Dec 15, 2017 | Berita
Sebagai komunitas di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UM Magelang, KOMET (Komunitas Mahasiswa Entrepreneur) berusaha untuk terus menunjukkan eksistensinya dalam berwirausaha. Hal ini ditunjukkan KOMET dengan mengikuti kegiatan Entrepreneurship Competition dan Product Expo 2017 di Universitas Muhammadiyah Purworejo pada kamis (14/12).
Kontingen yang dikirim dalam kompetisi tersebut terdiri dari 4 mahasiswa, ketuanya yaitu Dimas Nugroho Cahyo Prabowo, dengan anggota Adin Bayu Airlangga, Nur Cholis dan Aris Setyanto. Mereka merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dengan Program Studi yang sama yakni Manajemen.
Dalam kompetisi yang dilaksanakan pada tanggal 13-14 Desember 2017 tersebut, KOMET mengangkat judul “Pemanfaatan Limbah Kayu Peti Kemas dengan Memberdayakan Potensi Desainer Grafis “Photo on Wood”.
Ketua tim, Dimas Nugroho Cahyo Prabowo mengatakan bahwa pengangkatan judul tersebut terisnpirasi dari salah satu anggota tim yang mempunyai usaha pengolahan limbah seperti itu. “Saya merasa jika pengolahan limbah kayu tersebut diajukan untuk perlombaan, akan memiliki daya saing yang lumayan bagus, selain kreatif, hasilnyapun menarik,”tutur Dimas.
Ia juga mengatakan bahwa dirinya merasa sangat senang karena kerjanya dapat terbayarkan dengan prestasi yang telah diraih Tim KOMET. “Kami senang sekaligus tidak menyangka, karena dengan waktu yang sangat singkat kami mampu memaksimalkan hasilnya. Disana juga banyak sekali kompetitor dengan ide-ide kreatif yang dilombakan dengan tampilan both stand yang bagus sekali. Namun kami hanya berusaha sebisa mungkin untuk menampilkan yang terbaik untuk UM Magelang,”jelas Dimas.
Dimas juga mengungkapkan bahwa keberhasilan Tim KOMET ini tidak lepas dari dukungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Info dan saran mengikuti lomba didapatkan dari Bayu Shindu Raharja, SE., M.Sc, selaku Kepala Progam Studi Manajemen. Selain Bayu, selama persiapan kompetisi KOMET juga didampingi oleh Mulato Santosa, SE., M.Sc. Dosen FEB.
Total proposal yang masuk mengikuti perlombaan tersebut sebanyak 114 proposal. KOMET dinyatakan lolos tahap pertama 67 besar, dan kemudian masuk ke babak utama 20 proposal diumumkan saat setelah Seminar Kewirausahaan dilaksanakan, 20 besar melaksanakan presentasi di depan juri. Dewan juri berasal dari Disperindag Kabupaten Purworejo, 1 dosen Manajemen UMP dan terakhir dari praktisi bisnis di Purworejo.
Komet menyabet gelar peringkat 2, sedangkan peringkat 1, 3, harapan 1 dan harapan 2 berasal dari UMP Program Studi Manajemen.
HUMAS
Dec 15, 2017 | Berita
Dalam rangka memberikan pembekalan materi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Artikel Ilmiah (AI) dan Gagasan Tertulis (GT), Lembaga Pengembangan Mahasiswa dan Alumni (LPMA) UM Magelang mengadakan workshop untuk mahasiswa, pada Jumat (15/12).
Workshop yang diikuti kurang lebih 100 mahasiswa dari UM Magelang tersebut, dilaksanakan di Aula Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UM Magelang. Septi Purwandari, M.Pd, Ketua Kelompok Kerja (POKJA) Penalaran UM Magelang mengatakan bahwa workshop tersebut merupakan rangkaian program kerja dari POKJA Penalaran sendiri. “Sebelumnya kami sudah melaksanakan pembekalan dan pendampingan terhadap PKM Penelitian, Kewirausahaan dan Pengabdian Masyarakat. Kemudian barulah diadakan workshop untuk dua PKM lainnya, yaitu AI dan GT,”kata Septi. Ia juga menambahkan bahwa tindaklanjut dari kegiatan ini adalah akan diadakannya klinik PKM di Kampus 2 UM Magelang, pada Jumat siang (15/12).
Sementara pihak LPMA sendiri mengaku akan melakukan review internal terlebih dahulu sebelum proposal di upload. “Setelah dikonsultasikan ke klinik PKM, selanjutnya proposal harap dikumpulkan di LPMA untuk melewati proses review internal setelah dinyatakan lolos barulah di berikan password untuk upload proposal sebelum tanggal 20 Desember 2017,”kata Eli Baskara, S.Pd.I selaku koordinator PKM 2017.
Eli mengatakan bahwa sistem pada tahun 2017 ini memang sedikit berbeda dengan tahun sebelum-sebelumnya, perbedaanya yaitu adanya review internal terlebih dahulu dan proses pemberian password yang lebih tersistem. “Review internal tersebut dilakukan karena pada tahun 2017 ini terdapat pembatasan kuota proposal PKM disetiap perguruan tinggi. UMMagelang sendiri mendapatkan kuota 100 proposal untuk PKM AI dan GT. Sehingga harus ada review, agar proposal yang di upload tidak melampauhi batas kuota yang telah ditentukan ristekdikti. Sedangkan pengaturan pemberian password dilakukan untuk mengantisipasi penggunaan username yang sia-sia,”ungkapnya.
Dalam workshop tersebut, mengundang reviewer PKM AI dan GT yang merupakan dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sakinah, M.Pd. Dalam materinya dibahas secara rinci mengenai perbedaan PKM AI dan GT. PKM AI merupakan hasil laporan penelitian atau observasi yang dijadikan artikel, sedangkan untuk PKM GT merupakan hasil dari gagasan/mimpi/ide yang ingin diwujudkan. “PKM GT berupa konsep strategis dan solusi dari permasalahan bangsa, mengacu pada isu aktual dan memerlukan solusi sistematis yang berupa karya pikir. Sedangkan PKM AI adalah program penulisan artikel ilmiah dari suatu kelompok mahasiswa, bisa berupa hasil pendidikan, penelitian maupun pengabdian,” jelas Sakinah.
Sakinah juga menegaskan bahwa tahap pertama yang menjadi penilaian reviewer yaitu format makalah dan sistem administrasi. “Jadi saya mengingatkan agar mahasiswa mengecek terlebih dahulu sebelum proposal di upload. Apakah proposalnya sudah benar-benar sesuai dengan sistem administrasi yang ditentukan oleh ristekdikti atau belum, ”tandasnya.
Dec 11, 2017 | Berita
“Ayah senang, Meta banyak bertanya seperti itu!”, Wah pertanyaannya bagus sekali. Baiklah, Mama terangkan, ya!.” Ungkapan seperti itulah yang harus kita ucapkan kepada anak untuk mendukung rasa ingin tahu anak. Termasuk apabila pertanyaan mereka mengenai hal-hal yang sensitif, seperti masalah seksualitas. Karena, salah satu sebab terjadinya kekerasan seksualitas pada anak itu dikarenakan kurangnya informasi anak tentang hal tersebut, sehingga terjadilah kekerasan tersebut.”
Kutipan tersebut merupakan dongeng yang disampaikan oleh Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak, Seto Mulyadi, S.Psi.,M.si dalam Seminar Parenting yang berlangsung di Auditorium kampus 1 UM Magelang, Sabtu (09/11). Seminar yang mengusung tema “Mencegah Kekerasan Seksual dan LGBT pada Anak” tersebut diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) FKIP UM Magelang yang bekerjasama dengan Keluarga Berencana (KB) Kreatif Primagama Magelang.
Psikolog yang sering disapa dengan panggilan Kak Seto itu juga menyampaikan tentang peran penting orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak. “Yang terpenting adalah kepekaan dan keterampilan orang tua agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, sehingga anak akan memiliki pengetahuan yang cukup dan dapat melindungi dirinya dari kekerasan seksual yang akan menimpanya,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa dengan peran orang tua, anak-anak dapat mengembangkan peran psiko-seksualnya secara lebih tepat sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian diharapkan anak dapat tampil dengan penuh percaya diri yang merupakan modal utama bagi perkembangan potensi anak secara optimal.
Seminar parenting tersebut dibuka oleh Wakil Rektor 1 Bidang Akademik, Dr. Purwati MS serta diikuti oleh lebih dari 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum. Sebelum Kak Seto, peserta mendapatkan materi dasar mengenai kekerasan seksual pada anak yang disampaikan oleh Psikolog Klinik Tumbuh Kembang Anak RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Arum Widinugraheni, M.Psi.
Arum menyampaikan, kekerasan seksual merupakan jenis penganiayaan yang bisa saja terjadi di dalam mauapun di luar keluarga, sehingga sebagai orang tua harus mampu mengenali tanda-tandanya. “Ada beberapa tanda dan gejala seksual yang diperlihatkan anak ketika mengalami kekerasan seksual. Tanda-tandanya yakni mimpi buruk, perhatian anak teralihkan, perubahan pada pola makan, perubahan mood tiba-tiba. Selain itu ada tanda lainnya yang lebih spesifik, seperti tulisan, gambar, atau pembicaraan yang berkonotasi seksual,” jelas Arum.
HUMAS
Dec 6, 2017 | Berita
Sebagai perguruan tinggi yang semakin berkembang dan berkemajuan, UM Magelang terus berupaya meningkatkan kerjasamanya dengan berbagai instansi dan juga perguruan tinggi, baik nasional maupun internasional. Seperti yang kali ini kembali dilakukan UM Magelang melalui kerjasama dengan Hebei Normal University Tiongkok. Kerjasama tersebut tertuang dalam MoU yang dilakukan pada Sabtu malam (02/12).
Dalam acara yang berlangsung di Hotel Patra Jasa, Semarang tersebut Rektor UM Magelang Ir. Eko Muh Widodo, MT didampingi kepala Biro Marketing dan Kerjasama (BMKS) UM Magelang, Dr. Imron, MA. Penandatanganan MoU dilakukan antara Ir Eko Muh Widodo MT dan Prof. Zhao Jin Guang, Ph.D. Dalam MoU disebutkan bahwa kerjasama yang akan dilakukan antara lain di bidang penelitian, penulisan jurnal, pertukaran dosen dan mahasiswa, serta kegiatan berupa workshop dan seminar, disamping kegiatan pendukung lainnya.
“Melalui MoU tersebut diharapkan UM Magelang dapat memperluas jaringan kerjasamanya baik dalam negeri maupun luar negeri,” ujar Eko usai penandatanganan MoU. Dalam acara yang difasilitasi oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) Wilayah 6 Jawa Tengah itu diikuti oleh beberapa PTS lain yang tergabung dalam anggota Aptisi Wilayah 6 Jawa Tengah.
Bagi UM Magelang, menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi luar bukanlah hal baru. Sebelumnya UM Magelang telah berkali-kali menjalin kerjasama dengan PT di beberapa negara Asean dan Eropa. Selain itu beberapa fakultas seperti Fakultas Teknik juga telah menjalin kerjasama dengan PT di Jepang, India, dan Italia. Demikian juga dengan Fikes yang telah menjalin kerjasama dengan beberapa PT di Thailand dan Filipina. Serta FKIP yang menjalin kerjasama dengan beberapa PT di negara Asean seperti Malaysia.
HUMAS
Nov 29, 2017 | Berita
Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UM Magelang mengadakan seminar nasional di Aula Fikes UM Magelang, Selasa (28/11). Acara dengan tema “Implementation of Pharmacogenetics in Pharmacotherapy” itu dihadiri 150 peserta yang terdiri dari mahasiswa D3 dan S1 Farmasi UM Magelang, beberapa dosen, perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi di wilayah Magelang, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten dan Kota Magelang, Akademisi UAD Yogyakarta, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Kabupaten dan Kota Magelang, dan Praktisi Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas di wilayah Magelang, Temanggung, serta Semarang.
Menurut ketua panitia seminar Imron Wahyu Hidayat, M.Sc, Apt, seminar nasional ini adalah acara tahunan yang mendatangkan narasumber yang berkompeten dan berkualitas, kali ini menghadirkan Prof. Dr. Bob Wilffret dari Univesity of Groningen, Belanda yang fokus pada Farmakogenomik.
Dalam pemaparan yang disampaikan dalam Bahasa Inggris, Prof. Dr. Bob Wilffret menjelaskan, Farmakogenomik (pharmacogenetics) adalah bidang penelitian yang difokuskan pada pemahaman bagaimana gen mempengaruhi respon individu terhadap obat. Tujuan jangka panjang pada farmakogenomik adalah untuk membantu dokter memilih obat dan dosis yang paling cocok untuk setiap individu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekreatifitasan obat.
“Kondisi real saat ini, praktek klinik yang menggunakan informasi farmakogenetik masih jauh dari pelaksanaan, bahkan di negara maju sekalipun. Namun demikian, terkadang kemajuan teknologi kesehatan dapat terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, maka bukan tidak mungkin aplikasi serupa sudah ada di depan mata. Kalaupun belum dapat diaplikasikan, pengetahuan ini sangat penting untuk dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam masalah pengobatan,” tandasnya.
Lebih lanjut Bob menyarankan agar farmasis sebaiknya memiliki akses untuk mendapatkan informasi genetik pasien untuk bisa memberikan pelayanan kefarmasian secara individual sebelum mereka menyiapkan resep.
Selain Prof. Bob Wilffret, narasumber lainnya adalah dua dosen Farmasi UM Magelang, yaitu Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt dan Setiyo Budi Santoso, M. Farm., Apt. Tiara menjelaskan tentang obat herbal. “Di dunia pengobatan yang paling banyak digunakan adalah pijit, alkupuntur, meditasi dan herbal,” kata Tiara. Ia mengajak peserta khususnya mahasiswa farmasi untuk lebih melestarikan kembali obat-obat dari alam.
Sedangkan Setyo menekankan pada aplikasi herbal. Menurutnya dalam pendayagunaan obat alam ada beberapa faktor yang mendukung kecenderungan global untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami sebagai terapi, seperti harga obat sintetis mahal, efek samping obat sintetis, teknologi sediaan obat alam, dan faktor promosi.
HUMAS