Apr 29, 2019 | Berita
Tingginya resiko keselamatan kerja dan kesehatan bagi pemahat batu di Dusun Banaran, Desa Sedayu, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang menjadi salah satu keprihatinan bagi tim Abdimas (Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang). Sebelumnya, tim Abdimas yang diketuai Heniyatun, SH., M.Hum dengan anggota PujiSulistyaningsih, SH., M.Hum mengawali pengabdian dengan sosialisasi tentang asuransi ketenagakerjaan yang disampaikan oleh BPJS Ketenagakerjaan wilayah Magelang pada Jumat 8 Februari 2019 lalu. Dari sosialisasi tersebut, sebanyak 38 orang pekerja pahat batu telah terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Kini, tim Abdimas kembali mendorong agar para pekerja pahat batu di Dusun Banaran tersebut mempunyai perilaku kerja yang sehat dan selamat, dengan memberikan bantuan seperangkat Alat Pelindung Diri (APD) kepada 50 pekerja pahat batu. APD tersebut terdiri dari 1 buah ear muff untuk penyumbat telinga, 1 buah googles untuk melindungi mata, dan 1 buah masker dengan reffil filternya untuk melindungi pernafasan. Peralatan safety diberikan pada Jumat (26/04) kepada para pekerja pahat batu. “Para pemahat batu banyak terpapar kebisingan yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan pemerintah, dan terpapar debu hasil penggergajian atau pahatan batu,” ujar Heniyatun.
Para pekerja menyambut baik bantuan dari tim Abdimas UMMagelang tersebut, dan berjanji akan selalu mengenakannya pada saat bekerja. Selanjutnya, tim Abdimas akan menyelenggarakan pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) kepada para pekerja pahat batu yang direncanakanakan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang, dalam hal ini bidang Pemberdayaan, Sosial, dan Budaya Bappeda dan Litbang. “Diharapkan dengan rangkaian kegiatan abdimas yang telah dan akan dilaksanakan, akan semakin meningkatkan produktivitas para pekerja pahat batu, karena kondisi kesehatan dan keselamatannya optimal,” tambah Heniyatun saat ditemui di lokasi pahat batu.
HUMAS
Apr 24, 2019 | Berita
Salah satu indikator kenaikan pangkat seorang guru adalah harus mampu membuat sebuah karya tulis ilmiah. Jika tidak, maka akan berimbas pada pengembangan karir seorang guru. Hal tersebut yang mendorong Dosen Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) memberi pelatihan penulisan artikel ilmiah gratis untuk guru di Kota dan Kabupaten Magelang. Kegiatan ini diinisiasi oleh Athia Fidian, M.Pd, Agrissto Bintang AP, M.Pd, Arif Wiyat Purnanto, M.Pd, serta Tria Mardiana, M.Pd.
“Tujuan kami jelas, UMMagelang ingin menjadi mitra guru dalam berkarya. Guru sudah harus mulai lebih mengenal penelitian dan jurnal. Mana yang bisa kami fasilitasi, mari berdiskusi bersama,” tutur Agrissto.
Dalam pelatihan yang digelar pada Sabtu (6/04) pekan lalu di Kampus 2 UMMagelang, peserta dibekali tips memperoleh angka kredit dari kegiatan pembelajaran. Materi pertama disampaikan oleh Agrissto Bintang AP, M.Pd dan Athia Fidian, M.Pd terkait pedoman dan aturan kenaikan pangkat guru. Pada sesi ini disampaikan pula kiat untuk memperoleh angka kredit dari mengajar, menulis, dan meneliti. “Pada dasarnya terdapat beberapa aturan baik prosedur, syarat, maupun faktor ditolaknya ajuan angka kredit kenaikan pangkat. Namun demikian, banyak guru yang belum memahami sehingga pengajuan (Penilaian Angka Kredit) ditolak oleh tim penilai,” jelas Agrissto.
Pemateri berikutnya adalah Arif Wiyat Purnanto, M.Pd yang menyampaikan cara cepat menulis artikel ilmiah. Pada kesempatan tersebut, ia sekaligus melatih guru membuat daftar pustaka otomatis. Menurutnya, materi ini sangat dibutuhkan oleh guru. “Mereka seringkali enggan menulis karena menyita banyak waktu. Dengan materi ini, menulis akan lebih cepat dan ringkas. Lebih dari itu, pengutipan pun tidak harus dicek satu persatu karena sudah tersusun secara otomatis,” tambah Arif.
Pada sesi terakhir, Tria Mardiana, M.Pd melatih peserta untuk registrasi dan submit artikel. Tujuannya agar guru lebih mengenal tentang jurnal penelitian yang mungkin mereka selama ini masih awam terkait hal tersebut.
Di akhir kegiatan, sebagai penutup Agrissto menyampaikan jika UMMagelang memiliki jurnal bernama Paedagogie yang khusus mempublikasi artikel penelitian PTK yang sangat sesuai dengan kebutuhan guru untuk publikasi hasil PTK. Peserta pelatihan berharap agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan dengan durasi yang lebih lama di forum lain.
Apr 20, 2019 | Berita
Suatu kenyataan yang mencemaskan belakangan ini adalah keberanian sebagian remaja (siswa usia SMA) melakukan pelangaran-pelanggaran susila, bahkan tidak jarang yang bersifat criminal seperti tawuran, pengeroyokan, pencurian, miras dan penyalahgunaan NAPZA. Remaja merupakan segmenmasyarakat yang secara psikologi disebut-sebut merupakan masa pencarian identitas diri yang membutuhkan bimbingan dan arahan, terutama dari aspek religiusitasnya. Sehingga pada gilirannya remaja dapat menemukan jati dirinya secara baik dan benar serta dapat hidup lurus sesuai ajaran agama.
Hal tersebut yang mendorong dua dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) melalui Program Kemitraan Universitas (PKU) melaksanakan pengabdian di SMA Muhammadiyah 2 Kota Magelang selama 3 bulan, dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2019. Kegiatan pengabdian bagi siswa SMA Muhammadiyah 2 Kota Magelang ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tambahan tentang fiqh yang harus diketahui oleh seorang remaja sekaligus implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pengabdian ini diawali dengan eksplorasi permasalahan mitra, penjadwalan kegiatan bersama, Forum Group Discussion (FGD), sosialisasi dan pendampingan serta laporan/publikasi ilmiah.
Materi yang diajarkan dalam FGD antara lain pedoman hidup bagi remaja, sumber hukum Islam, kebersihan dan bersuci, ibadah umum dan khusus serta nilai-nilai pembentuk kepribadian muslim serta etika pergaulan antara laki-laki dan perempuan. “Awal usia remaja inilah ilmu fiqih mulai benar-benar dibutuhkan karena remaja memasuki usia aqil baligh, baik dengan tanda mimpi basah maupun haid bagi remaja putri. Usia dimana beban agama mulai diberlakukan secara utuh. Baik beban agama yang berupa perintah untuk dilaksanakan, maupun beban larangan untuk dijauhi. Bagaimana usia remajaakan dilewati dengan sempurna jika beban agama saja tidak terlaksana dengan baik. Bagaimana beban agama akan terlaksana dengan baik,jika panduannya saja tidak dimengerti. Maka sangatlah penting mempelajari ilmu fiqh dikalangan remaja atau seseorang yang sudah mukallaf (sudah dikenai kewajiban untuk beribadah),” jelas Subur, MSI, ketua PKU.
Akhmad Baihaqi, M.Pd,I selaku anggota Tim PKU menambahakan bahwa “ Program Kemitraan ini diharapkan menjadi pencegah kenakalan remaja yang bersifat preventif yaitu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang berupa kenakalan remaja”.
Kegiatan PKU diikuti oleh 57 siswa terdiri dari kelas XI jurusan IPA dan IPS dengan 2 kali FGD (Forum Group Discussion) dan 2 kali pendampingan serta pengawasan dari dewan guru. “SMA Muhammadiyah 2 Kota terdiri dari siswa yang tinggal di asrama dan non asrama. Siswa yang tinggal di asrama mendapatkan pengawasan yang lebih ketat mengenai praktik ibadah sehingga tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang sering dijumpai oleh siswa yang non asrama dan Program Kemitraan ini sangat mendukung Program unggulan dari sekolah kami yaitu Tahfidz Al-Qur’an,” ungkap Fauzan, S.Ag. Kepala SMA Muhammadiyah 2 Kota Magelang.
Kegiatan pengabdian yang baru saja selesai ini terbukti efektif pada peningkatan pemahaman dan praktik keberagamaan siswa yang semakin baik, mulai dari knowledge bassed, role bassed, dan skill based dari masing-masing siswa atau yang lebih dikenal dalam dunia pendidikan dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotor.
HUMAS
Apr 20, 2019 | Berita
Kurikulum 2013 yang diimplementasikan di sekolah, syarat dengan pendidikan karakter. Salah satu tujuan pendidikan karakter adalah membentuk karakter peserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya. Sayangnya, tidak semua sekolah memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya masalah limbah yang belum terselesaikan. Limbah merupakan buangan dari aktivitas manusia maupun hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair, maupun gas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Limbah, khususnya limbah sekolah apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai ekonomis. Hal tersebut mendorong dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) untuk melaksanakan Program Kemitraan Universitas (PKU) yang bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Salam untuk mengadakan kegiatan pendampingan pengelolaan sampah melalui Pendekatan Berbasis 3R Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Di SMP Muhammadiyah Salam.
Tim PKU yang diketuai oleh Dr. Imron, MA dan beranggotakan Irham Nugroho, M.Pd.I tersebut terbagi ke dalam lima kegiatan yakni: (1) Forum Group Discussion (FGD) untuk mengurai permasalahan sampah yang ada di sekolah, (2) sosialisasi yang meliputi pemilahan sampah dan penerapan 3R, (3) pelatihan dan praktek meliputi pemilahan sampah dan juga penerapan 3R, (4) pendampingan yang merupakan bentuk follow up dari praktek yang telah dilakukan, serta (5) lomba sebagai bentuk stimulus untuk membudayakan kebersihan lingkungan di sekolah. Semua rangkaian program tersebut melibatkan seluruh warga sekolah. “Dalam melaksanakan program pengelolaan sampah ini, pendekatan yang digunakan adalah 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle. Dengan adanya pengelolaan sampah yang baik tersebut diharapkan mampu meningkatkan potensi sosial dan ekonomi bagi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan,” jelas Imron.
Pihak sekolah yang diwakili Heru Ismanta, S.Pd menyampaikan terima kasih atas terlaksananya program tersebut yang tentu berdampak untuk perkembangan sekolah. “Hal yang kami rasakan dengan adanya program kemitraan ini tidak hanya membentuk komunitas lingkungan sekolah menjadi lebih bersih tapi menjadikan sesuatu lebih produktif sehingga yang terjadi bukan hanya kesadaran anak untuk membersihkan lingkungannya akan tetapi adanya pengelolaan sampah yang terjadwalkan di 12 kelompok yang sudah dibagi, sehingga setelah 24 hari, sampah yang terkumpul bisa digunakan untuk penghijauan,” ujar Heru.
Lebih lanjut Heru menyampaikan “Adapun tindak lanjut setelah siswa mulai memiliki kesadaran baru pengelolaan sampah, selanjutnya kami berharap dinas lingkungan hidup memberi fasilitas mengelola sampah dan penghancur sampah sehingga program ini dapat terus berkembang ke depannya”.
HUMAS
Apr 15, 2019 | Berita
Pola interaksi masyarakat di era disrupsi menjadi kegelisahan tersendiri bagi sebagian manusia. Salah satu ciri pada era disrupsi adalah penggunaan sosial media yang semakin masif dan menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Hal tersebut mendorong Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) untuk mengadakan Stadium General Society And Social Media in Disruption Era. Kegiatan yang juga diadakan dalam rangka meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam bidang akademik dan juga mengasah kemampuan softskill mahasiswa tersebut mengangkat tema “Society and Social Media for MentalHealth” pada Sabtu (13/04) di Aula Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Kampus 2 UMMagelang.
“Acara ini kami gagas karena adanya penggunaan sosial media yang semakin masif di masyarakat. Tentu ini ada banyak sisi positif dan negatif. Melalui 2 narasumber yang dihadirkan diharapkan kita dapat menyikapi kedua hal tersebut dengan baik”, jelas Ketua Panitia, Dwi Susanti, SI.Kom., MA.
Hadir untuk membuka acara tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Dekan FPH UMMagelang, Dr. Purwati, MS., Kons. Dalam sambutannya Purwati mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap dapat memberi manfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat. “Tema yg diangkat sangat luar biasa, saya harap usai acara ini ada manfaat yang bisa kita ambil, terutama anak muda yg lahir di era Y. Perlu diketahui bahwa kita berada di era distrupsion yang perlu direspon dengan positif dengan nilai-nilai ketimuran. Jangan sampai justru penggunaan sosial media dapat merugikan diri sendiri ataupun masyarakat lain sehingga terkena jerat hukum. Semoga materi yamg disampaikan dapat diserap, diinternalisasikan dan diaplikasikan menjadi pegangan hidup”, tutur Purwati.
Dua pemateri yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut ialah Agus Mulyadi, pemimpin redaksi mojok.com dan Dra. Elli Nur Hayati, MPH., Ph.D, dosen Fakultas Psikologi UAD. Dalam pemaparannya Agus banyak menjelaskan pengalamannya menulis hingga mampu menjadi pemimpin redaksi Mojok, salah satu media online di Indonesia. “Menulis itu bisa dimulai dari peristiwa keseharian yang kita alami. Menulis itu soal kebiasaan. Sosial media (sosmed) saat ini sangat menguntungkan, bisa untuk diskusi, bisa juga mencari nafkah. Dan jangan suka unfriend orang yang berbeda pandangan dengan kita, jangan gunakan facebook atau sosmed sebagai curhatan. Followlah sebanyak-banyaknya teman”, jelas Agus.
Pemateri kedua disampaikan oleh Dra. Elli Nur Hayati, MPH., Ph.D, yang menyampaikan tentang masyarakat dan sosial media di era disrupsi. “Kualitas mental yang diperlukan untuk bertahan dalam era disrupsi adalah memiliki nilai-nilai (value) dan believing artinya individu harus memegang nilai dan prinsip agama agar tidak disorientasi dalam membuat langkah ke masa depan, kedua problem solving yaitu skill atau kemampuan memecahkan persoalan yang dihadapi dengan cara positif dan konstruktif, mau berkreasi dan berinovasi, berpikir secara kritis, kerjasama, peduli terhadap sesama” ungkap Elli.
Kegiatan yang diikuti 150 mahasiswa berlangsung secara interaktif antara pemateri dan peserta. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya mahasiswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada narasumber. “Sosial media harus dimanfaatkan sebagai bentuk improvisasi diri dan kita harus memelihara nilai-nilai agama agar terhindar dari konsep diri negative sebagai akibat penggunaan sosial media”, tambah Hermahayu selaku moderator dalam mengakhiri acara.
HUMAS