Jun 1, 2016 | Berita
Perbedaan jumlah yang cukup signifikan antara jumlah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sebesar lebih dari 182.000 orang dibanding dengan pengawas (supervisor) PAI kurang dari 3.500 orang memacu Kementerian Agama RI untuk meningkatkan peran guru PAI menjadi supervisor melalui beasiswa pendidikan Kemenag RI.
Data menunjukkan, sampai saat ini masih ada sekolah ataupun madrasah yang tidak memiliki guru PAI, padahal setiap tahun baik Perguruan Tinggi Islam (PTI) maupun PTS selalu meluluskan calon guru PAI. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana Indonesia menempati posisi ke-121 dari 185 negara, sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura ada di urutan ke 64 dan 18. Hal tersebut membutuhkan percepatan pembangunan manusia.
Salah satu faktor penyebab rendahnya IPM Indonesia yakni guru di Indonesia masih menggunakan pola pendidikan lama yang bersifat reproduksi sehingga masih banyak yang belum mampu menganalisa apalagi menginisiasi. Guru masih terpaku pada buku, bukan pada pola untuk mengembangkan materi yang kreatif dan inovatif.
Padahal bila kita berkaca pada salah satu hadist shahih, disebutkan agar kita (guru) mengajarkan anak-anak kita sesuai dengan zamannya. Hal tersebut tentu saja memerlukan sekelompok guru yang mempu memberikan solusi creatif minority untuk dapat memecahkan masalah klasik menghadapi tantangan peradaban. Terlebih lagi saat ini memasuki era global, bila tidak kreatif dan inovatif, kita akan dapat “terlindas” oleh roda jaman yang terus berputar dengan cepat.
Paparan itu disampaikan oleh Direktur Pendidikan Agama Islam Dirjen Agama Islam RI Dr. H. Amin Haedari saat menyampaikan kuliah umum bertema “Peran dan Tantangan Guru PAI dalam Percaturan Dunia Global” di FAI UM Magelang beberapa waktu lalu (Sabtu 28/5). Acara yang diadakan di Kampus 2 UM Magelang itu diikuti oleh 82 mahasiswa PAI UM Magelang kelas beasiswa Kemenag RI.
Eko Muh Widodo, Rektor UM Magelang yang membuka acara kuliah umum tersebut menyampaikan bahwa UM Magelang terus berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten khususnya guru Agama Islam, terlebih saat ini UM Magelang telah mulai membuka Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Diharapkan dengan dibukanya program magister tersebut para guru dapat lebih meningkatkan kualitas melalui metode pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang tepat.
Jun 1, 2016 | Berita
Sebagai perguruan tinggi yang tumbuh di tengah masyarakat yang heterogen, UM Magelang yang merupakan PT berbasis religi selalu berupaya untuk menjaga kerukunan dan ketertiban di lingkungan sekitar kampus, khususnya di Wilayah Mertoyudan dimana Kampus 2 berada. Selain terdapat pusat pendidikan (kampus), di wilayah Mertoyudan juga menjadi wilayah tempat tinggal sementara (kost) bagi para mahasiswa perantauan.
Upaya untuk menjaga kerukunan baik kerukunan beragama maupun kerukunan warga dilakukan UM Magelang dengan menginsisasi kegiatan Pertemuan/Forum Antar Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat (Toga Tomas) yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kecamatan Mertoyudan. Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Sidang Gedung Rektorat Kampus 2 UM Magelang beberapa waktu lalu.
Dipimpin oleh Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Drs. Mujahiddun, M.Pd, Forum Toga Tomas diikuti oleh 20an peserta yang terdiri dari unsur keamanan (Koramil dan Kapolsek), tokoh agama (ulama dan pendeta), unsur pemerintahan (Camat, Lurah, dan Ketua RW) di lingkungan Mertoyudan.
Selama tiga jam, para peserta forum membahas tentang beberapa hal menyangkut upaya untuk menciptakan lingkungan (kost) yang kondusif, antara lain tentang aturan dan tata terbib kost serta pengawasan bersama. “Dalam aturan kost dibahas tentang data pemilik dan penghuni oleh RT dan RW setempat, aturan etika bertamu yang disusun oleh tokoh agama, serta aturan ketertiban dan keamanan lingkungan yang dibahas oleh Polsek dan Koramil setempat,” ungkap Mujahiddun.
Dalam pertemuan juga ditentukan Tim Perumus serta referensi untuk membuat aturan tersebut. Selanjutnya akan dibuatkan edaran yang diterbitkan oleh Kecamatan berupa tata tertib yang telah disepakati. Dengan adanya ketentuan tersebut diharapkan dapat terwujudnya ketentraman dan ketertiban warga termasuk penghuni kost sehingga lebih kondusif.
Mujahiddun juga menyatakan bahwa UM Magelang akan melakukan pendataan mahasiswa yang kost di lingkungan Kecamatan Mertoyudan agar dapat lebih mudah memantau kondisi mereka. Selain itu juga memberikan pembinaan akhlak yang lebih intens agar para mahasiswa dapat menjadi tauladan di lingkungannya.
humas
HUMAS
Jun 1, 2016 | Berita
Ustadz Habiburrahman El-Sirazi menjadi pembuka rangkaian kegiatan Ramadhan di Kampus (RdK) UM Magelang saat menjadi pembicara dalam talkshow yang diadakan Jum’at 27/5 di Auditorium Kampus 1 UM Magelang. Penulis novel kondang Ayat-Ayat Cinta itu hadir memenuhi undangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3S1) UM Magelang yang menggawangi kegiatan RdK.
Dalam acara yang dihadiri oleh seluruh keluarga besar UM Magelang termasuk dosen, karyawan, dan mahasiswa serta perwakilan PDM dan sekolah itu Kang Abik, begitu ia biasa disapa, mengupas tema Membumikan Ayat-Ayat Cinta dalam Al Qur’an. Menurutnya, dalam Al Qur’an yang dijadikan “Undang-Undang” tentang cinta terdapat dalam Surat Az Zukhruf ayat 67 yang menyebutkan bahwa orang-orang yang sangat akrab, saling mencintai pada hari itu (Kiamat) saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertakwa kepada Allah.
Sarjana lulusan Universitas Al Azhar Kairo berusia 39 tahun itu juga menyampaikan bahwa cinta dalam Islam menempati posisi yang mulia yakni “Bentuk cinta Allah kepada mahluknya yakni ia ciptakan langit dan bumi, serta Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmatal lil ‘alamin,” ujarnya. Selain itu cinta juga dapat dijadikan syafaat atau pembela di hari akhir. ”Ada empat yang dapat menjadi syafaat yakni Nabi Muhammad, Al Qur’an yang sering kita baca, puasa, serta cinta kita kepada Allah dan Rasul. Jadi cintailah Allah dan Rasul dengan sepenuh hati agar kita dapat bertemu kelak di hari akhir,” ajaknya.
Selain talkshow, pada hari itu juga Rektor UM Magelang meresmikan website P3S1 yang ditandai dengan pemukulan gong. Ketua kegiatan RdK 1437 H, Dede Asikin Noor mengatakan, UM Magelang seperti di waktu sebelumnya mentradisikan untuk memeriahkan Ramadhan dengan beragam kegiatan yangh tidak hanya ditujukan untuk kalangan internal kampus namun bagi warga masyarakat di wilayah Kedu.
Bertema Memberi Kedamaian menuju Masyarakat Berkeadaban, RdK dirangkai dengan berbagai kegiatan, antara lain Pelatihan Mubaligh Ramadhan (28-29/5), Hafidz on the Street (11,16,20,25/6), Tarawih Keliling di Temanggung dan Wonosobo (18 dan 25/6), Nuzulul Qur’an (25/6), serta Lomba Fotografi dan Penulisan Features (25-26/6).
humas
Jun 1, 2016 | Berita
Pengenalan dan pengetahuan di bidang teknologi dan informasi mutlak diperlukan di era kekinian, terutama dalam lingkup dunia kerja. Banyak kemudahan yang diperoleh dengan memanfaatkan teknologi informasi baik efisiensi waktu, tenaga maupun biaya. Kemudahan tersebut salah satunya di bidang administrasi.
Namun demikian, ternyata masih banyak tenaga administrasi (SDM) yang masih belum mengaplikasikan kemudahan teknologi tersebut. Salah satunya yakni para sekretaris desa (sekdes). Hal itu dikarenakan mereka belum pernah mendapatkan pengetahuan dan pengenalan terhadap perangkat teknologi tersebut baik hardware maupun softwarenya.
Untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan di bidang teknologi yang menyangkut tugas sekdes, Prodi Teknologi Informatika Fakultas Teknik UM Magelang bekerjasama dengan Dinas Kominfo Kabupaten Magelang mengadakan Pelatihan SDM dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Bagi Sekretaris Desa (Sekdes) di Lingkungan Kabupaten Magelang.
Kegiatan tersebut diadakan Selasa hingga Kamis (24 -26/5) di Aula dan Laboratorium Komputer FT Kampus 2 UM Magelang. Selama tiga hari, ke-60 peserta mendapatkan materi tentang pengenalan dasar komputer, pengenalan dan penggunaan Program Microsoft Office, pelatihan internet dan mengisi website, serta cara membuat, mengirim dan menerima e-mail.
Bambang Pujianto, M.Kom, dosen Prodi TI FT UM Magelang yang juga ketua panitia kegiatan mengatakan, metode pelatihan sebayak 60% presentasi dari nara sumber, serta 40% praktek. “Adapun nara sumber seluruhnya berasal dari dosen TI FT UM Magelang dengan menggunakan tiga ruang lab komputer yang kami miliki,” ujarnya.
Bambang menambahkan, output yang diharapkan dari pelatihan tersebut yakni agar para peserta dapat mengekplorasi potensi desanya dan menginformasikannya melalui website, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta dapat menerima dan mengirim informasi lebih cepat. “Mereka dapat mengirim maupun menforward surat maupun informasi lain melalui internet,” imbuh Bambang.
Rina Suryaningsih, Sekdes Desa Blongkeng Kecamatan Ngluwar yang menjadi peserta dalam pelatihan tersebut mengaku gembira dengan adanya pelatihan yang belum pernah didapatinya selama ini. “Saya akan menerapkan ilmu yang diperoleh melalui pelatihan ini di desa saya agar urusan adminsitrasi lebih tertata dan lebih mudah, selain juga dapat membuka informasi dengan menggunakan internet,” janjinya.
HUMAS
Jun 1, 2016 | Berita
Sebanyak 92 mahasiswa semester 2 Prodi Keperawatan D3 Fakultas Ilmu Kesehatan UM Magelang mengikuti Ucap Janji Keperawatan, Rabu 25/5 di Auditorium Kampus 1 UM Magelang. Selain pimpinan Universitas, acara tersebut juga dihadiri oleh orang tua mahasiswa serta sejumlah tamu undangan termasuk Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Magelang.
Ns Sambodo Sriadi Pinilih M.Kes, ketua panitia kegiatan mengatakan, ke-92 mahasiswa tersebut sebelumnya telah mengikuti pembekalan, praktek klinik keperawatan serta ujian praklinik. “Kegiatan tersebut wajib diikuti sebelum mereka melakukan praktek di RS,” ujar Pipin, panggilan akrab Sambodo Sriadi Pinilih. Ia menambahkan, ucap sumpah bertujuan untuk meningkatkan kesiapan bagi mahasiswa dalam menjalankan praktek klinik keperawatan dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik
Dalam rangkaian acara yang bertema “Membentuk Perawat yang Profesional Islami, Inovatif dan Kompetitif” itu, mahasiswa mengucapkan sumpah perawat di hadapan hadirin. Rektor UM Magelang Ir. Eko Muh Widodo, MT menyampaikan bahwa mahasiswa UM Magelang dibekali dengan tiga kompetensi dasar yakni pengetahuan, keahlian, dan sikap.
“Bagi mahasiswa Keperawatan, sikap yang dimaksud adalah sikap dalam menghadapi dan melayani pasien secara Islami,” jelasnya. Rektor berharap agar saat melakukan praktek di RS para mahasiswa dapat membawa nama baik almamater serta dapat berkolaborasi dengan perguruan tinggi lainnya.
Pada kesempatan itu Rektor juga menyampaikan bahwa UM Magelang telah mendapatkan Surat Keputusan dari Dirjen Pendidikan Agama Islam Kemenag RI tentang Ijin Penyelenggaraan Program Magister Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Disamping itu UM Magelang juga telah mendapatkan sinyal lampu hijau untuk pembukaan dua prodi baru yakni S1 Psikologi dan S1 Ilmu Komunikasi.
Dalam acara itu Fikes juga memberikan penghargaan kepada mahasiswa berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Usai melakukan acara ucap janji, para dosen dan mahasiswa mengadakan dialog untuk kemajuan yang lebih baik bagi Fikes UM Magelang.
humas
Jun 1, 2016 | Berita
Interprofessional Education (IPE) adalah sebuah inovasi yang sedang dieksplorasi dalam dunia pendidikan profesi kesehatan. IPE merupakan suatu proses dimana sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi serta berkolaborasi dalam upaya pelayanan kesehatan yang lain.
Melalui IPE diharapkan berbagai profesi kesehatan dapat menumbuhkan kemampuan antarprofesi, dapat merancang hasil dalam pembelajaran yang memberian kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing profesi serta meningkatkan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat.
Namun, IPE di Indonesia masih memasuki tahap awal yang membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai sektor dalam dunia pendidikan kesehatan. Sosialisasi IPE belum mencapai semua instansi-instansi penndidikan kesehatan yang ada. Di lain sisi, SDM pendidik dalam Interprofesional education IPE masih belum mumpuni.
Untuk membuka pengetahuan tentang IPE tersebut, Prodi Farmasi Fikes UM Magelang mengadakan Kuliah Umum (studium general) bertema IPE in Innovation Programmes for Medical Undergraduates (IPMU) Senin, 23/5. Diikuti 150 peserta yang merupakan mahasiswa Prodi D3 Farmasi serta perwakilan siswa SMK Farmasi Magelang, kuliah umum menghadirkan Dr. Zefeng Lai, Ph.D dari Guang Xi Medical University Tiongkok.
Dalam paparannya yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Director of Reseach Center for Pharmaceutical Science itu menjelaskan tentang program inovasi untuk mahasiswa D3 atau S1 Ilmu Kesehatan (IPMU) yang memiliki karakteristik berbasis multi disiplin ilmu, concern pada ilmu kesehatan dasar dan penelitian terapan, terdiri dari berbagai latar belakang profesional, serta teamwork.
Zefeng Lai juga menjelaskan bahwa IPE bisa dilakukan oleh beberapa ahli yang berasal dari beberapa disiplin ilmu. “Paradigma bahwa kegiatan pembelajaran, penelitian, maupun kegiatan akademis lain harus dari disiplin ilmu yang sama sudah dianggap kurang relevan lagi, karena pendidikan dengan pendekatan multidisipliner di beberapa negara Asia maupun Eropa mampu meningkatkan produktivitas dan inovasi dari mahasiswa,” ungkapnya.
Di akhir perkulaihan, ia mengatakan bahwa hambatan utama dalam penerapan IPE adalah financial support dan SDM. “Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri menghadapi tuntutan multidisplin tersebut,” pungkasnya.
HUMAS