Apr 24, 2019 | Berita
Salah satu indikator kenaikan pangkat seorang guru adalah harus mampu membuat sebuah karya tulis ilmiah. Jika tidak, maka akan berimbas pada pengembangan karir seorang guru. Hal tersebut yang mendorong Dosen Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) memberi pelatihan penulisan artikel ilmiah gratis untuk guru di Kota dan Kabupaten Magelang. Kegiatan ini diinisiasi oleh Athia Fidian, M.Pd, Agrissto Bintang AP, M.Pd, Arif Wiyat Purnanto, M.Pd, serta Tria Mardiana, M.Pd.
“Tujuan kami jelas, UMMagelang ingin menjadi mitra guru dalam berkarya. Guru sudah harus mulai lebih mengenal penelitian dan jurnal. Mana yang bisa kami fasilitasi, mari berdiskusi bersama,” tutur Agrissto.
Dalam pelatihan yang digelar pada Sabtu (6/04) pekan lalu di Kampus 2 UMMagelang, peserta dibekali tips memperoleh angka kredit dari kegiatan pembelajaran. Materi pertama disampaikan oleh Agrissto Bintang AP, M.Pd dan Athia Fidian, M.Pd terkait pedoman dan aturan kenaikan pangkat guru. Pada sesi ini disampaikan pula kiat untuk memperoleh angka kredit dari mengajar, menulis, dan meneliti. “Pada dasarnya terdapat beberapa aturan baik prosedur, syarat, maupun faktor ditolaknya ajuan angka kredit kenaikan pangkat. Namun demikian, banyak guru yang belum memahami sehingga pengajuan (Penilaian Angka Kredit) ditolak oleh tim penilai,” jelas Agrissto.
Pemateri berikutnya adalah Arif Wiyat Purnanto, M.Pd yang menyampaikan cara cepat menulis artikel ilmiah. Pada kesempatan tersebut, ia sekaligus melatih guru membuat daftar pustaka otomatis. Menurutnya, materi ini sangat dibutuhkan oleh guru. “Mereka seringkali enggan menulis karena menyita banyak waktu. Dengan materi ini, menulis akan lebih cepat dan ringkas. Lebih dari itu, pengutipan pun tidak harus dicek satu persatu karena sudah tersusun secara otomatis,” tambah Arif.
Pada sesi terakhir, Tria Mardiana, M.Pd melatih peserta untuk registrasi dan submit artikel. Tujuannya agar guru lebih mengenal tentang jurnal penelitian yang mungkin mereka selama ini masih awam terkait hal tersebut.
Di akhir kegiatan, sebagai penutup Agrissto menyampaikan jika UMMagelang memiliki jurnal bernama Paedagogie yang khusus mempublikasi artikel penelitian PTK yang sangat sesuai dengan kebutuhan guru untuk publikasi hasil PTK. Peserta pelatihan berharap agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan dengan durasi yang lebih lama di forum lain.
Apr 20, 2019 | Berita
Suatu kenyataan yang mencemaskan belakangan ini adalah keberanian sebagian remaja (siswa usia SMA) melakukan pelangaran-pelanggaran susila, bahkan tidak jarang yang bersifat criminal seperti tawuran, pengeroyokan, pencurian, miras dan penyalahgunaan NAPZA. Remaja merupakan segmenmasyarakat yang secara psikologi disebut-sebut merupakan masa pencarian identitas diri yang membutuhkan bimbingan dan arahan, terutama dari aspek religiusitasnya. Sehingga pada gilirannya remaja dapat menemukan jati dirinya secara baik dan benar serta dapat hidup lurus sesuai ajaran agama.
Hal tersebut yang mendorong dua dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) melalui Program Kemitraan Universitas (PKU) melaksanakan pengabdian di SMA Muhammadiyah 2 Kota Magelang selama 3 bulan, dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2019. Kegiatan pengabdian bagi siswa SMA Muhammadiyah 2 Kota Magelang ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tambahan tentang fiqh yang harus diketahui oleh seorang remaja sekaligus implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pengabdian ini diawali dengan eksplorasi permasalahan mitra, penjadwalan kegiatan bersama, Forum Group Discussion (FGD), sosialisasi dan pendampingan serta laporan/publikasi ilmiah.
Materi yang diajarkan dalam FGD antara lain pedoman hidup bagi remaja, sumber hukum Islam, kebersihan dan bersuci, ibadah umum dan khusus serta nilai-nilai pembentuk kepribadian muslim serta etika pergaulan antara laki-laki dan perempuan. “Awal usia remaja inilah ilmu fiqih mulai benar-benar dibutuhkan karena remaja memasuki usia aqil baligh, baik dengan tanda mimpi basah maupun haid bagi remaja putri. Usia dimana beban agama mulai diberlakukan secara utuh. Baik beban agama yang berupa perintah untuk dilaksanakan, maupun beban larangan untuk dijauhi. Bagaimana usia remajaakan dilewati dengan sempurna jika beban agama saja tidak terlaksana dengan baik. Bagaimana beban agama akan terlaksana dengan baik,jika panduannya saja tidak dimengerti. Maka sangatlah penting mempelajari ilmu fiqh dikalangan remaja atau seseorang yang sudah mukallaf (sudah dikenai kewajiban untuk beribadah),” jelas Subur, MSI, ketua PKU.
Akhmad Baihaqi, M.Pd,I selaku anggota Tim PKU menambahakan bahwa “ Program Kemitraan ini diharapkan menjadi pencegah kenakalan remaja yang bersifat preventif yaitu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang berupa kenakalan remaja”.
Kegiatan PKU diikuti oleh 57 siswa terdiri dari kelas XI jurusan IPA dan IPS dengan 2 kali FGD (Forum Group Discussion) dan 2 kali pendampingan serta pengawasan dari dewan guru. “SMA Muhammadiyah 2 Kota terdiri dari siswa yang tinggal di asrama dan non asrama. Siswa yang tinggal di asrama mendapatkan pengawasan yang lebih ketat mengenai praktik ibadah sehingga tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang sering dijumpai oleh siswa yang non asrama dan Program Kemitraan ini sangat mendukung Program unggulan dari sekolah kami yaitu Tahfidz Al-Qur’an,” ungkap Fauzan, S.Ag. Kepala SMA Muhammadiyah 2 Kota Magelang.
Kegiatan pengabdian yang baru saja selesai ini terbukti efektif pada peningkatan pemahaman dan praktik keberagamaan siswa yang semakin baik, mulai dari knowledge bassed, role bassed, dan skill based dari masing-masing siswa atau yang lebih dikenal dalam dunia pendidikan dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotor.
HUMAS
Apr 20, 2019 | Berita
Kurikulum 2013 yang diimplementasikan di sekolah, syarat dengan pendidikan karakter. Salah satu tujuan pendidikan karakter adalah membentuk karakter peserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya. Sayangnya, tidak semua sekolah memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya masalah limbah yang belum terselesaikan. Limbah merupakan buangan dari aktivitas manusia maupun hewan yang berbentuk padat, lumpur, cair, maupun gas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Limbah, khususnya limbah sekolah apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai ekonomis. Hal tersebut mendorong dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) untuk melaksanakan Program Kemitraan Universitas (PKU) yang bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Salam untuk mengadakan kegiatan pendampingan pengelolaan sampah melalui Pendekatan Berbasis 3R Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Di SMP Muhammadiyah Salam.
Tim PKU yang diketuai oleh Dr. Imron, MA dan beranggotakan Irham Nugroho, M.Pd.I tersebut terbagi ke dalam lima kegiatan yakni: (1) Forum Group Discussion (FGD) untuk mengurai permasalahan sampah yang ada di sekolah, (2) sosialisasi yang meliputi pemilahan sampah dan penerapan 3R, (3) pelatihan dan praktek meliputi pemilahan sampah dan juga penerapan 3R, (4) pendampingan yang merupakan bentuk follow up dari praktek yang telah dilakukan, serta (5) lomba sebagai bentuk stimulus untuk membudayakan kebersihan lingkungan di sekolah. Semua rangkaian program tersebut melibatkan seluruh warga sekolah. “Dalam melaksanakan program pengelolaan sampah ini, pendekatan yang digunakan adalah 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle. Dengan adanya pengelolaan sampah yang baik tersebut diharapkan mampu meningkatkan potensi sosial dan ekonomi bagi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan,” jelas Imron.
Pihak sekolah yang diwakili Heru Ismanta, S.Pd menyampaikan terima kasih atas terlaksananya program tersebut yang tentu berdampak untuk perkembangan sekolah. “Hal yang kami rasakan dengan adanya program kemitraan ini tidak hanya membentuk komunitas lingkungan sekolah menjadi lebih bersih tapi menjadikan sesuatu lebih produktif sehingga yang terjadi bukan hanya kesadaran anak untuk membersihkan lingkungannya akan tetapi adanya pengelolaan sampah yang terjadwalkan di 12 kelompok yang sudah dibagi, sehingga setelah 24 hari, sampah yang terkumpul bisa digunakan untuk penghijauan,” ujar Heru.
Lebih lanjut Heru menyampaikan “Adapun tindak lanjut setelah siswa mulai memiliki kesadaran baru pengelolaan sampah, selanjutnya kami berharap dinas lingkungan hidup memberi fasilitas mengelola sampah dan penghancur sampah sehingga program ini dapat terus berkembang ke depannya”.
HUMAS
Apr 1, 2019 | Berita
Simplisia merupakan tanaman herbal yang dimanfaatkan sebagai bahan alamiah untuk obat herbal melalui cara pengolahan dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia tersebut diperkenalkan kepada masyarakat Kampung KB Kelurahan Magersari, Kota Magelang melalui program Gerakan Peduli Kesehatan oleh tiga dosen Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang). Kegiatan yang diketuai Ni Made Ayu Nila S.,M.Sc.,Apt dengan anggota Puspita Septie D, M.P.H., Apt dan Herma Fanani Agusta .,M.Sc.,Apt ini merupakan Program Kemitraan Universitas (PKU) yang didanai oleh UMMagelang.
Dengan tujuan terwujudnya kampung KB yang ramah lingkungan dan peduli terhadap kesehatan, Gerakan Peduli Kesehatan yang dihadiri oleh 35 warga pada 13 dan 23 Maret lalu diawali dengan penyuluhan pemanfaatan tanaman tradisional yang memiliki khasiat sebagai obat. Simplisia tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal dengan memanfaatkan tanaman tradisional di sekitar lingkungan masyarakat. Nila mengatakan, program yang dilakukan di masyarakat ini sesuai dengan anjuran Dinas Kesehatan Kota Magelang untuk memanfaatkan obat dari tanaman tradisional disekitar rumah. “Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai cara pengolahan tanaman obat, sehingga perlu dilakukan kegiatan penyuluhan ini,” tambahnya.
Selanjutnya, warga diberikan pelatihan pembuatan jamu dan penanaman bibit-bibit tanaman obat herbal. Salah satu contoh pengolahan tanaman obat yang mudah ialah dengan cara dikeringkan untuk mendapatkan tanaman kering (simplisia) yang kemudian diserbuk.Tanaman obat yang dikeringkan tidak boleh terpapar oleh sinar matahari langsung karena dapat merusak kandungan kimia dari tanaman tersebut. Cara pengeringan yang tepat akan mengahasilkan mutu simplisia yang tahan disimpan dan tidak merusak kandunganya.
Banyak asumsi di masyarakat yang meyakini bahwa mengkonsumsi obat dari tanaman tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia. “Ya memang betul, tetapi hal tersebut juga perlu diperhatikan, bahwa tanaman obat juga memiliki efek yang membahayakan jika tidak digunakan dengan dosis dan indikasi yang tepat.” tambah Nila.
HUMAS
Mar 28, 2019 | Berita
Pengobatan herbal saat ini makin banyak dilirik masyarakat sebagai alternatif pengobatan. Masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa tanaman herbal memiliki khasiat dan aman dalam menyembuhkan penyakit. Akan tetapi, masih banyak jenis tanaman herbal terutama tanaman yang dapat ditemui di sekitar rumah atau lebih dikenal dengan sebutan Tanaman Obat keluarga (TOGA) yang belum banyak diketahui sehingga pemanfaatannya juga masih kurang.
Hal tersebut yang mendorong tiga dosen Program Studi (Prodi) Farmasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) untuk mengenalkan TOGA kepada masyarakat Dusun Bendan, Sawangan, Kabupaten Magelang. Melalui kegiatan Program Kemitraan Universitas (PKU) yang diketuai oleh Widarika Santi Hapsari, M.Sc., Apt., dengan anggota Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt dan Alfian Syarifudin, M.Farm., Apt.
Penyuluhan dan pelatihan mengenai TOGA yang dihadiri 20 warga pada Sabtu (9/03) pekan lalu, Widarika menyampaikan bahwa dalam kegiatan tersebut masyarakat diberikan edukasi mengenai pemanfaatan tanaman TOGA, jenis-jenis tanaman herbal yang mudah ditemukan, efek secara farmakologi beserta cara pengolahannya. “Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan TOGA dengan lebih optimal,” tambahnya.
Lebih rinci, Widarika menjelaskan pemanfaatan TOGA di masyarakat saat ini masih banyak dilakukan berdasarkan pengalaman empiris, maka pada kegiatan ini masyarakat diberikan pengetahuan mengenai cara pengolahan serta dosis penggunaan berdasarkan sumber pustaka yang jelas. “Kegiatan ini mengoptimalkan tanaman herbal yang banyak dan mudah ditemui di lingkungan sekitar rumah warga, juga sebagai upaya pemanfaatan pekarangan warga.” ujar Widarika.
Di akhir kegiatan, warga dibekali ilmu dengan praktek pengolahan sediaan herbal serta penanaman jahe emprit dan kumis kucing.
HUMAS