Jun 14, 2017 | Berita
Daun cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) ternyata dapat digunakan untuk mengobati bisul. Hanya saja belum banyak produk sediaan obat yang mengandung ekstrak daun cocor bebek yang banyak tumbuh liar di pinggir parit ini.Untuk membuktikan pemanfaatan daun cocor bebek sebagai obat bisul dalam bentuk salep, lima mahasiswa Fikes UM Magelang mengadakan penelitian di laboratorium Fikes UM Magelang.
Penelitian tersebut kemudian dituangkan dalam proposal PKM Penelitian yang berjudul “Inovasi Salep Ekstrak Cobek (Cocor Bebek) Sebagai Obat Bisul” yang menjadi salah satu proposal yang lolos PKM-P Dikti Tahun 2017. Proposal tersebut mendapatkan dana penelitian senilai 10 juta.
Kelima mahasiswa yang melakukan kegiatan penelitian itu adalah Rani Okta Friliana, Eko Nurhidayah, Zulda Sarah Kusumawati, Annisa Fitri dan Rizki Setyo Dwipasari dengan melakukan penelitian untuk menguji efektivitas salep ekstrak daun cocor bebek sebagai obat bisul dan menentukan konsentrasi ekstrak daun cocor bebek dalam salep yang efektif sebagai obat bisul.
Rani, ketua tim mengungkapkan, penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan desain penelitian eksperimental. “Untuk dapat melakukan penelitian, sebelumnya harus dilakukan identifikasi tanaman dan pembuatan salep dari ekstrak daun cocor bebek ini,” jelasnya. Dengan mengetahui konsentrasi ekstrak pengujian, Rani dan keempat anggota timnya melakukan uji antibakteri dengan media cawan petri dan metode sumuran untuk mengetahui daya hambat salep terhadap bakteri.
Heni Lutfiyati, M.Sc.,Ap, dosen pembimbing penelitian tersebut mengatakan, output dari penelitian ini adalah dihasilkan salep ekstrak daun cocor bebek yang dapat menyembuhkan penyakit bisul. Kegiatan ini, kata Heni, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa UM Magelang khususnya mahasiswa Ilmu Kesehatan untuk lebih mempelajari tentang pemanfaatan tanaman herbal. Selain itu mahasiswa ilmu kesehatan diharapkan memiliki kesempatan dan kemampuan yang lebih untuk melakukan penelitian ilmiah tentang tanaman herbal dibanding mahasiswa lainnya. (Humas – Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Pelatihan Pembuatan “Trek Suit Mas” (Tepung Senerek untuk Susu, Biskuit dan Mi Basah) guna Meningkatkan Nilai Jual Senerek di Desa Mangunrejo Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang adalah salah satu dari 28 proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diusulkan oleh mahasiswa UM Magelang yang berhasil lolos seleksi dan didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2017.
Kelima mahasiswa yang menggagas ide kreatif tersebut adalah Hasna Rafida (PGSD FKIP), Didik Irawan (PGSD FKIP), Fatkhussarifin (PGSD FKIP), Ellyana Bhekti Saputri (PGSD FKIP ) dan Nurul Ngaini (Prodi Manajemen FE). Kelompok ini berhasil lolos pada program kreativitas di bidang pengabdian masyarakat (PKM-M) dengan bentuk pengabdian berupa pelatihan pembuatan tepung senerek yang dapat diolah menjadi berbagai macam olahan yaitu susu, mie basah dan biskuit.
Hasna Rafida, ketua tim mengatakan, ide pengolahan senerek berawal dari sudut pandang senerek yang hanya diolah menjadi sop yang mudah dijumpai di berbagai warung makan di daerah Magelang. Hasna mengatakan, Sop Senerek adalah masakan khas dari Magelang yang merupakan kuliner peninggalan masa penjajahan Kolonial Belanda. Senerek berasal dari kata Senert yang berarti kacang polong. Tetapi orang Magelang menyebutnya “senerek” dan mengganti kacang polong menjadi kacang merah. Tampilannya seperti sop iga atau sop buntut pada umumnya, tetapi yang membedakannya adalah kacang merah sebagai inti dan penggunaan kaldu kacang yang membuat sop ini berbeda dari sop lainnya.
Dalam sop senerek juga terdapat daging sapi potong, kentang, bayam, wortel, daun bawang dan daun seledri sebagai pelengkapnya. Kandungan gizi dari sop senerek sendiri sangat banyak. Mulai dari asam amino yang bagus untuk perbaikan gizi, disamping juga rendah lemak dan bebas kolestrol. Selain itu juga baik untuk kesehatan jantung, kesehatan pencernaan, pertumbuhan dan perkembangan anak.
Namun sayangnya masyarakat terutama anak-anak banyak yang tidak suka dengan senerek ini. Dari hal tersebut muncullah ide untuk membuat olahan senerek dalam bentuk yang disukai semua kalangan termasuk anak-anak, yakni dalam bentuk tepung senerek yang diolah dalam bentuk bentuk susu, biskuit, dan mi basah (trek suit mas). juga tidak ada bahan yang berbahaya yang ditambahkan dalam olahan senerek ini.
Melalui kegiatan pelatihan itu diharapkan akan meningkatkan nilai jual senerek di Desa Mangunrejo sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya petani senerek dan ibu rumah tangga. Selain itu juga untuk meningkatkan gizi anak-anak di Desa Mangunrejo. Berbagai kegiatan yang dilakukan dari mulai sosialisasi, pelatihan pembuatan tepung senerek hingga labelling dan pemasaran disambut antusias warga. Bahkan pada acara tarawih keliling yang dihadiri oleh Bupati Magelang beserta jajaarannya beberapa waktu lalu, olahan biskuit senerek menjadi salah satu oleh-oleh yang diberikan warga Mangunrejo kepada Ibu Tanti Zaenal Arifin, istri Bupati Magelang. “Semoga Ibu Tanti tertarik dan mendukung olahan biskuit dari senerek ini agar menjadi produk unggulan dan menjadi oleh-oleh khas Magelang,” harap Trimah, Ketua PKK Desa Mangunrejo. (Humas – Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Selama tiga hari berturut-turut, mulai Selasa hingga Kamis 2017 (6-8/6), UM Magelang beserta Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kabupaten Magelang menggalang semangat untuk membantu warga korban banjir Kecamatan Grabag yang masih mengungsi di rumah kerabat mereka.
Ns. Margono M. Kep, Ketua posko kegiatan mengatakan, selama tiga hari sebanyak 150 personel mengadakan berbagai kegiatan untuk mensupport warga di Dusun Kaligading, Sambungrejo, Kalisapi, Karanglo, dan Tlumas. “Di lima lokasi tersebut kami melakukan berbagai kegiatan seperti lomba yang ditujukan untuk anak-anak, pengajian serta buka puasa bersama,” ujar Margono.
Margono menambahkan, UM Magelang juga menyalurkan bantuan berupa 400 paket sembako senilai 70 juta kepada warga di lima lokasi tersebut. Bantuan tersebut berasal dari warga Muhammadiyah baik PCM, PCA maupun sekolah Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Magelang.
Selain itu UM Magelang juga memberikan pendampingan trauma healing kepada korban pasca bencana. Adapun 150 personel yang diterjunkan, lanjut Margono, terdiri dari relawan MDMC, mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan, serta motivator antara lain Ustadz Walyono dan Ustadz Komarudin.
Suadi, Kepala Dusun Tlumas menyatakan rasa syukur atas bantuan yang diberikan kepoada warganya terutama dalam bulan Ramadhan ini. Ia yakin bahwa semua kegiatan yang dilakukan oleh para relawan sangat bermanfaat serta dapat membantu warganya baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. (Humas – Yudia)
Jun 14, 2017 | Berita
Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur berada di sekitar tempat objek wisata internasional yang menjadikannya sebagai salah satu desa wisata yang menjadi tumpuan warga untuk mendapatkan rupiah karena wisatawan yang datang tidak hanya dari daerah lokal tetapi sampai mancanegara.
Di Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur banyak warga yang menanam tanaman pucuk merah (Oleana Syzygium) karena tanaman pucuk merah memiliki warna kemerahan pada ujung atau pucuk daunnya. Selama ini tanaman pucuk merah hanya digunakan untuk memperindah lingkungan rumah warga. Ternyata tanaman ini akan lebih indah dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi bila dijadikan tanaman bonsai. Namun sayangnya masih banyak warga yang belum menyadari nilai ekonomis pohon pucuk merah itu.
Berawal dari situlah Tim PKM pengabdian kepada masyarakat yang terdiri dari Evtah Riskina, Evti Riskina, Fajar Ardi Saputra, Aisah Widyaningsih dan Dhika Dwi Saputra, mahasiswa UM Magelang untuk mengajukan proposal Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Bonsai “Bokabu” dari Oleana Syzygium Sebagai Oleh-Oleh Botani Khas Borobudur untuk Peningkatan Nilai Ekonomi Tanaman di Dusun Kedungombo Candirejo Borobudur. PKM yang dibimbing oleh Rasidi, M.Pd itu berhasil lolos dalam seleksi proposal PKM yang diajukan ke Kemenristek Dikti Tahun 2017..
Evtah, ketua tim menjelaskan, Bokabu merupakan singkatan dari Bonsai Khas Borobudur yang berasal dari tanaman pucuk merah.Sosialisasi dan pelatihan pembuatan bonsai “Bokabu” dilakukan sebagai upaya meningkatkan nilai ekonomi tanaman Oleana Syzygium atau pucuk merah dan sebagai peluang usaha bagi warga Dusun Kedungombo, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang dengan prospek pasar melalui desa wisata tersebut.
Evtah menambahkan, kegiatan pengabdian masyarakat tersebut melibatkan anggota Tim PKM, masyarakat khususnya warga Dusun Kedungombo, Candirejo, Borobudur dan Dosen Pembimbing Tim PKM. Kegiatan ini dilakukan selama enam tahap yakni sosialisasi yang dilakukan akhir bulan Maret, selanjutnya pemahaman materi bonsai dari Dinas Pertanian Kabupaten Magelang. Tahap selanjutnya yakni pelatihan pembuatan bonsai pada pertengahan April. Pada tahap ini, lanjut Evtah, timnya mendatangkan komunitas Penggemar Bonsai Indonesia (PBI) Cabang Megalang.
Pada tahap selanjutnya, yakni tahap empat, tim membentuk komunitas bonsai dibantu PBI Magelang dengan diikuti 35 peserta yang sudah mahir membuat bonsai setelah mengikuti pelatihan. Pada tahap akhir dilakukan pendampingan komunitas yang diikuti oleh ketua dan pengurus komunitas dengan hasil monitoring kegiatan komunitas..
Selain membantu perekonomian warga, sosialisasi dan pelatihan ini juga memberikan pengetahuan, wawasan serta motivasi kepada warga agar dapat memanfaatkan tanaman pucuk merah sebagai tanaman bonsai yang dibudidayakan. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya khususnya dan warga di sini pada umumnya. Semoga bonsai bokabu dapat menjadi tanaman khas borobudur dan kami mengharapkan bantuan dari tim PKM untuk tetap mendampingi kami kedepannya, ” kata Ersyid salah satu peserta pelatihan. (Humas – Yudia)
Jun 7, 2017 | Berita
Di tangan lima mahasiswa Fikes UM Magelang, bunga pinus mampu diolah menjadi teh kantong herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan kemudian dituangkan dalam suatu karya berbentuk proposal pengabdian masyarakat berjudul “ Tekas Bina Mekanist” . Proposal itu berhasil lolos seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2017 bersama 27 proposal mahasiswa UM Magelang lainnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilakukan empat mahasiswa PGSD FKIP UM Magelang yakni Hanik Musyarofah, Siti Mudayanah, Wulan Septiani, dan Irna Listiyani. “Selama ini di Dusun Bulu Duwur, Ropoh, Kepil, Wonosobo, bunga pinus hanya dimanfaatkan sebagai among geni atau untuk menyalakan api ketika hendak memasak. Bahkan tak jarang bunga pinus hanya dibiarkan membusuk begitu saja oleh masyarakat sekitar,” tutur Hanik Musyarofah, ketua tim. Berawal dari keprihatinan tersebut, mereka kemudian melakukan kegiatan pengabdian di dusun tersebut.
Bunga pinus (strobilus betina), lanjut Hanik banyak terdapat di Dusun Bulu Duwur yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Keempat mahasiswa itu kemudian memanfaatkan bunga pinus sebagai teh kantong herbal . Adapun cara produksinya cukup mudah mulai dari proses pemotongan bunga, pencucian, penjemuran, penyangraian, penumbukan, dan pengemasan kantong serta kardus.
“Berdasarkan penelitian ilmiah terbukti bahwa teh herbal bunga pinus mampu meningkatkan imunitas tubuh. Bunga pinus yang kaya anti oksidan juga bermanfaat untuk melancarkan sistem pencernaan, menjaga tubuh tetap fit, menjaga kecantikan kulit, melindungi dan meningkatkan fungsi organ tubuh, dan pertumbuhan tubuh, “ ungkapnya.
Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan dengan melibatkan kelompok Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) yang diikuti 30 peserta. Pelatihan pembuatan teh kantong herbal yang dilakukan untuk warga di Dusun Bulu Dowor itu diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat yang mudah terserang penyakit sehingga mencetak generasi muda yang memiliki sumber daya manusia lebih baik. Selain itu mereka juga berharap, kegiatan pengabdian tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Dusun Bulu Duwur yang masih menganggur.
Warga sekitar sangat antusias dengan adanya pelatihan tersebut, karena barang yang semula mereka kira tidak berguna ternyata memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Syahman Jumeno, Kepala Desa Ropoh mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa yang telah membagikan ilmunya kepada warganya serta dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi mereka. Ia berharap kegiatan tersebut dapat berkesinambungan sehingga warga dapat terus memanfaatkan bunga pinus yang tidak hanya bernilai medis tapi juga ekonomis. (Humas – Yudia)