MAHASISWA UM MAGELANG AKAN PATENKAN PENDATEK TACOLEK

Kebutuhan darah di Indonesia sangat besar. Pada  akhir tahun 2015 Palang Merah Indonesia (PMI)  memenuhi kebutuhan stok darah nasional sebanyak 85 persen dengan memperoleh 4,1 juta kantong darah.Padahal menurut standar WHO jumlah minimal darah yang dibutuhkan di Indonesia adalah 5,1 juta kantong pertahun. Adapun produksi darah dan komponennya saat ini sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05 juta donasi. Artinya kita masih kekurangan jumlah produksi darah secara nasional sekitar 500 ribu kantong..

Darah hasil donor dimasukan dalam kantong darah yang selanjutnya disimpan  pada suhu 4 hingga6 °C dalam keadaan bergoyang. PMI mengumpulkan dan mengelola melalui bank darah dari pendonor ke resepient. Saat pendistribusian darah ke rumah sakit, Bank Darah PMI menggunakan alat yaitu ice box konvensionaluntuk menjaga darah sementara agar tidak rusak.

Permasalahan yang muncul dalam membawa darah menggunakan ice box konvensional pada saat ini  yakni keadaan transportasi di Indonesia yang sering mengalami kemacetan dan kondisi jalan yang masih banyak mengalami kerusakan sehingga untuk mengantarkan darah dari PMI ke resepient menjadi terlambat  yang dapat mengakibatkan darah rusak.

Berawal dari keprihatinan itulah, muncul ide dari empat mahasiswa Prodi  Mesin Otomotif D3 Fakultas Teknik UM Magelang untuk menciptakan sebuah teknologi pengkondisian darah. Ide tersebut dituangkan dalam proposal berjudul PENDATEK TACOLEK (Pengkondisian Darah Teknologi Thermo Air Conditioner Electric). Keempat mahasiswa itu yakni Andi Rahmawan, Egy Yuliarawanto, Bagas Arief Prasetyo dan Sakak Ady Prakasa. Tidak dinyana, proposal tersebut berhasil lolos dalam Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Karsa Cipta Kemenristek Dikti 2017 .

Bersama ketiga temannya, Muhammad Andi Rahmawan yang merupakan ketua tim melakukan sebuah terobosan baru dengan memodifikasi alat ice box konvensional untuk membawa darah di dalam mobil agar tetap segar dan tidak membeku. Konsep baru yang dilakukan adalah melalui teknologi pengkondisian darah menggunakan thermo electric peltier sebagai refrigerator. Thermo electric peltier ini menggunakan listrik sebagai sumber energy sehingga tidak merusak lingkungan, baik menipisnya lapisan ozon maupun Global Warming Potensial

Dibimbing oleh dosen Mesin  Otomotif Bagiyo Condro Purnomo, ST.,M.Eng, keempat mahasiswa itu  berharap agar alat yang diciptakan itu akan memberi dampak positif di dunia kesehatan dan lingkungan masyrakat. “Jika alat tersebut berhasil dalam pengujiannya sebagai mana fungsi untuk membawa darah agar tidak rusak, maka untuk kedepan alat tersebut akan dipublikasikan serta dipatenkan sebagai produk hasil karya mahasiswa,” ujar Andi. (Humas – Yudia)

PERMUDAH PELAJARI WAYANG PANDHAWA MELALUI PLECI PALAWIJA

Pleci Palawija (Multiple Intellegence Pameran Larikan Inovasi Jawa) merupakan salah satu karya kreatif mahasiswa UM Magelang yang dituangkan dalam proposal  Program Kreativitas Mahasiswa  (PKM)  berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbasis PLECI PALAWIJA Terhadap Penguasaan Konsep Wayang Pandhawa Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang” .

Adalah empat mahasiswa Prodi PGSD FKIP UM Magelang yang menggagas model pembelajaran wayang Pandhawa tersebut. Mereka adalah  Octavia Uswatun Khasanah, Heni Rahmawati, Nisa Indira Aliffiana, dan Ellyana Bhekti Saputri dibawah bimbingan dosen Galih Istiningsih, M.Pd  “Hakikatnya program ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan pemahaman penguasaan konsep wayang Pandhawa pada siswa kelas IV SD, ” ujar Octa, Ketua Tim Peneliti.

Lebih lanjut Okta menjelaskan, hal yang melatarbelakangi penelitian terkait dengan model pembelajaran ini yaitu guru cenderung masih menggunakan model dan metode ceramah serta kurang inovatif dalam mengajarkan materi wayang Pandhawa yang kebanyakan berisi karakteristik wayang dari segi fisik dan penokohannya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala SDN Pasuruhan 1 Magelang, Tugino S.Pd  yang mengatakan bahwa siswa kelas IV masih kurang dalam memahami tokoh Wayang Pandhawaterutama karakter dan penokohannya. Hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan kurangnya nguri-uri budaya Jawa,”  ungkapnya.

“Penelitian dimulai awal bulan April dengan target kelas 4 A dan 4 B yang bertindak sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Proses penelitian dilakukan selama 4 kali penelitian. Penelitian 1 sampai 3 dilakukan pembelajaran di dalam kelas, sedangkan penelitian 4 dilakukan diluar kelas. Hal ini dikarenakan pembelajarannya berfokus pada multiple intelligence yang menyenangkan yaitu dengan role playing atau bermain peran menceritakan tokoh wayang Pandhawa oleh siswa kelas IV SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang.” Ungkap Octa.

Penerapan model pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbasis PLECI PALWIJA yang artinya proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dengan mengkombinasikan kecerdasan anak yang berbeda dari 8 kecerdasan yang ada menurut Howard Gardner yang biasa disebut Multiple Intellegence..

Melalui penerapanpenerapan model tersebut, materi pembelajaran siswa kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 dapat tersampaikan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta 5 indikator yang termuat dalam materi wayang kelas IV yaitu mengamati gambar tokoh wayang Puntadewa, menyebutkan keluarga Puntadewa  (istri, anak dan saudara), menjelaskan nama negaranya, menjelaskan ajian  yang dimiliki, dan menceritakan kisah  Puntadewa dalam merebut kembali Negara Astina.

“Setelah  penelitian 1 sampai 4 berakhir, tim peneliti melakukan olah data yang mendapatkan hasil  perbedaan antara pre test dan post test anak kelas 4A dan 4B.Hasil dari pre test dan post test ,menunjukkan bahwa ada pengaruh terkait dengan model pembelajaran Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbasis PLECI PALAWIJA Terhadap Penguasan Konsep Wayang Pandhawa Kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang,” tandas Okta..

Selain itu untuk  memperoleh hasil yang maksimal,  mereka mengadakan kegiatan pagelaran wayang Pandhawa berdasarkan Multiple Intellegence yang dimiliki  siswa . Para peneliti berharap siswa dapat mengetahui penguasaan konsep dan terlihat adanya pengaruh antara model pembelajaran Quantum Teaching tipe TANDUR berbasis PLECI PALAWIJA terhadap penguasaan konsep wayang Pandhawa pada siswa kelas IV di SD Negeri Pasuruhan 1 Magelang. (Humas – Yudia)

MELALUI PKM, MOTIVASI PERUSAHAAN LAKUKAN CSR

Semakin berkembangnya perusahaan juga memunculkan kesadaran tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dimana perusahaan itu beroperasi. Persaingan perusahaan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk menjadi yang lebih unggul sehingga berlomba-lomba untuk bersaing agar mendapatkan penilaian terbaik dari masyarakat. Terdapat banyak hal yang dapat membentuk citra positif terhadap perusahaan salah satunya melalui Corporate Social Responbility (CSR).

Melihat betapa kuatnya pengaruh CSR untuk keberlangsungan suatu Perusahaan, Tim PKM  UM Magelang yang terdiri dari Yosa Vega, Bunga Pertiwi, Dian Safitri, Yosi Rizky Nabila dan Kristin Indah mengajukan proposal PKM Penelitian  berjudul Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan yang dibimbing oleh Bayu Sindhu R, S.E, Ms.c. Kegiatan PKM ini mengusulkan anggaran sebesar 12 Juta dan  didanai Dirjen Dikti sejumlah 9 Juta.

Penelitian dilakukan di PT Pandatex karena perusahaan ini beroperasi ditengah-tengah pemukiman penduduk. “Tentunya banyak masyarakat yang merasakan dampak dari adanya perusahaan ini. Maka dari itu kami melakukan penelitian untuk mengetahui apakah PT Pandatex telah melakukan CSRnya dan bagaimana citra PT Pandatex dimata masyarakat dengan adanya CSR,” ujar Yosa ketua tim. Kegiatan penelitian ini, lanjut Yosa, dilakukan selama 5 bulan mulai Maret hingga Juli 2017 .

Penelitian melibatkan 100 warga sekitar Pandatex sebagai responden  melalui cara random. Penelitian CSR dilakukan menggunakan data primer dengan melakukan penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner diakukan secara door to door dan dibantu oleh Ketua RW 01 Tempurejo. Setelah mendapatkan hasil kuesioner, kegiatan selanjutnya yaitu melakukan olah data dan diuji. Hasil uji data dianalisis dimana akan memberikan jawaban mengenai pengaruh CSR terhadap citra perusahaan. Output penelitian ini berupa artikel ilmiah yang akan di publikasikan.

Tim PKM berharap kegiatan ini dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan CSR guna membangun citra perusahaan, baik menurut masyarakat, konsumen, maupun karyawan. Selain itu diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi manajemen terutama pada masalah CSR.

MAHASISWA UM MAGELANG OLAH BUAH SALAK JADI TEH DAN BROWNIS

Desa Pandanretno, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang adalah tempat bertumbuh pesatnya pohon salak. Salak yang berada didesa tersebut biasanya hanya  dimakan sebagai buah pencuci mulut, sedangkan kulitnya hanya dibuang dan dibiarkan busuk.

Namun,  di tangan mahasisiwa UM Magelang yang kreatif,  buah  dan kulit salak dapat diolah menjadi olahan lain yakni kue brownis dan teh. Di bawah bimbingan Galih Istiningsih, M.Pd, empat mahasiswa UM Magelang mengolah buah dan kulit salak menjadi lebih bernilai dan berkelas.

Shohifatul Rahmatika Sari, Riska Dwi Utami, Nadia Thufaila Naghma, dan Puji Astuti , empat mahasiswa itu kemudian untuk mengajukan proposal berjudul  Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan “TENIS” Melalui Pemanfaatan “BULIT SALAK” Pelumas di Pandanretno Srumbung. Proposal tersebut berhasil disetejui oleh Dikti melalui Program PMKM Tahun 2017 dan mendapatkan dana senilai 7 juta. Tenis merupakan singkatan dari teh dan brownis. Adapun Bulit singkatan dari buah dan kulit

Shohifatul Rahmatika Sari, ketua Tim  mengatakan, kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan TENIS dilakukan untuk guna merintis komunitas “BULIT SALAK” di Desa Pandanretno yang diketuai oleh Purwati. “Pelatihan dan pendampingan ini dilakukan mulai bulan April dan terdapat empat tahapan yaitu, pretest dan kajian pengemasan produk makanan, kajian labelling dan P-IRT( Perijinan Industri Rumah Tangga), kajian susunan organisasi, serta post test,” ujar Tika

Pada tahap pre test,  para mahasiswa melakukan sosialisasi tentang manfaat menjaga pola hidup dan bahaya diabetes. Warga juga mendapatkan keterampilan cara membuat brownies dari buah salak melalui demonstrasi secara langsung yang diberikan oleh tim PKM-M.

Di waktu berikutnya, warga mendapatkan keterampilan cara membuat teh original dari kulit salak serta kombinasi teh kulit salak dengan teh hijau. Warga  juga mempraktikan langsung secara berkelompok tentang bagaimana cara membuat brownies dari buah salak. Tika menambahklan, pada tahap pembuatan untuk mempermudah dan mempercepat hasil, tim memberikan peralatan berupa oven, kompor gas, penggiling teh, timbangan, hand siler, loyang, kantong kopi, dan parutan salak. Selain itu, warga juga mendapat kajian tentang pengemasan produk makanan, labelling dan P-IRT yang disampaikan oleh dosen FEB UM Magelang. Kajiantersebut  bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada warga tentang pengemasan makanan yang dapat menarik minat pembeli dan juga cara mengajukan PIRT.

Adapun teknik pemasaran Tenis melalui pemanfaatan “BULIT SALAK” yaitu, para peserta diajarkan agar produk mereka tidak hanya di pasarkan lewat pengepul tetapi juga dapat dipasarkan dengan berbasis IT yaitu menggunakan facebook, whats app, instagram dan juga blog. “Pada era teknologi  saat ini kami yakin pemasaran produk ini tidak kalah dengan pemasaran melalui pengepul,” ucap Tika.

Masyarakat Pandanretno sangat antusias dengan kegiatan tersebut..“Kami sangat berterimakasih dan mengharapkan adanya pelatihan-pelatihan seperti ini untuk  meningkatkan kualitas desa Pandanretno,” kata Wani Indriani, istri  Kepala Desa Pandanretno.

Pelatihan dan pendampingan  yang dilakukan para mahasisiwa kini telah menampakkan hasilnya. Warga yang semula hanya menjual salak secara utuh sebagai  buah, sekarang mereka menjualnya dalam produk olahan berupa teh dan brownis yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. (Humas-Yudia)

Metode BISMILLAH Permudah Siswa ABK Mengaji

Kota Magelang memiliki sekolah khusus bagi anak penyandang Tunarungu dan Tunawicara, serta Tunagrahita/Autis.  Terletak di Kecamatan Kedungsari, Magelang Utara, sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan dan Penyantunan Anak Luar Biasa (YPPALB) Kota Magelang itu memiliki 149 siswa, yang terdiri dari 60 siswa anak Tunarungu dan 89 siswa anak Tunagrahita/Autis.

Walaupun memiliki keterbatasan,  ternyata minat mereka  untuk mengaji sangatlah tinggi. Hal itu terlihat dari rajinnya mereka tinggi hadir dalam TPQ walaupun terdapat  kendala berupa sarana dan prasarana yang membuat proses mengaji mereka menjadi terhambat.

Untuk mengatasi kendala tersebut, lima mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) UM Magelang mengajukan proposal  pengabdian pada masyarakat berjudul Penerapan Metode Bismillah dengan Media Plastisin dalam Pembelajaran BTQ Bagi Anak Penyandang Tunarungu di YPPALB B Kota Magelang . Proposal tersebut merupakan satu dari 28 proposal  mahasiswa UM Magelang yang lolos PKM Dikti Tahun 2017.

Kelima mahasiswa tersebut yakni Monica Subastia, Zumrotus Sholihah, Chusna Fadhila, Dina Suci Wahyuningtyas, dan Rizqi Ayu Maulida  dibawah bimbingan Dra. Kanthi Pamungkassari, M.Pd.

Ketua tim kegiatan, Monica mengatakan, metode BISMILLAH merupakan singkatan dari Belajar Iqro Sambil Bermain Agar Asyik dan Mudah. Adapun media yang digunakan adalah plastisin atau malam. Monik menjelaskan, pada mulanya ia bersama keempat teman-temannya melakukan kegiatan pengenalan Huruf Hijaiyyah yang dilakukan pada tanggal 9 Mei,.

Tahapan berikutnya adalah praktek sekaligus pembentukan Komunitas Guru yang disahkan oleh Kepala Sekolah yang dilakukan pada 10 Mei . Berikutnya, lanjut Monik, adalah Evaluasi dan Pelatihan Komunitas yang diadakan pada 10-12 Mei. Pada tahap akhir diadakan  Gebyar Anak Sholih sekaligus Penutup kegiatan dan Pendampingan.

Menurut Monik, metode yang dilakukan adalah dengan cara membagikan plastisin/malam kepada para siswa, kemudian guru menulis huruf hijaiyyah di white board. Setelah itu guru bersama murid mempraktekkan metode Bismillah tersebut dengan membentuk plastisin yang sudah dibagikan untuk dibentuk menjadi huruf hijaiyyah yang sudah ditulis dan dijelaskan oleh guru.

Edy Purwanto S.Pd, Kepala  mengatakan, dengan adanya metode Bismillah ini siswa di SLB YPPALB-B Kota Magelang merasa lebih senang khususnya dalam belajar BTQ karena diterapkan sambil bermain dan tentunya sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif dan  menyenangkan. “Kegiatan pembelajaran  dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai harapan,” ujarnya. (Humas-Yudia)