk Susu, Biskuit dan Mi Basah) guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang adalah salah satu dari 28  proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)  yang diusulkan oleh mahasiswa UM Magelang yang berhasil  lolos seleksi dan didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2017.

Kelima mahasiswa yang menggagas ide kreatif tersebut adalah Hasna Rafida (PGSD FKIP), Didik Irawan (PGSD FKIP), Fatkhussarifin (PGSD FKIP), Ellyana Bhekti Saputri (PGSD FKIP ) dan Nurul Ngaini (Prodi Manajemen FE). Kelompok ini berhasil lolos pada program kreativitas di bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) dengan bentuk pengabdian berupa pelatihan pembuatan tepung senerek yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan yaitu susu, mie basah dan biskuit.

Hasna Rafida, ketua tim mengatakan,  ide pengolahan senerek  berawal dari sudut pandang senerek yang hanya diolah menjadi sop yang mudah dijumpai di berbagai warung makan di daerah Magelang. Hasna mengatakan, Sop Senerek adalah masakan khas dari Magelang yang merupakan kuliner peninggalan masa penjajahan Kolonial Belanda. Senerek berasal dari kata Senert  yang berarti kacang polong.  Tetapi orang Magelang menyebutnya “senerek” dan  mengganti kacang polong menjadi kacang merah. Tampilannya seperti sop iga atau sop buntut pada umumnya, tetapi yang membedakannya adalah kacang merah sebagai inti dan penggunaan kaldu kacang yang membuat sop ini berbeda dari sop lainnya.

Dalam sop senerek juga  terdapat daging sapi potong, kentang, bayam, wortel, daun bawang dan daun seledri sebagai pelengkapnya. Kandungan gizi dari sop senerek sendiri sangat banyak. Mulai dari asam amino yang bagus untuk perbaikan gizi, disamping juga rendah  lemak dan bebas kolestrol. Selain itu juga baik untuk kesehatan jantung, kesehatan pencernaan, pertumbuhan dan perkembangan  anak.

Namun sayangnya masyarakat terutama anak-anak banyak yang tidak suka dengan senerek ini. Dari hal tersebut muncullah  ide untuk membuat olahan senerek dalam bentuk yang disukai semua kalangan termasuk anak-anak, yakni dalam bentuk tepung senerek yang diolah dalam bentuk bentuk susu, biskuit, dan mi basah (trek suit mas). juga tidak ada bahan yang berbahaya yang ditambahkan dalam olahan senerek ini.

Melalui kegiatan pelatihan itu diharapkan  akan meningkatkan nilai jual senerek di Desa Mangunrejo sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani senerek dan ibu rumah tangga. Selain itu juga untuk meningkatkan gizi anak-anak di Desa Mangunrejo. Berbagai kegiatan yang dilakukan dari mulai sosialisasi, pelatihan pembuatan tepung senerek hingga labelling dan pemasaran disambut antusias warga. Bahkan pada  acara tarawih keliling yang dihadiri oleh Bupati Magelang beserta jajaarannya beberapa waktu lalu, olahan biskuit senerek menjadi salah satu oleh-oleh yang diberikan warga Mangunrejo kepada Ibu Tanti Zaenal Arifin, istri Bupati Magelang. “Semoga Ibu Tanti tertarik dan mendukung olahan biskuit dari senerek ini agar menjadi produk unggulan dan menjadi oleh-oleh khas Magelang,” harap Trimah, Ketua PKK Desa Mangunrejo. (Humas – Yudia)

BONSAI BOKABU HANTAR MAHASISWA UM MAGELANG RAIH PKM 2017

Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur berada di sekitar tempat objek wisata internasional  yang menjadikannya sebagai salah satu desa wisata yang menjadi tumpuan warga untuk mendapatkan rupiah karena wisatawan yang datang tidak hanya dari daerah lokal tetapi sampai mancanegara.

Di Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur banyak warga yang menanam tanaman pucuk merah (Oleana Syzygium) karena tanaman pucuk merah memiliki warna kemerahan pada ujung atau pucuk daunnya. Selama ini tanaman pucuk merah hanya digunakan untuk memperindah lingkungan rumah warga. Ternyata tanaman ini akan lebih indah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi bila dijadikan tanaman bonsai. Namun sayangnya masih banyak warga yang belum menyadari nilai ekonomis pohon pucuk merah itu.

Berawal dari situlah Tim PKM pengabdian kepada masyarakat yang terdiri dari Evtah Riskina, Evti Riskina, Fajar Ardi Saputra, Aisah Widyaningsih dan Dhika Dwi Saputra, mahasiswa UM Magelang untuk mengajukan proposal Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Bonsai “Bokabu” dari Oleana Syzygium Sebagai Oleh-Oleh Botani Khas Borobudur untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Tanaman di Dusun Kedungombo Candirejo Borobudur. PKM yang dibimbing oleh Rasidi, M.Pd itu berhasil lolos dalam seleksi proposal PKM yang diajukan ke Kemenristek Dikti Tahun 2017..

Evtah, ketua tim menjelaskan, Bokabu merupakan singkatan dari Bonsai Khas Borobudur yang berasal dari tanaman pucuk merah.Sosialisasi dan pelatihan pembuatan bonsai “Bokabu” dilakukan sebagai upaya meningkatkan nilai ekonomi tanaman Oleana Syzygium atau pucuk merah dan sebagai peluang usaha bagi warga Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang dengan prospek pasar melalui desa wisata tersebut.

Evtah menambahkan, kegiatan pengabdian masyarakat tersebut melibatkan  anggota Tim PKM, masyarakat khususnya warga Dusun Kedungombo, Candirejo, Borobudur dan Dosen Pembimbing Tim PKM.  Kegiatan ini dilakukan selama enam  tahap yakni sosialisasi  yang dilakukan akhir bulan Maret, selanjutnya pemahaman materi  bonsai dari Dinas Pertanian Kabupaten Magelang. Tahap selanjutnya yakni pelatihan pembuatan bonsai pada pertengahan April. Pada tahap ini, lanjut Evtah, timnya mendatangkan komunitas Penggemar Bonsai Indonesia (PBI) Cabang Megalang.

Pada tahap selanjutnya, yakni tahap empat, tim membentuk komunitas bonsai dibantu PBI  Magelang dengan diikuti 35 peserta yang sudah mahir membuat bonsai setelah mengikuti pelatihan. Pada tahap akhir dilakukan pendampingan komunitas yang diikuti oleh ketua dan pengurus komunitas dengan hasil monitoring kegiatan komunitas..

Selain membantu perekonomian warga, sosialisasi dan pelatihan ini juga memberikan pengetahuan, wawasan serta motivasi kepada warga agar dapat memanfaatkan tanaman pucuk merah sebagai tanaman bonsai yang dibudidayakan. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya khususnya dan warga di sini pada umumnya. Semoga bonsai  bokabu dapat menjadi tanaman khas borobudur dan kami mengharapkan bantuan dari tim PKM untuk tetap mendampingi kami kedepannya, ” kata Ersyid salah satu peserta pelatihan. (Humas – Yudia)