Dec 27, 2017 | Berita
Peringatan hari ibu yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember tiap tahunnya merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang, memberikan penghormatan serta penghargaan kepada pejuang kaum perempuan indonesia. Ibu adalah peletak dasar lahirnya generasi penerus bangsa, dan ditangan ibulah para pemimpin bangsa dilahirkan dengan kepribadian yang istimewa.
Namun sayangnya, arus globalisasi telah banyak mengubah tingkah laku manusia, terlebih lagi pola pikir para generasi muda. Berkembangnya arus globlasisasi juga memberikan dampak bagi kemajuan teknologi informasi yang mudah diserap anak-anak yang lebih paham memainkan gadget dibandingkan orang tuanya. Tentu saja hal ini akan menjadi berbahaya jika tidak ada pengawasan dari orang tua. Oleh karena itu, Parenting Skill sangat dibutuhkan karena trend baru seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang diserap oleh anak.
Untuk itulah Himpunan Mahaisiswa Program Studi (HMPS) PGSD FKIP UMMagelang mengadakan kegiatan Seminar Parenting untuk menggemakan nuansa Hari Ibu kepada generasi muda khususnya dalam lingkup perguruan tinggi, Sabtu 23/12.
Bangkit Hadi Setyawan, ketua panitia mengatakan, Kegiatan Seminar Nasional Parenting yang diadakan di Auditorium Kampus 1 UM Magelang itu diikuti oleh 470 peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, baik dalam lingkup UM Magelang maupun perguruan tinggi lain. Seminar bertema “Membangun Parenting Dialogis di Zaman Now” tersebut menghadirkan dua pembicara yaitu, Dra. Wulandari Wahyuningsih, M.M selaku Kepala DP4KB dan Hery Maulana M.Pd .
Wulandari yang menjadi pemateri pertama anatara lain mengungkapkan, Parenting dialogis merupakan proses pembelajaran pengasuhan atau cara mendidik anak yang melibatkan komunikasi dua arah anatara orang tua dan anak.
Adapun Heri Maulana mengatakan, menjadi orang tua di jaman now harus memahami kepribadian anak. Ia mengatakan bahwa teknologi dan anak sama-sama memiliki kejutan, oleh karenanya orangtua harus cerdas dalam memilih pola mendidik anak. “Bersabar, siasati marah atau emosi negatif, serta tahan emosi, adalah modal utama untuk membuka komunikasi kita kepada buah hati” tuturnya sebelum mengakhiri materi.
HUMAS
Dec 27, 2017 | Berita
Persepsi sebagian siswa banyak yang menganggap bahwa Matematika merupakan pelajaran yang lebih sulit dibandingkan dengan yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut Progam Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Agama Islam (FAI) UM Magelang mencoba memberikan solusi pembelajaran Matematika yang menarik melalui Pelatihan Jaritmatika yang diadakan kemarin Sabtu, 23/12.
Pelatihan yang dilaksanakan di Aula Fikes lantai 2 UM Magelang tersebut mengusung tema “Keajaiban Jari-Jariku dalam Berhitung Cepat dan Mengasyikkan”. Ketua panitia, Norma Dewi Shalikhah, M.Pd.I mengatakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan wawasan dan mengimplementasikan metode jaritmatika dalam pembelajaran matematika di SD dan MI. “Kegiatan ini diikuti oleh 130 peserta yang terdiri dari mahasiswa PGMI semester 1 hingga 7 dan delegasi guru MI Magelang. Semoga pelatihan ini dapat menjadi bekal bagi para peserta untuk mengajarkan matematika dengan metode yang menarik,” ungkap Norma.
Dr. Nurrodin Usman, Lc.Ma, Dekan FAI UM Magelang, ketika membuka kegiatan pelatihan mengatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para guru sebagai pendidik. “Saya berharap para guru dan mahasiswa dapat memanfaatkan pelatihan ini sebagai ajang menggali ilmu sehingga tercipta metode pembelajaran matematika yang menarik,” jelas Nurrodin.
Pelatihan jaritmatika menghadirkan narasumber Tolkhah, S.Pd.I, seorang guru dan pakar jaritmatika. Dalam meterinya, Tolkhah memberikan berbagai tips dan trik mengerjakan beberapa masalah perhitungan dengan mudah. “Menghitung dengan mudah dapat dilakukan dengan media jari tangan kita. Tidak perlu mahal dan membeli alat hitung yang berkualitas tinggi. Cukup menggunakan anggota tubuh yang telah Allah berikan untuk kita,” jelas Tolkhah kepada para peserta.
Tolkhah memperkenalkan berbagai cara perhitungan mulai dari menambahkan angka puluhan hingga ratusan, bahkan perkalian menggunakan jari-jari tangan. “Ketika ada perkalian lebih dari 10, maka dapat menggunakan jari. Caranya yang pertama simpan di otak kita angka 100. Yang kedua yaitu jari berdiri dihitung sebagai puluhan di tambahkan. Selanjutnya, jari berdiri yang digunakan sebagai satuan, dikalikan. Setelah itu tinggal menggabungkan angka 100 + puluhan + satuan,” terang Tolkhah. Selain itu menurutnya ada beberapa hal yang harus dilakukan pendidik di usia dasar siswa mengenal perhitungan. “Dasar berhitung yang kuat harus ditekankan ketika kelas 1,2, dan3 di SD. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan metode yang menarik dan sesuai dengan kemampuan anak,” tandasnya.
HUMAS
Dec 19, 2017 | Berita
UM Magelang sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terus menunjukkan kontribusi nyata untuk bangsa. Salah satunya dengan meluncurkan Program short course setara D1 Kemuhammadiyahan dibawah Fakultas Agama Islam (FAI). Rencana peluncuran program tersebut disambut baik dan didukung penuh oleh para Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Kedu dalam pertemuan PDM se-Kedu pada Selasa (19/12).
Pertemuan para ketua PDM se-Kedu dan beberapa Dosen FAI yang dilaksanakan di ruang rapat Fakultas Teknik UM Magelang tersebut membahas mengenai kurikulum dan program short course setara D1 Kemuhammadiyahan. Selain itu pertemuan tersebut juga sebagai ajang perkenalan struktural, yaitu ditunjuknya Agus Miswanto, MA sebagai Ketua Prodi D1 Kemuhammadiyahan. Agus mengatakan bahwa prodi tersebut sudah dicetuskan FAI sekitar 2 tahun lalu, namun baru dapat terealisasi pada tahun 2017. “Prodi ini merupakan hasil studi banding FAI di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Selain itu kami juga mendapat rekomendasi dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Pusat untuk mendirikan prodi kemuhammadiyahan,”ungkap Agus ketika memberikan sambutan. Kepala Biro Marketing dan Kerjasama (BMKS) UM Magelang, Dr. Imron, MA, turut menambahkan bahwa pendirian program tersebut merupakan bakti UM Magelang kepada persyarikatan Muhammadiyah dalam rangka melaksanakan perkaderan secara terstruktur.
Rektor UM Magelang, Ir. Eko Muh Widodo, MT membenarkan terkait peluncuran prodi baru tersebut. Menurutnya prodi D1 Kemuhammadiyahan akan resmi dilaunching bersamaan dengan peletakan batu pertama pembangunan masjid UM Magelang, pada Sabtu 30 Desember 2017. Eko juga berpesan agar prodi D1 Kemuhammadiyahan nantinya dapat mengemas kurikulum agar menarik untuk dipelajari.
“Progam D1 Kemuhammadiyahan ini menjadi sangat penting untuk media perkaderan bagi AUM, sehingga metode pembelajarannya harus menarik dan kreatif,” jelas Eko. Ia juga menuturkan bahwa dalam meluncurkan prodi kemuhammadiyahan jangan terfokus pada kekurangan dan masalah yang ada, karena masalah itu pasti selalu muncul dalam setiap prosesnya.
Drs. H. Jumari, ketua PDM Kabupaten Magelang menyatakan dukungannya dalam pembetukan prodi baru tersebut. “Kami sangat setuju dan mendukung atas hadirnya program studi ini. Kami selaku PDM akan membantu menginformasikan terkait dibukanya progam studi D1 Kemuhammadiyahan di UM Magelang,” jelas Jumari.
HUMAS
Dec 18, 2017 | Berita
Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UM Magelang mengadakan sosialisasi program G to G ke Jepang dan G to P ke Taiwan pada Jumat (08/12). Kegiatan sosialisasi tersebut dilakukan dalam rangka persiapan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) dalam pembukaan pendaftaran penempatan TKI Nurse dan TKI Careworker untuk tahun penempatan 2018.
Sosialisasi yang diadakan di aula lantai 3 Fikes UM Magelang diikuti oleh 100 mahasiswa keperawatan UM Magelang, yang terdiri dari alumni dan mahasiswa semester 7. Dekan Fikes UM Magelang, Puguh Widiyanto, S.Kep.,M.Kep dalam sambutannya mengatakan bahwa sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan informasi bagi para alumni dalam bekerja. Selain itu, untuk mahasiswa semseter 7, sosialisasi ini dapat dijadikan pandangan untuk menentukan cita-cita mereka setelah lulus nanti. “Saya berharap kegiatan ini dapat menjadi peluang bagi para mahasiswa untuk berkarir secara internasional,” kata Puguh.
Salah satu pemateri sosialisasi berasal dari BP3TKI, yaitu Suparjo, S.H mengatakan bahwa ada 4 skema penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Yang pertama yaitu skema Goverment to Goverment atau yang sering disebut dengan G to G. Dalam skema tersebut merupakan pengiriman TKI antar pemerintah, seperti yang terjadi di instansi-instansi, termasuk dibidang keperawatan. Yang kedua adalah skema Goverment to Privat atau G to P. Skema ini adalah pengiriman TKI dari pihak pemerintah ke sektor swasta. Yang ketiga yaitu Privat to Privat atau P to P dan skema kemandirian. “Untuk 2 skema terakhir tidak akan saya ulas disini, karena skema yang akan ditekankan disini adalah skema G to G dan G to P,” jelas Suparjo.
Pemateri lainnya yang turut dihadirkan yaitu Ahmad Sihabudin, Kepala Subbidang Pendidikan (kasubdik) Kerjasama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Ahmad memberikan materi mengenai perbedaan Nurseworker dan Careworker. “Untuk perbedaan yang signifikan diantara keduanya yaitu kontrak kerjanya. Nurseworker memiliki kontrak kerja selama 3 tahun, sedangkan untuk Careworker adalah 4 tahun,” tutur Akhmad.
Ahmad juga menyampaikan tentang proses tahapan penempatan skema G to G ke Jepang. Prosesnya dimulai dari pendaftaran online, verifikasi dokumen, dilanjutkan tes kemampuan keperawatan dan psikotes, kemudian interview. Setelah lolos barulah dilanjutkan dengan Medical Chek Up Indonesia (MCUI), matching I & 2, pembuatan paspor bagi yang belum mempunyai paspor. Selanjutnya akan dilaksanakan MCU yang ke2 dilaksanakan di Jepang, pra departure orientation. Setelah pemberangkatan, selanjutnya diadakan pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan.
Humas
Dec 11, 2017 | Berita
“Ayah senang, Meta banyak bertanya seperti itu!”, Wah pertanyaannya bagus sekali. Baiklah, Mama terangkan, ya!.” Ungkapan seperti itulah yang harus kita ucapkan kepada anak untuk mendukung rasa ingin tahu anak. Termasuk apabila pertanyaan mereka mengenai hal-hal yang sensitif, seperti masalah seksualitas. Karena, salah satu sebab terjadinya kekerasan seksualitas pada anak itu dikarenakan kurangnya informasi anak tentang hal tersebut, sehingga terjadilah kekerasan tersebut.”
Kutipan tersebut merupakan dongeng yang disampaikan oleh Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, S.Psi.,M.si dalam Seminar Parenting yang berlangsung di Auditorium kampus 1 UM Magelang, Sabtu (09/11). Seminar yang mengusung tema “Mencegah Kekerasan Seksual dan LGBT pada Anak” tersebut diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) FKIP UM Magelang yang bekerjasama dengan Keluarga Berencana (KB) Kreatif Primagama Magelang.
Psikolog yang sering disapa dengan panggilan Kak Seto itu juga menyampaikan tentang peran penting orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak. “Yang terpenting adalah kepekaan dan keterampilan orang tua agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, sehingga anak akan memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat melindungi dirinya dari kekerasan seksual yang akan menimpanya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa dengan peran orang tua, anak-anak dapat mengembangkan peran psiko-seksualnya secara lebih tepat sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian diharapkan anak dapat tampil dengan penuh percaya diri yang merupakan modal utama bagi perkembangan potensi anak secara optimal.
Seminar parenting tersebut dibuka oleh Wakil Rektor 1 Bidang Akademik, Dr. Purwati MS serta diikuti oleh lebih dari 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum. Sebelum Kak Seto, peserta mendapatkan materi dasar mengenai kekerasan seksual pada anak yang disampaikan oleh Psikolog Klinik Tumbuh Kembang Anak RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Arum Widinugraheni, M.Psi.
Arum menyampaikan, kekerasan seksual merupakan jenis penganiayaan yang bisa saja terjadi di dalam mauapun di luar keluarga, sehingga sebagai orang tua harus mampu mengenali tanda-tandanya. “Ada beberapa tanda dan gejala seksual yang diperlihatkan anak ketika mengalami kekerasan seksual. Tanda-tandanya yakni mimpi buruk, perhatian anak teralihkan, perubahan pada pola makan, perubahan mood tiba-tiba. Selain itu ada tanda lainnya yang lebih spesifik, seperti tulisan, gambar, atau pembicaraan yang berkonotasi seksual,” jelas Arum.
HUMAS