Apr 15, 2019 | Berita
Pola interaksi masyarakat di era disrupsi menjadi kegelisahan tersendiri bagi sebagian manusia. Salah satu ciri pada era disrupsi adalah penggunaan sosial media yang semakin masif dan menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Hal tersebut mendorong Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) untuk mengadakan Stadium General Society And Social Media in Disruption Era. Kegiatan yang juga diadakan dalam rangka meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam bidang akademik dan juga mengasah kemampuan softskill mahasiswa tersebut mengangkat tema “Society and Social Media for MentalHealth” pada Sabtu (13/04) di Aula Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Kampus 2 UMMagelang.
“Acara ini kami gagas karena adanya penggunaan sosial media yang semakin masif di masyarakat. Tentu ini ada banyak sisi positif dan negatif. Melalui 2 narasumber yang dihadirkan diharapkan kita dapat menyikapi kedua hal tersebut dengan baik”, jelas Ketua Panitia, Dwi Susanti, SI.Kom., MA.
Hadir untuk membuka acara tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Dekan FPH UMMagelang, Dr. Purwati, MS., Kons. Dalam sambutannya Purwati mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap dapat memberi manfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat. “Tema yg diangkat sangat luar biasa, saya harap usai acara ini ada manfaat yang bisa kita ambil, terutama anak muda yg lahir di era Y. Perlu diketahui bahwa kita berada di era distrupsion yang perlu direspon dengan positif dengan nilai-nilai ketimuran. Jangan sampai justru penggunaan sosial media dapat merugikan diri sendiri ataupun masyarakat lain sehingga terkena jerat hukum. Semoga materi yamg disampaikan dapat diserap, diinternalisasikan dan diaplikasikan menjadi pegangan hidup”, tutur Purwati.
Dua pemateri yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut ialah Agus Mulyadi, pemimpin redaksi mojok.com dan Dra. Elli Nur Hayati, MPH., Ph.D, dosen Fakultas Psikologi UAD. Dalam pemaparannya Agus banyak menjelaskan pengalamannya menulis hingga mampu menjadi pemimpin redaksi Mojok, salah satu media online di Indonesia. “Menulis itu bisa dimulai dari peristiwa keseharian yang kita alami. Menulis itu soal kebiasaan. Sosial media (sosmed) saat ini sangat menguntungkan, bisa untuk diskusi, bisa juga mencari nafkah. Dan jangan suka unfriend orang yang berbeda pandangan dengan kita, jangan gunakan facebook atau sosmed sebagai curhatan. Followlah sebanyak-banyaknya teman”, jelas Agus.
Pemateri kedua disampaikan oleh Dra. Elli Nur Hayati, MPH., Ph.D, yang menyampaikan tentang masyarakat dan sosial media di era disrupsi. “Kualitas mental yang diperlukan untuk bertahan dalam era disrupsi adalah memiliki nilai-nilai (value) dan believing artinya individu harus memegang nilai dan prinsip agama agar tidak disorientasi dalam membuat langkah ke masa depan, kedua problem solving yaitu skill atau kemampuan memecahkan persoalan yang dihadapi dengan cara positif dan konstruktif, mau berkreasi dan berinovasi, berpikir secara kritis, kerjasama, peduli terhadap sesama” ungkap Elli.
Kegiatan yang diikuti 150 mahasiswa berlangsung secara interaktif antara pemateri dan peserta. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya mahasiswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada narasumber. “Sosial media harus dimanfaatkan sebagai bentuk improvisasi diri dan kita harus memelihara nilai-nilai agama agar terhindar dari konsep diri negative sebagai akibat penggunaan sosial media”, tambah Hermahayu selaku moderator dalam mengakhiri acara.
HUMAS
Apr 1, 2019 | Berita
Simplisia merupakan tanaman herbal yang dimanfaatkan sebagai bahan alamiah untuk obat herbal melalui cara pengolahan dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia tersebut diperkenalkan kepada masyarakat Kampung KB Kelurahan Magersari, Kota Magelang melalui program Gerakan Peduli Kesehatan oleh tiga dosen Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang). Kegiatan yang diketuai Ni Made Ayu Nila S.,M.Sc.,Apt dengan anggota Puspita Septie D, M.P.H., Apt dan Herma Fanani Agusta .,M.Sc.,Apt ini merupakan Program Kemitraan Universitas (PKU) yang didanai oleh UMMagelang.
Dengan tujuan terwujudnya kampung KB yang ramah lingkungan dan peduli terhadap kesehatan, Gerakan Peduli Kesehatan yang dihadiri oleh 35 warga pada 13 dan 23 Maret lalu diawali dengan penyuluhan pemanfaatan tanaman tradisional yang memiliki khasiat sebagai obat. Simplisia tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal dengan memanfaatkan tanaman tradisional di sekitar lingkungan masyarakat. Nila mengatakan, program yang dilakukan di masyarakat ini sesuai dengan anjuran Dinas Kesehatan Kota Magelang untuk memanfaatkan obat dari tanaman tradisional disekitar rumah. “Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai cara pengolahan tanaman obat, sehingga perlu dilakukan kegiatan penyuluhan ini,” tambahnya.
Selanjutnya, warga diberikan pelatihan pembuatan jamu dan penanaman bibit-bibit tanaman obat herbal. Salah satu contoh pengolahan tanaman obat yang mudah ialah dengan cara dikeringkan untuk mendapatkan tanaman kering (simplisia) yang kemudian diserbuk.Tanaman obat yang dikeringkan tidak boleh terpapar oleh sinar matahari langsung karena dapat merusak kandungan kimia dari tanaman tersebut. Cara pengeringan yang tepat akan mengahasilkan mutu simplisia yang tahan disimpan dan tidak merusak kandunganya.
Banyak asumsi di masyarakat yang meyakini bahwa mengkonsumsi obat dari tanaman tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia. “Ya memang betul, tetapi hal tersebut juga perlu diperhatikan, bahwa tanaman obat juga memiliki efek yang membahayakan jika tidak digunakan dengan dosis dan indikasi yang tepat.” tambah Nila.
HUMAS
Mar 12, 2019 | Berita
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan Perguruan Tinggi dalam mewujudkan lulusan yang memiliki karakter sesuai dengan harapan stakeholder. Salah satu yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Mahasiswa dan Alumni (LPMA) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) adalah menyelenggarakan Pembekalan Calon Wisuda Angkatan ke-70. Kegiatan yang mengangkat tema “Mengenali dan Strategi Masuk Dunia Kerja” ini dilaksanakan di Aula Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UMMagelang.
Ns. Margono, M.Kes, ketua LPMA mengatakan, tujuan diadakannya kegiatan tersebut untuk mempersiapkan lulusan yang siap menghadapi dunia kerja dan juga membentuk pribadi yang berkarakter positif. “Pembekalan ini dihadiri oleh 248 calon wisudawan yang akan diwisuda pada Sabtu, 23 Maret mendatang,” kata Margono.
Rektor UMMagelang, Ir. Eko Muh Widodo, MT dalam sambutannya menyampaikan 75 persen calon wisudawan merupakan freshgraduate yang belum bekerja. Rektor berharap agar setelah lulus, calon wisudawan dapat menerapkan keahlian hardskill dan softskill yang sudah didapat di bangku kuliah sehingga bisa bekerja sesuai dengan keinginan dan kompetensinya atau menciptakan lapangan kerja sendiri. “Di era industri 4.0 ini, pekerjaan yang saat ini ada, di kemudian hari pasti akan hilang dan digantikan pekerjaan baru. Seperti, biro agen perjalanan yang semakin berkurang dengan banyaknya aplikasi pemesanan tiket online,” tambah Eko.
Pada kegiatan tersebut, calon wisudawan mendapatkan materi dari tiga narasumber. Di sesi pertama, dihadirkan pemateri dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Magelang, Nita Budi Astuti, SE yang menyampaikan tentang hal yang perlu dipersiapkan dalam memasuki dunia kerja. “Ada tiga pilihan bagi calon wisudawan setelah diwisuda, menjadi wirausaha mandiri, berkarir profesional atau menjadi cendekia akademisi,” tambahnya. Lebih rinci, Nita juga menjelaskan bagaimana cara membuat CV dan surat lamaran pekerjaan yang tepat, serta bagaimana cara memahami proses wawancara dan psikotes dalam proses seleksi di dunia kerja
Di sesi kedua, Dr. Riana Mashar, M.Si., Psikolog memaparkan tentang keterampilan literasi keuangan bagi calon wisudawan. Kegiatan pembekalan diakhiri dengan sesi cerita sukses alumni oleh Sugiyono, ST, pengusaha di bidang sawit yang merupakan alumni S-1 Teknik Industri UMMagelang.
HUMAS
Oct 2, 2018 | Berita
Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM) UM Magelang mengadakan Musyawarah Komisariat (MUSYKOM) serentak pada hari Sabtu 29/9 di Aula Gedung Rektorat Kampus 2 UM Magelang. Dengan tema “Meneguhkan Kultur Masyarakat Ilmu untuk Menjaga Marwah Ikatan” pembukaan Musykom dihadiri beberapa pimpinan fakultas, serta Koordinator Komisariat dan perwakilan ormawa di UM Magelang.
Ketua korkom IMM 2017/2018 Immawan Taufiq Ardiyanto mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir Koordinator Komisariat IMM 2017/2018 untuk menfasilitasi komisariat bermusyawarah agar lebih efektif dan efesien serta sebagai ajang silaturahmi antar kader IMM dengan seluruh ormawa. “Dengan adanya musykom ini bukan berarti tugas kita sebagai kader IMM selesai, tapi ini sebagai langkah awal untuk berproses ke jenjang yang lebih tinggi. Bergabung dalam IMM berarti kita harus mengimplementasikan nilai-nila IMM dalam kehidupan terutama dalam berdakwah amar ma’ruf nahi munkar,” ujar Taufiq
Selain pembukaan musykom serentak, panitia juga mengadakan launching buku berjudul Pena Ikatan karya IMM Komisariat Ekonomi. Immmawati Nafrida Nuraini, ketua redaksi menyampaikan bahwa “Pena Ikatan merupakan buku pertama dari komisariat Ekonomi dan Bisnis yang berisikan tulisan kader Ekonomi dan Bisnis meliputi cerpen, opini, puisi dan cerita tentang pengalaman ber-IMM,” kata Nafrida.
Disamping itu panitia juga melakukan penggalangan dana untuk korban gempa bumi di Palu dan Donggala Sulawesi Tengah. Dalam penggalangan dana tersebut terkumpul uang sebesar Rp 895.400,- yang akan disalurkan melalui LazizMu. Dalam acara itu juga dilakukan award bagi Immawan dan Immawati terbaik serta Komisariat terbaik.
HUMAS
Jan 30, 2018 | Berita
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Magelang melaksanakan Rountable Discussion (RTD) yang diadakan di Ruang B18 gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Magelang. Kegiatan yang mengangkat tema “Dilema Demokrasi: Peran Mahasiswa Muslim Dalam Membangun Demokrasi Yang Beretika” tersebut dilaksanakan selama dua hari rountable Sabtu-Ahad, 27-28 Januari 2018.
Tri Winahyu selaku Ketua PC IMM Magelang mengatakan “Tema tersebut berangkat dari sebuah kegelisahan mengenai peran serta Mahasiswa Muhammadiyah dalam berdemokrasi, yang pada saat ini dirasa sangat menurun semangatnya dibanding pada era reformasi tahun 90 an. Pasca reformasi pengawasan mahasiswa sebagai social control terhadap pemerintah nampaknya semakin turun. Hal tersebut yang kemudian menjadi keprihatinan dalam internal IMM Magelang sehingga rasanya perlu untuk mempertajam kembali konsep demokrasi,” kata mahasiswi yang kerapa disapa Wiwin.
Ia juga menyampaiakan bahwa ada tiga materi pokok yang disampaikan dalam, RTD yaitu: Geneologi Demokrasi yang disampaikan oleh Tri Winahyu dan Roid Usmail Ardo, Internalisasi Nilai-Nilai Islam dalam berdemokrasi oleh Monica Subastia, dan yang terakhir Peran Muhammadiyah dalam Politik Kebangsaan disampaikan oleh Taufik Ardiyanto dan Taufiq Muhajirin.
Diskusi tersebut diakhiri dengan Forum Grup Discussion (FGD) yang membahas mengenai Rekonstruksi Demokrasi di Indonesia dan Etika Berdemokrasi. “Peserta sangat antusias mengikuti forum tersebut hingga selesai dan menghasilkan sebuah point penting dalam konteks berdemokrasi sebagai Mahasiswa IMM yakni Demokrasi Profetik yang hal tersebut masih memerlukan kajian lebih dalam untuk kemudian dapat diimplementasikan dalam demokrasi di Indonesia,” kata Wiwin.
Forum yang diikuti oleh segenap PC, Koorkom, dan perwakilan komisariat se-Magelang, akhirnya menyepakati bahwa konsep demokrasi yang paling tepat diterapkan di Indonesia adalah Konsep Demokrasi Pancasila dengan catatan etika yang digunakan dalam berdemokrasi adalah etika Pancasila. Artinya, sebagai warga Negara dengan dasar yang sudah jelas, kita perlu menerapkan Pancasila sebagai landasan berdemokrasi dan juga beretika. Meskipun untuk aktualisasinya masih dibutuhkan kajian lebih dalam mengenai dua hal tersebut.
Humas (rilis IMM)